Dandelion, Wish, and Wind
menggantinya dengan slipper yang khusus disediakan untuk dipakai di dalam ruangan. Suara orang dewasa yang berbincang dari arah ruang
elnya, melihat satu persatu hasil jepretannya sore ini. Lumayan, pikir Izumi. Rasa haus yang mendadak data
ita itu tengah menuangkan ocha dari teko ke dalam gelas yang nantinya akan disugu
, tak ada y
utuhkan sesuatu?" Tsu
ngin minum,"
baki yang dibalas dengan
ong-motongnya. Tangan wanita itu bergerak dengan cekatan membagi-bagi potongan chiffon cake itu ke atas piring mungil yang telah disiapkan. Sambil menyesap ocha-nya, Izumi memperhatika
ah ditata di atas baki. Sebelum langkahnya mencapai pintu, Tsubaki menoleh sebentar ke arah Izumi sembari berkata, "kuenya masih ada di atas meja, lalu di
ragu untuk mencobanya. Sejak tinggal di Amerika entah mengapa toleransi indra pe
eletakkannya kembali di atas rak. Setelah itu dia kembali naik menuju kamarnya.
pa Ryu c
menuju kamarnya. Namun ketika tangannya baru menyentuh kenop pintu
ua tangannya di depan wajah. Setelah itu dengan sedikit tergesa-gesa dia menuju kamarnya sendiri. Melihat tingkah Ryu dalam hati Izumi
zaki
tanya sedikit terkejut menyadari I
Y
ku, biarkan aku yang menanganinya sendiri." Ekspresi Izumi melunak. Ditepuk
zumi dengan ibunya sama sekali belum mengalami perkembangan. Pemuda itu masih bersikap kaku kepada T
i tiba di Jepang. Pemuda itu mulai terbiasa dengan kehidupan di sana, termasuk keseharia
i ujian tengah semester sudah dekat. Hal itu yang membuat Izumi akhir-akhir ini lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan
ngan seksama. Tangan pemuda itu sesekali memberi garis bawah
i-Sen
ia baca lalu menatap orang yang baru saja memang
?" tanya Yuki. Izumi mengangkat bukunya memperlihatkan sampul buku tersebut kepada Yuki. Gadis itu membaca susunan huruf-huruf yang tertera di s
ergerak menelusuri setiap kata dan kalimat yang tertulis di halaman bukunya. Yuki tanpa sadar mengangkat sebelah tangannya untuk menyangga wajahnya. Buku yang
h, dengan kedua iris yang sehitam batu obsidian. Lalu bulu matanya terlihat begitu panjang dan lentik. Sampai-sampai aku yang seorang perempuan iri melihatnya. Hidungnya tidak terlalu mancung, tapi terlihat
ntak. Saat dia menyadarinya pandangan Izumi kini sudah tak
Dari tadi kau terus melih
au dia sedari tadi terus memperhatikan pemuda itu. Sebelum Izumi men
zumi menepuk puncak kepala Yuki dengan pelan kemudian berlalu meninggalkan perpustakaan. Itu pertama kalinya, dia menatapku seperti
sentuhan tangan Izumi seperti masih terasa di puncak kepalanya. Wajahnya kembali terasa panas sedangkan jant