Dandelion, Wish, and Wind
olahraga sayup-sayup terdengar di telinga Izumi, membuat pemuda itu mengarahkan pandangannya ke bawah menatap anak-anak klub basket yang tengah berlatih di lapangan. Iris obsidian milik Izumi tak s
tubuh mereka Izumi bisa melihat kalau mereka berdua akrab satu sama lain. Tanpa sadar Izumi me
u saja keluar dari ruang guru sambil membawa tumpukan buku yang lumayan banyak hingg
zumi-S
ngan mereka bertemu Yuki teringat dengan kejadian di perpustakaan siang tadi. Wajahnya kembali terasa menghangat.
Izumi balik bertanya, tanpa men
ah-tunggu, Senpai! Kau bel
melihatmu kesulitan
u aku berterima
" balas Izu
pa?" tanya Yuki selagi mereka
urai Goukou, apalagi bagi anak kelas tiga yang mulai disibukkan dengan banyaknya ujian.
angan. Hanya saja hari ini klub
rajinan
nap
karena kau memainkan biola, aku pikir Fuj
pula kalaupun ada aku tidak terlalu tertarik untuk bergabung." Izumi mengerutkan kening, sedi
sama-sama setelah ini?" tawar Yuki yang sesaat kemudian mendadak malu sendiri dengan ucapannya. "Eh, i-itu ... maksudku karena kita searah. Tapi kalau Senpai keberatan ..." cepat-
itu menyamarkannya dengan berdehem kecil. "Daijoubu, aku tak keber
rjalan di sebelahnya. Irisnya mena
k ada, sih. Mem
maniku ja
am. Lalu .
aksimu sep
ya saja ... kit
keber
enapa Senpai tiba-ti
atang ke sini tempat yang kutahu hanya rumah keluarga R
Senpai tak keberatan menunggu sebe
erbang," lanjut Izumi yang dibalas
pat menepis pemikiran konyol yang tiba-tiba terlintas di benaknya. Tapi tadi ada yang aneh dengan ucapan Izumi-Senpai. Kenapa dia bilang 'rumah keluarga Ryuzaki-kun
ekolah, tempat di mana Izumi sedang menunggunya. "Maaf,
aku memintamu sebagai tour guide-ku. Jadi aku akan pergi ke manapun kau memanduku,
mpat pertama yang kita tu
tak terlalu luas. Pohon sakura yang satu-satunya tumbuh di sana penuh dengan bunga-bunga berwarna merah muda yang tengah bermekaran. Yuki menyandarkan punggungnya pada batang sakura itu. Sedangkan Izumi ikut duduk di sebelahnya. Tempat itu terasa begitu tenang k
diannya sama sekali tak tertuju ke arah lain kecuali matahari yang hampir terbenam di ujung sana. "Fujihara-san ... apa
hift mendadak dari toko atau kegiatan klub aku s
kerja d
al kue, Senpai mau mampir ke sana? Honey Cake buatan Ayahku sangat terkenal di tempat ini. Orang-orang menyukainy
Tapi maaf, aku tak bisa makan makanan
ai ke sana sesekali. Akan kucoba buatkan sesuatu yang se
taku untuk bekerja di tokonya agar bisa belajar mulai dari hal kecil. Lalu setelah lulus nanti aku ingin belajar Culinary Arts di luar negeri seperti beliau dulu." Kedua iris Yuki terlihat berbinar karena semangat. "Tapi masalahnya-" dia te
rusaha dengan keras, kau
yang sama dengan Ayahku. Yosh! Ka
ihatnya. Waktu berlalu tanpa mereka sadari. Matahari kini sudah terbenam dengan sempurna membuat
Yuki. "Maaf Senpai, padahal kau memintaku untuk membawam
s Izumi. "Mau k
lalu berdiri dar
ebut dan kembali menuruni jalanan yang s
g mau mampir ke satu t
jika dia menghabiskan waktu sedikit lebih lama di lu
di sekitar sini. Senpai pasti sudah l
ibiarkannya Yuki menarik tangannya sedangkan dirinya tersenyum samar mengikuti langkah gadis itu. Sekitar sepuluh menit kemudian langkah mereka
mpat itu lumayan ramai. Hampir semua tempat duduk terisi penuh oleh pengunjung. Keduanya lalu melangkah menuju tempat duduk yang masih kosong. Tak lama setelah duduk seorang pelayan datang untuk mencatat ramen pesanan mereka. Yuki dan Izumi masing-
Amer
-kun / F
mereka. Keduanya sama-sama terkejut, terutama Izumi yang tak
pai dan Nak
kami ikut bergabung den
kan Ryu duduk di samping Izumi. Mendadak aura canggung muncul di sana. Sampai akhirn
ab?" tanya Nana. Gadis bersurai hitam itu menata
" jawab Izumi da
as Nana lalu ta
Kali ini Yuki bertanya pada Ryu yan
a turnamennya sudah dekat kami
esanan Nana dan Ryu tak lama sesudahnya membuat obrolan mereka terhenti sement
g direbus lama membuat rasanya semakin gurih. Kali ini Izumi mencoba mie ramennya. Tekstur mie yang digunakan
nak, bukan?" tanya Yuki. Izu
ini kau tinggal di Am
etika berusia delapan
ukup lama
, begitupun dengan Izumi. Sementara Yuki menatap sekilas dua pemuda yang duduk ber
lakang Izumi-Senpai? Itu berarti dia dan Nakagawa-kun ...? Aku tak tahu ini hanya perasaanku saja a
i-ch
ata yang berbeda warna itu kini tengah menatap ke arahnya dengan tatapan pen
daritadi kau melamun sambil
ntuk meyakinkan Nana dan yang lainnya. Setelah itu dia
sini. Sampai jumpa di sekolah, kalian bertiga!" ujar Na
sudah malam," ujar
a Nana mengalah dan membiarkan Ryu menemaninya menuju stasiun. "Kalau begitu kami duluan, ya. Kalian berdua pulangnya searah
-kun juga hati-hati
yum tipis lalu beranjak me
pulang juga," aja
ea
na dan Ryu di kedai tadi, pemuda itu tak banyak bersuara seperti halnya Ryu. Selagi berjalan Yuki diam-diam mencuri pandang ke
raan, tapi apa? Apa kutanyakan saja tentang panggilan tadi? Tapi Izumi-Senpai sepertinya tak akan
t bertanya-tanya dalam hati melihat Yuki yang sed
hara-
npa
zumi saling memanggil secara bersamaa
udah menemaniku. Maaf kalau aku
dan lagi harusnya aku yang minta maaf kare
saja yang tidak tepa
n Izumi dengan jelas karena nada suaranya terdengar lirih ditambah suara angin
lalu tersenyum tipis. "
bertanya sesuatu?
lak
endak dia tanyakan, entah mengapa tak bisa dia utarakan dan hanya be
tiba-tiba terdiam dan hanya menatapnya tanp
di depan wajahnya. Gadis itu kembali melangkah. Namun
hal panggilan Nana
zumi menyadarinya. Mau tak
ya, sampai saat ini aku belum memperkenalkan diri secara lengkap, ya.
begitu Na
Izumi. "Fujihara-san, tentang hal ini jangan katakan pada siapapun, ya. Aku hanya tak ingin orang lain bertanya m
berjanji. Mungkin karena ini Senpai dan Nakagawa-kun terlihat cang