Dandelion, Wish, and Wind
ity, Ameri
You'll be late
I'm c
dalam kopernya dan bergegas membawanya keluar. Begitu keluar
lam mobil. Sambil menggandeng tangan Izumi, sang istri mengikuti langkah suaminya. Dengan penuh perhatian w
iba mengalir deras layaknya air hujan, membuat perasaan pemuda delapan belas tahun itu menjadi sesak. Jangan menangis! perintah Izumi pada
you o
oked like my heart didn't want to go anywhere," ujar Izumi. Mr. Sharon tak menjawab
an stay here with us." Ucapan Mrs. Sharon tentu saja membuat iris
ou can't forbid him to go!" t
ate. If you want to stay then I'll talk to them." Mengabaikan tatapan tajam dari suaminya, Mrs. Sharon menatap Izumi den
ke Jepang bukan permintaan terakhir dari ayahnya, pemuda itu lebih suka menghabiskan waktunya di Amerika. Meskipun Jepang adalah tanah kelahirannya, dia tak pernah berharap untuk kembali ke sana suatu saat nanti. Kenangan masa kecil yang menyakit
, kema
. Pemuda itu menutup bukunya dan berjalan mendekati ayahnya. Laki-laki it
ah ke Jepang. Ibu
Hampir selama sepuluh tahun ini, ayahnya tak pernah menyinggung sed
lang aku tidak ingin ke
zu
keluarganya. Bagaimana bisa kau memintaku untuk kembali. Aku-" Tangan Izumi mengepal menahan emo
rasa sakit yang dia berikan aku sudah memaafkannya. Karena itu, kau juga harus me
-san
ercaya kau bisa melakukannya, Haruki." Tak
tang percakapan terakhirnya dengan ayahnya. Dengan satu tar
kami menyambutmu dengan tangan terbuka," pesan Mrs. Sharon sesaa
," ujar Izumi. Mr. Sharon tersenyum dan menjabat tangan Izumi dengan erat. Sementar
gitu Izumi bisa melihat kedua iris amber itu berkilau karena air mata. Izumi mengangguk dan melemparkan senyuman terakhir kepada Mr. dan Mrs. Sharon. Pemuda itu kemudian menarik kopernya menuju ruang tunggu bandara. Satu jam kemudi
erusaha mencari posisi nyaman untuk memejamkan mata. Dalam hati dia berharap ketika membuka mata nanti semuanya adalah mimpi. Seiring dengan pesawat yang terbang semakin
selamat
enandakan malam telah tiba. Izumi menyeka wajahnya dengan tangan, sementara pikirannya kembali mengingat-ingat mimpi yang muncul dalam tidurnya. Sosok anak kecil yang mengucapkan selam
Bahkan kau sampai mengucapkan selam
karena kehadiran seorang pramugari yang menawarkan makanan kepadanya. Namun ditolaknya dengan halus. Entah mengapa penerbangan p
sekarang?" tawar pramugari itu lagi. Izumi menggeleng pelan. "Kalau begitu jika membutuhk
ma kasih,"
ang. Jadi ini benar-benar bukan mimpi ya, batin pemuda itu. Tubuhnya sedikit terguncang ketika pesawat mendarat di landasan pacu. Izumi mengintip keluar dari balik jendela kabin. Tiba-tiba
bali berbicara. Tak kusangka aku akan kembali ke si
uki-