Dandelion, Wish, and Wind
dengan seekor anjing berwarna coklat. Dengan sedikit canggung Izumi melangkah menghampiri Ryu dan anjingnya. Begitu melihat Izumi, anjing itu berlari ke arahny
Kuma. Anjing coklat itu menjulurkan lidah sambil mengibaskan ekornya dengan
lan?" tawar Ryu yang dibalas o
gi berjalan Izumi melihat sekelilingnya dengan seksama. Rumah-rumah yang berderet di tepi jalan
bunga sakura?" tanya Ry
terakhir Izumi bersama sang ayah, Yoshino Takumi. "Izumi, kau tahu. Setiap kali melihat sakura di sini, Tou-san berharap agar suatu saat nanti kita bisa melihat sakura langsung di Jepang. Tou-san pikir sakura d
" tanya Ryu yang menyadar
s Izumi yang tersadarkan dari l
berhenti di area taman. Taman itu terlihat begitu asri. Ban
di tempat ini. Bu
ang tali kekangnya sedikit terseret mengikuti langkahnya. "Chotto! Jangan tiba-tiba lari seperti ini!" protes Ryu. Namun anjing itu tak menghiraukannya
indra pendengaran Izumi. Pemuda itu menghentikan langkahnya. Beberapa meter di sebelah kanannya sosok gadis berambut silver yang berdiri membelakangi Izumi tengah memainkan biolanya dengan khidmat. Berlatarkan langit biru tanpa awan, pohon sakura y
gan mereka beradu beberapa detik sebelum akhirnya gadis itu membawa langkahnya mendekat ke arah Izumi. "Ada se
itu keluar dari mulutnya. Bodoh! Bodoh! Izumi bodoh! Sejak kapan kau jadi banyak bicara begini? Terlebih kalimat tadi 'aku suka'? dalam hati Izumi kembali merutuk dirinya sendiri. Dengan sedikit ragu
arkan hanya suara angin memecahkan keheningan di antara mereka. Hal itu berlangsung
a masih
l dirinya. Wajah Ryu terlihat sedikit basah karena peluh, mungkin Kuma membuatnya berlari terlalu jauh. Iris Ryu lalu tertuju pada sosok lain yang berdiri di dekat Izu
i menatap gadis itu dan Ryu secara bergantian.
di sekolah kami. Aku Fujihara Yuki. Salam kenal eto ... -" Fujihara Yuki
ihara-san," ujar Izumi b
tu sebelumnya. Sejak 'kakak' barunya itu tiba di rumah mereka sampai detik ini dia memanggilnya Haruki, sesuai dengan nama yang diberitahu oleh ibunya. Dan lagipula sejak tadi pemud
ga keluar bersama dari area taman. Izumi terdiam sedangkan Ryu melirik sekilas
li ke Jepang hari ini. Jadi tak banyak yang tahu kalau kami bersaudara," terang Ryu.
ih lancar untuk ukuran orang yang tinggal lama di luar negeri," ujar Yuki. Sed
dalam kepalanya. Namun sebelum dia sempat mengatakan sesuatu, Izumi sudah lebih du
ku
umi-san, aku duluan ya. Aku tak ingin te
hanya berdiri dalam diam menatap helaian rambut silver Yuki yang bergerak mengikuti irama langkahnya. Saat sosok gadis itu masuk ke dalam bus dan tak terlihat
ya, sesekali Ryu melirik ke arah Izumi. Wajah pemuda itu terlihat datar tanpa ekspresi. Namun sorot ya
an panggilan Ryu. Dia menoleh sebentar-memberi isyarat agar Ryu meneruskan ucapannya. Setelah itu Izumi kembali me
uzaki-kun apa yang kau katakan tadi
"Souka yokatta," balas Ryu.
erbang kediaman Keluarga Nakagawa kini hanya berjarak kurang dari satu meter. Ryu menghentikan langkahnya begitupun dengan Izumi. P
kaitannya denganmu
Ryu tersentak. Baik nada suara maupun pandangan Izumi kepadanya kali ini sama-sama dingin. "Aku tahu itu tak ada hubungannya denganku. Tapi aku hanya ingin Kakak tahu, Mama selama ini begitu merindukanmu. Dia sangat ingin bertemu denganmu!" jelas Ryu. Ah, kenapa aku mengatakan hal ini? Padahal sebelumnya aku sudah bilang pada diriku untuk tidak mencampuri urusan mereka berdua.
intamu untuk mengat
pa
rkan bertahun-tahun yang lalu," lanjut Izumi. Kali ini nada sua
butan 'wanita itu'. Terkesan seperti pemuda itu tak menaruh rasa hormat pada sosok yang telah membawanya ke dunia ini
lih topik pembicaraan. Namun Ryu tak pernah menyangka Izumi akan mengatakan hal-hal seperti itu. Karena Ryu tak kunjung mengatakan apapun, Izumi kembali meneruskan langkahnya. Mendahului Ryu yang kini berdiri kaku di tempatnya dengan segenap emosi yang
ertemu dengan penghuni rumah itu saat ini. Sampai di dalam kamarnya Izumi langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Iris obsidiannya menerawang jauh ke luar jendela. Sementara benaknya sedikit mengulang perdebatan kecilnya dengan
uma mendongak menatap Ryu seakan bertanya apakah tuannya baik-baik saja. Ryu yang melihat tingkah anjingnya menghela napas pelan lalu mengelus bagian bawah leher Kuma. "Gomene Kuma, aku
ur pada hal-hal yang buka
ar menatap langit biru yang entah sejak kapan mulai tertutupi oleh gumpalan awan cumulus.
atkan diri ke dapur untuk mencari minuman guna menghilangkan rasa hausnya. Ketika memasuki dapur Ryu melihat ibunya di
tu mengalihkan fokusnya dari mangkuk berisi adonan kue yang dia aduk dan menoleh ke arah Ryu.
," bal
i tadi dia rasakan menghilang dalam sekejap ketika cairan manis itu melewati tenggorokannya. Ryu meletakkan jusnya yang tersisa setengah lalu kembali meng
n Izumi-kun?" tanya Tsubaki yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh Ryu. Mengetahui hal itu Tsubaki tersenyu
eluarga Nakagawa membawa kehangatan yang selama ini Ryu rindukan dari ibu kandungnya sendiri. Wanita itu meninggal ketika usianya baru beranjak dua tahun membuat Ryu tak mengingat banyak hal tentang ibu kandungnya. Hal yang paling dia ingat dari ibunya adalah senyumannya. Bagi Ryu senyum itu adalah
kalimat 'aku tak apa-apa' sebagai jawaban. Tsubaki tak menanyakan apa-apa lagi. Sebaliknya iris violetnya menatap Ryu dengan seksama, seakan memastikan kebenaran jawaban pemuda itu. "Kalau kau ada masalah, jangan sungkan untuk diutarakan
"Arigatou Mama," ucap Ryu. Setelah menghabiskan jus persiknya, Ryu pamit pada Tsubaki untuk kembali ke kamarnya. Sampai di lantai dua dia berdiri sebentar di depan pintu kamar Izumi menimbang apakah dia harus mengetuk pintu itu atau tidak. Namun pada akhirnya Ryu mengurungkan niat dan berbalik melangkah menuju kamarnya sendiri.