icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

RAHASIA KELUARGA TERLARANG

Bab 6 Rumah Sakit

Jumlah Kata:1329    |    Dirilis Pada: 23/09/2022

ah Hamidah. Menyayangkan tindakan warganya yang di luar batas. Dan leb

tas kejahatan Waluyo. Sanira, istri adiknya itu meninggal setelah be

ga yang jauh dari pemukiman dan dekat dengan hutan lebat yang jarang dimasu

masih di kuburan? Rasanya sudah tidak masuk akal kalau Waluyo enggan meninggalkan pusara Sanira.

dia. Kondisi jiwanya pasti masih terpukul itu " Susi, istri Andro sambil m

n setapak menuju rumahnya yang terlihat suram.

cari dia sampai ketemu. Perasaanku tidak tenang sama sekali." Andro berdiri dan

um mau melihat anaknya. Aku khawatir kalau-kalau Wal

lam gendongannya. Dia juga ikut meras

rang, lihatlah, istri yang ia bangga-banggakan itu pergi untuk selamanya. Akh, kalau kuturutk

agi. Dia sudah tidak bersama kita. Sekarang, tugas kita membesarkan anak ini. Mungkin

u menciumi lembut

g dia masih bel

u Waluyo masih belum memberinya nama, biar kita

rang, aku ke kamar dulu, ya, Mas. Aku buatin

Susi. Dia kembali tenggelam dalam kesunyian

irnya siuman dari tidur yang terasa begitu panjang. Hal perta

segera menenangkannya. Hamidah tidak terkontrol, dia berusah

ronta-ronta sampai akhirnya salah satu dari perawat itu memanggil dokter. Tidak la

sejenak dari bumi ini. Alam bawah sadarnya terus

at ketakutan itu perlahan-lahan memud

gar cerita suaminya, rumahnya terbakar, dan dia melahirkan di rumah tersebut,

aku khawatir

nap

irup asap, dia bakalan berma

edek bayinya bisa selamat

Kita hanya b

prihatin. Memang, mereka akui, Hamidah sangatlah cantik

jang rumah sakit. Dia sudah sedikit tenang da

empuan itu merasa haru yang teramat sangat. Bayinya t

mendekatkan bayi mungil itu ke dadanya. Terdengar

sa meny

rawat tersebut lal

midah memejamkan mata, merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan.

hi bunga-bunga. Ter

bayi itu sudah dikembalikan ke ruang bayi, Hamidah kemb

ku tidak bisa menyelamatka

nemukan tengkorak ibunya yang terbakar? Atau dibiarkan saja

sekali cobaan yang Engkau berikan." Hamidah terisak-isak. Hatinya sangat gelisah. Ia juga

rang memegang bahunya. Hamidah

au

terse

ku. Kam

percaya, "apa kau yang telah

lai lembut kepala Hamidah yang

kau meno

aki itu seakan-akan hendak menyelami

aku menc

melotot. "Jangan bercanda! Aku sedang tidak ingi

amidah. Namun, Hamidah kembali melotot. Dia ben

long hargai aku dengan tidak memegang tubuhku!" Ham

amidah! Apa kau benar lupa dan

memindai pria di depannya itu. Be

rapa bulan yang lalu, kan? Yan

berat. Dia berjalan

ku akan pergi ke kampungmu. Memastikan ka

muruh begitu mende

gi. Selepas itu, kau akan

bantah, tapi Arif

cukup familiar, tapi kenapa

ng terasa teramat letih. Memejam

*

kesal ketika sampai di rumah Hamidah, puing-puing kebakaran masih teronggok seperti itu. Dan ya

mpahkan ke tubuh Waluyo yang

an lapuk di dalam hutan. Rumah yang sud

n pinang. Di sanalah Waluyo terikat. Sementara Arif mengh

a kau sud

uyo. Rasa sakit seketika menyergap. Teria

u mohon!" Waluyo merata

a mulai. Coba beritahu abang, mata kirimu

angis, mem

ni dulu? Waktu itu, mungkin kau tidak benar-benar sanggup karena masih tak

Teriakan Waluyo ditindihi oleh kekehan Arif yang terl

a. Jeritan demi jeritan, seakan b

ghentikan kegilaan Arif. Akan

mbung

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka