RAHASIA KELUARGA TERLARANG
nyuman Sanira. Dia sedang asyik
ira mengelus lembut dada telanjang Waluyo yang berkeringat
ia lahir?" Waluyo mengembuskan asap rokok ke udara. Sembar
bayi kita ini lelaki." Jari-jemari Sanira semakin turun ke bagian perut Waluyo. Lelaki itu memejamkan mata
terpancing. Sanira d
inggal separuh di asbak. Dia memeluk Sanira erat
Lalu mata mereka saling bersitatap
yang ka
n erat memelu
karang hanya batu nisan yang bisa ia pandangi. Perempuan cantik yang telah
pada dirinya sendiri yang tidak berada di sampin
inggalkanmu sedetik pun. Aku menyesal. Aku benar-benar menyesal tidak ada di sisimu di
Langit kian kelabu seakan-akan bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh
luy
a seka air matanya dan menoleh ke samping,
endapati siapa lelaki yang baru datang tersebut. Matanya mengitari sekitar. Hanya sunyinya kuburan dan mereka be
g Ar
il sikap waspada. Dia menatap Ari
ngan Waluyo. Bibirnya tersenyum tipis,
at, wajahnya dingin. Aura yang ia kelua
ika Arif mendekatinya. Tangan Arif memegang bahunya kuat.
Arif mendesis, kentara sekali kala
o menggigil. Kilasan-kilasan masa lalu seolah dipa
nar sudah mati. Tapi tahukah kau, kalau Tuhan belum mengizinkan malaikat maut membunuhku. Mungkin Tuha
sangat kuat hinggap di pipinya. Waluyo men
adik tidak tahu terima kasih! Demi mendapatkan Sanira, kau tega memfitnah dan hendak membunuhku! Bukankah sudah kukatakan, kalau Sanira tidak
lalak. Arif terta
yang membuatnya tidak percaya, terkejut. Dia seakan-akan menduga aku adalah hantu yang datang menjemput ajalnya. Sa
uh. Kemarahan mulai memenuhi kepalanya.
n pada puncaknya Waluyo mengeluarkan pistol yang terselip
uat lelaki itu menjadi sasaran empuk. Dia
i tidak kali ini. Peluru di dalam pistol ini akan
pa? Karena aku masih tahu berterima kasih pada ibumu itu, yang telah merawat dan membesarkan
keinginan hatinya untuk membunuh. Pelatuk pist
menarik pistol di tangan Waluyo dan membuat lelaki itu sekarang berad
bin
ang mencekik Waluyo ke tanah. M
bunuhmu. Membunuh? Oh tidak, aku ... ingin menyiksamu dulu. Pelan-pelan. Kau masih ingat rumah hantu di tengah hutan? Di mana dulu kau pernah meninggalkanku dalam keadaan terikat di sana sendi
Arif terangkat ke udara, lalu secepat tiupan badai,
anya berkunang-kunang. Hal terakhir yang ia ingat, sebelum semua bayangan
-daun dan ranting pepohonan melantunkan nada-nada kematian. Arif tertaw
ang mencoba mengingatkannya, ia tepis dengan cepat. Kila
yang paling kusayang, tapi rasa benciku jauh lebih besar. A
ngkah kian jauh ke dalam hutan, dengan tubuh Waluyo yang s
git pun seolah menghilang dari pandangan.
rah tumpah
mbung