RAHASIA KELUARGA TERLARANG
i belakang ibunya ketika Pak Arfan berdiri
ekarang juga. Enam puluh juta, tunai!" Pak Arfan dengan kumis tebalnya berdiri dengan congkak sambil
a mungkin aku harus menikah denganmu. Apa kata or
aku sudah begitu lama menyukaimu. Apalagi dengan meninggalnya Jumadi, Arif jadi tidak punya bapak. Aku siap menjadi bapak yang bisa ia andal
an, juragan kaya di kampung itu. Selain jadi juragan, di
pesta meriah pun digelar. Semua penghuni kampung keluar da
ali
i idolanya. Ayah yang menjadikan ia raja di hatinya. Namun, tanpa diduga, ayahnya tiba-tiba saja tewas ketika se
ung. Badannya hancur dan wajahnya ru
aya juga kalau jasad malang itu adalah Jumadi. Berhari-hari ia berharap, menung
ghardik ayahnya. Arif tidak suka sama sekali dengan Pak Arfan. Lelaki itu tidak memiliki hati yang baik. Ba
ama ia menginjakkan kaki di rumah Pak Arfan, lelaki itu m
Mata merah Pak Arfan mendelik. Arif kecil ketakutan dan mencoba meminta perlindungan sama bunda tercinta. Nunik pun protes, tapi y
sebagai anak sendiri. Kenapa sekarang Tuan ingkar? Apa ... maksud semu
sudah jadi istriku. Jadi wajib tunduk dan patuh pada kehendak
ke rumah besar. Aku tidak mau berdekatan dengan keturunan Jumadi. Membuatku alergi dan meriang. Sekali saja kudapati ia bera
kan lakukan apa yan
an kau Nunik, saatnya memuas
gan Bik Atun langsung membekap mulutnya dan menar
ang penting, kamu kudu kuat. Dan ikuti semua aturan di rumah ini. Bibik khawatir kalau k
n hati Bik Atun. Perempuan setengah abad itu mem
merasakan mereka berjauhan. Dia benar-benar tidak diizi
nya, tapi berkali-kali juga Bik Atu
t kita berdua terbunuh. Bahkan ibumu pun bis
ngin menemui ibu sebentar saja. Arif moh
Mencegahnya dari menemui Nunik. Tarik mena
Ada ap
erentak menghadap sumber suara. Seorang remaja lel
aksa untuk masuk ke rumah besar. Ia ingin
Kau sudah tak berhak terhadap ibumu, Rif. Dia sudah menjadi ib
mu ibu, Bang. Arif kangen,
wajah Arif keras. Arif kian meraung kesakitan. Andro mengulurk
sudah! Ba
ng ajar seperti ini h
bali ke kamar pembantu. Bik A
g aku yang turun tangan. Kalau bapak, bisa-bisa kau dan
nya berguncang-guncang menahan perasaan. Dia sangat benci anak lelaki di depannya
padaku, Arif!" Andro mendorong tubuh Arif ke a
ang sudah ada di kamar tersebut beru
ertemu, berbicara dan memeluk ibumu, kamu masih bisa melihatnya dari kejauhan 'kan? Ibumu sekarang pasti sangat ingin menem
ar. Membiarkan rasa sakit membatu di dalam
itu. Siang dan malam tiada henti. Semua itu membuat Pak Arfan bahagia. Bahkan Wal
ggu dua kali, Arif akan dipanggil ke dalam sebuah kamar di rumah besar untuk menemui Nunik. Bulan-bulan pertama Nunik masih mengenaln
if semakin parah. Dia seperti dip
iap kali Pak Arfan mabuk, ia akan membawa Arif ke
inggang. Tidak peduli permohonan ampun yang Arif lontarkan, Pak Arfan t
turutkan hati, ingin aku membunuhmu saat ini juga. Setiap kali melihat wajahmu ini, hanya kebencian yang
encinya. Apakah ini sebenarnya tujuan dari Pak Arfan men
an dirawat luka-luk
Begitu juga dengan Andro dan Waluyo. Sayangnya, kedua
Arif. Menjadikan Arif bahan leluco
bekas jelas d
an Arif ingin mengoyak-ngoyak tubuh W
yang hendak ditusukkan Arif ke matanya, menancap kuat di kayu tiang yang mengika
nku hidup. Aku tahu ... sudah begitu banyak ... kesalahan yang telah ... aku lakukan. Aku ... mohon maafmu, Bang! Mohon ampuni aku, Baaang!" Waluyo meratap dengan napas masih megap-me
. Waluyo menggertakkan
ar dari hidungnya, terasa hangat di waja
erimu maaf, tapi
ar. Harapan seketi
Aku akan sanggupi apa
ab, dengan cepat tangannya mem
sa sakit yang ia alami. Di depannya, Ari
tel
punya rasa kasihan, Bang! Tega-
il menyumpalkan daun teling
aku memotong tel
ng yang ada di dalam mulutnya,
meminta dan memohon agar kau tidak menyiksaku! Tapi kau abaikan. Kau acuh dengan jer
an Arif betul-betul sangat menyiksa. Rasa sakit di bekas telinganya itu
nya
ang itu memohon, gumaman suaranya tidak jelas. Air mata kembali
apa perlu aku potong d
an bening-bening kristal membasahi sudut matanya. Deng
ah, semakin per
melihat Waluyo yang
unjung reda. Bahkan
menjenguk Hamidah. Oh, ya, kau mungkin ti
inganya menangkap jelas
ng, kalau dia tinggal bersama keluargamu. Dia bisa menjadi jaha
isebut, jantung Wal
... aku mohon, hanya ia satu-satunya kenan
an indah, Waluyo! Waktu kematianmu semakin dekat. Aku hanya menu
ntuk ke sekian kalinya. Kuping satunya lagi terbabat putus. A
kan membuatmu banyak kehilangan darah. Yah, kalau kau bisa bertahan sampai esok pagi, itu emang sudah semestiny
jijik karena memakan kupingnya sendiri. Tidak terhin
i anakku, Ban
Waluyo yang tanpa daun telinga. Dia berdiri d
, dipersilahkan wak
n demi pohon. Sekali-kali ia menyeka air mata yang bercampur dengan air hujan
nya Waluyo berada dalam ceng
mbung