icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

RAHASIA KELUARGA TERLARANG

Bab 7 Bibit Dendam

Jumlah Kata:2075    |    Dirilis Pada: 23/09/2022

i belakang ibunya ketika Pak Arfan berdiri

ekarang juga. Enam puluh juta, tunai!" Pak Arfan dengan kumis tebalnya berdiri dengan congkak sambil

a mungkin aku harus menikah denganmu. Apa kata or

aku sudah begitu lama menyukaimu. Apalagi dengan meninggalnya Jumadi, Arif jadi tidak punya bapak. Aku siap menjadi bapak yang bisa ia andal

an, juragan kaya di kampung itu. Selain jadi juragan, di

pesta meriah pun digelar. Semua penghuni kampung keluar da

ali

i idolanya. Ayah yang menjadikan ia raja di hatinya. Namun, tanpa diduga, ayahnya tiba-tiba saja tewas ketika se

ung. Badannya hancur dan wajahnya ru

aya juga kalau jasad malang itu adalah Jumadi. Berhari-hari ia berharap, menung

ghardik ayahnya. Arif tidak suka sama sekali dengan Pak Arfan. Lelaki itu tidak memiliki hati yang baik. Ba

ama ia menginjakkan kaki di rumah Pak Arfan, lelaki itu m

Mata merah Pak Arfan mendelik. Arif kecil ketakutan dan mencoba meminta perlindungan sama bunda tercinta. Nunik pun protes, tapi y

sebagai anak sendiri. Kenapa sekarang Tuan ingkar? Apa ... maksud semu

sudah jadi istriku. Jadi wajib tunduk dan patuh pada kehendak

ke rumah besar. Aku tidak mau berdekatan dengan keturunan Jumadi. Membuatku alergi dan meriang. Sekali saja kudapati ia bera

kan lakukan apa yan

an kau Nunik, saatnya memuas

gan Bik Atun langsung membekap mulutnya dan menar

ang penting, kamu kudu kuat. Dan ikuti semua aturan di rumah ini. Bibik khawatir kalau k

n hati Bik Atun. Perempuan setengah abad itu mem

merasakan mereka berjauhan. Dia benar-benar tidak diizi

nya, tapi berkali-kali juga Bik Atu

t kita berdua terbunuh. Bahkan ibumu pun bis

ngin menemui ibu sebentar saja. Arif moh

Mencegahnya dari menemui Nunik. Tarik mena

Ada ap

erentak menghadap sumber suara. Seorang remaja lel

aksa untuk masuk ke rumah besar. Ia ingin

Kau sudah tak berhak terhadap ibumu, Rif. Dia sudah menjadi ib

mu ibu, Bang. Arif kangen,

wajah Arif keras. Arif kian meraung kesakitan. Andro mengulurk

sudah! Ba

ng ajar seperti ini h

bali ke kamar pembantu. Bik A

g aku yang turun tangan. Kalau bapak, bisa-bisa kau dan

nya berguncang-guncang menahan perasaan. Dia sangat benci anak lelaki di depannya

padaku, Arif!" Andro mendorong tubuh Arif ke a

ang sudah ada di kamar tersebut beru

ertemu, berbicara dan memeluk ibumu, kamu masih bisa melihatnya dari kejauhan 'kan? Ibumu sekarang pasti sangat ingin menem

ar. Membiarkan rasa sakit membatu di dalam

itu. Siang dan malam tiada henti. Semua itu membuat Pak Arfan bahagia. Bahkan Wal

ggu dua kali, Arif akan dipanggil ke dalam sebuah kamar di rumah besar untuk menemui Nunik. Bulan-bulan pertama Nunik masih mengenaln

if semakin parah. Dia seperti dip

iap kali Pak Arfan mabuk, ia akan membawa Arif ke

inggang. Tidak peduli permohonan ampun yang Arif lontarkan, Pak Arfan t

turutkan hati, ingin aku membunuhmu saat ini juga. Setiap kali melihat wajahmu ini, hanya kebencian yang

encinya. Apakah ini sebenarnya tujuan dari Pak Arfan men

an dirawat luka-luk

Begitu juga dengan Andro dan Waluyo. Sayangnya, kedua

Arif. Menjadikan Arif bahan leluco

bekas jelas d

an Arif ingin mengoyak-ngoyak tubuh W

yang hendak ditusukkan Arif ke matanya, menancap kuat di kayu tiang yang mengika

nku hidup. Aku tahu ... sudah begitu banyak ... kesalahan yang telah ... aku lakukan. Aku ... mohon maafmu, Bang! Mohon ampuni aku, Baaang!" Waluyo meratap dengan napas masih megap-me

. Waluyo menggertakkan

ar dari hidungnya, terasa hangat di waja

erimu maaf, tapi

ar. Harapan seketi

Aku akan sanggupi apa

ab, dengan cepat tangannya mem

sa sakit yang ia alami. Di depannya, Ari

tel

punya rasa kasihan, Bang! Tega-

il menyumpalkan daun teling

aku memotong tel

ng yang ada di dalam mulutnya,

meminta dan memohon agar kau tidak menyiksaku! Tapi kau abaikan. Kau acuh dengan jer

an Arif betul-betul sangat menyiksa. Rasa sakit di bekas telinganya itu

nya

ang itu memohon, gumaman suaranya tidak jelas. Air mata kembali

apa perlu aku potong d

an bening-bening kristal membasahi sudut matanya. Deng

ah, semakin per

melihat Waluyo yang

unjung reda. Bahkan

menjenguk Hamidah. Oh, ya, kau mungkin ti

inganya menangkap jelas

ng, kalau dia tinggal bersama keluargamu. Dia bisa menjadi jaha

isebut, jantung Wal

... aku mohon, hanya ia satu-satunya kenan

an indah, Waluyo! Waktu kematianmu semakin dekat. Aku hanya menu

ntuk ke sekian kalinya. Kuping satunya lagi terbabat putus. A

kan membuatmu banyak kehilangan darah. Yah, kalau kau bisa bertahan sampai esok pagi, itu emang sudah semestiny

jijik karena memakan kupingnya sendiri. Tidak terhin

i anakku, Ban

Waluyo yang tanpa daun telinga. Dia berdiri d

, dipersilahkan wak

n demi pohon. Sekali-kali ia menyeka air mata yang bercampur dengan air hujan

nya Waluyo berada dalam ceng

mbung

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka