RAHASIA KELUARGA TERLARANG
saat-saat api melahap
k? Hamidaaah! Jawab Ibu! Y
oba melewati kobaran panas yang menyengat. Matanya ya
di hatinya. Dalam jutaan do'a yang dia ucapkan, hanya satu keinginanannya ag
ak, tak peduli kalau ujung bajunya sudah mulai terbakar, tak peduli kalau kayu di langit-
ang
la
langk
mm
t mencoba menghindar. Namun, apa daya
ia dewasa menghimpit kakinya.
ah! Tol
nasnya bara api membakar daging betisnya. Bajunya pub terbakar de
sepuluh jengkal, ia melihat Hamidah tergeletak. S
matkan anakmu!" Rintihan dan harapan seakan-akan memenuhi ruang jiwa perempua
Begitu berat cobaan yang Engkau berikan. Aku mohon, Ya Allah, berikan se
ak dagingnya, Nurhayati menarik kakinya sekuat t
r-benar terkelupas. Tulang tungkainya terlihat jelas. Nam
." Dengan sisa-sisa tenaga yang ada,
perlahan terb
ah menggerakkan bibir. Lidahnya terasa
ilah kita bersama-sama menghadapi datangnya maut. Mungkin inilah yang
idah. Api masih berkobar dengan ga
ya anakku ... bahkan ... aku tid
geak di antara dua pahanya. Suaranya terdengar parau dan m
Nak! Rel
orang lelaki di depannya. Hamidah pun menatap orang tersebut nana
ati menjerit, melih
anak dan cucuku. Aku mohon ... mereka tidak bersalah!
ngkat bayi Hamidah yang masih ada tali pusarnya. Dia letakkan di atas perut
u?" Lelaki itu terliha
kas! Bagiku, keselamatan Hamidah d
tersenyum. Lelaki itu meng
an aku
langit-langit rumah kembali jatuh. Kali i
. Hanya saja darah mulai menggena
ncang-kencangnya. Denga
ti ini. Ibunya tidak akan mati mengenaskan. Andai saja aku tidak
k sembari menggendong Ha
Aku akan menyelamatkanmu. Jangan
*
adi membuat Kepala Kampung terkejut. Dia yang baru saja
berkumpul. Mencari tahu siapa yang tel
ak. "Dia yang memprofokasi warga. Kita sem
mana Waluyo
aki muda berusia 25 tahun mengangkat tangan
membuatnya geram. Waluyo adalah adiknya sendiri. Bagaimana bisa di
an apa yang telah k
amun, wajahnya ti
mbunuh perempuan tua dan perempuan hamil!
u. Perempuan sundal itu sudah sepantasnya mati. Dia telah mencemari kampung kita de
a melengak kaget. Tidak menduga ka
alian tidak boleh menyalahkan aku saja. Ini demi kebaikan kampung! Demi kebaikan kita bersama! Mema
pabrik. Berisik. Sebagian mengaminkan, s
at-rapat. Biarkan peristiwa ini terkubur di dalam hati masing-
ng seorang Waluyo. Dia berdiri dengan ponga
ut. Kunci mulut kalian rapat-rapat! Ingat, jika sampai bocor ke telin
ungkan tangan
o
inya juga melahirkan di rumah sakit. Nam
Di mana mata rantai baru saja tercipta. Dan ujun
mbung