RAHASIA KELUARGA TERLARANG
uan cantik, kembang desa, pulang dari kota dalam
telah berhasil memerawani sang primadona? Berani-ber
ndiri, tapi juga malu pada orang banyak. Apalagi dia dari keluarga miski
u daya. Kepolosan dan keluguannya mengantarkannya pada neraka dunia. Terjeba
at pelacuran yang menampung dirinya, enggan mempekerjakan
bisa kembali pulang ke kampung. Jangan usir aku dala
injaman, malah dengan kurang ajar, ia mengantarkan dua orang pria buruk r
Selepas itu, berhembuslah kau dari tempat ini! Andai saja kau tidak hamil, sudah barang tentu hidupmu bahagia. Di mana la
apa peduli. Jasanya dibayar. Tubuhnya sudah milik umum begit
ringai dengan wajah mesum. Berkali-kali mereka mereguk ludah dan membas
ang kau bunting, setidaknya hargamu tidak lagi begitu mahal! Aku sudah patungan dengan saudaraku untuk bisa meras
an rakus dan penuh nafsu, kedua lel
an, tapi aku mohon, jangan sakiti tu
mah bordir ini. Mereka terkenal temperamen dan suka main kasar. Hatinya sangat kecut,
rnafsu kalau tidak melihatmu merintih kesakitan. Apala
i wajahnya. Mulutnya terasa asin. Pipinya pun panas. Sekali, dua
hat itu berebutan mencium bibirnya. Perut Hamidah terasa mual membaui aroma
ubuhnya yang lain. Remasan, pukulan membuat Hamidah memohon-mohon. Pada p
erihnya. Napasnya megap-megap kare
bayang wajah tua ibunya, mengucapkan ribua
gkap gelak tawa dua lelaki itu se
*
ang kelabu. Telinganya menangkap deru mesin. Dengan susah payah ia mencoba duduk. Terkejut mend
. Ini jalan pulang. Jalan menuju kampung halaman. Hamidah menangis teris
an, takdir apa yang kau berikan? Kenapa begitu berat rasanya. Cabut saja nyawaku, Tuhan!" Hamidah terisak-isak dalam kegamangan hati. Dia sangat tahu bagaimana watak pe
harus diisi dengan peliknya kehidupan Hamidah. Ada ragu yang seketika menyergap. Sudah betulkah keputusannya untuk pulang
ke mana? Apalagi dalam keadaan hamil
durjana itu harus membayar mahal hasil perbuatannya. Tunggulah dari sekarang, Mas, kelak akan kukirim iblis ke rumah
kebun cengkeh dan kulit manis yang terlihat. Ia mendengar batuk kecil. Lalu seso
dari mulut lelaki itu. Ia berbalik dan terkejut
at. Mata merahnya menatap Hamidah, sem
a mendatangiku dan menyuruhku mengantarkanmu pulang. Aku tidak tahu apa yang kamu alami. Jika tidak keberatan, kamu boleh pindah duduk ke depan. Lebih bersih dan
tiga puluh tahun. Dengan wajah yang bisa dikatakan cukup gagah. Memelihara kumis tipis dan jenggot yang
ahi kerongkongan dengan air kemasan yang diberikan Arif. Sementara Arif ra
i?" Arif memberanikan diri bertanya. Hamida
s kuat. Hidup memang penuh dengan perjuangan. Sel
t terganggu dengan ucapan
erikan tidak akan bisa membuat hatiku membaik. Kam
am ke arah Arif. Le
wa? Malu dan penderitaan! Semuanya gara-
aung sembari memukul-mukul per
ta mereka saling bertemu. "Dengar! Apa pun yang kamu alami, jangan membuatmu lemah dan rapuh. Jalan yan
ahu bagaimana aku! Jangan coba-coba terlihat
h terasa sakit, ia paksakan untuk berjalan. Lebih baik aku menjauh dari
ya membuatnya terhenti. Dia meliha
dah
Nak! Tidaaak! Kau harus bertahan, S
ering. Arif yang melihat itu segera turun da
aki Arif dengan kuat. Di saat itulah ia meras
il. Perempuan itu mati-matian menjaga kesadaran.
g mendera. Akhirnya ia kalah. Membiarkan kegelapan memberat
🌼
u sa
yang menyejukkan hati. Lelaki itu mengucapkan syukur semb
memeriksa kamar yang
kamu tidak apa-apa. Aku se
it, Hamidah menangis. Pikiranny
ngelus perutnya lembut. Arif merai
. Dia
ali. Ia memejamkan mata. Merasakan detak mungi
kampungmu. Setelah itu aku akan kembali ke kota. Aku berhar
ah. Ia memilih memejamkan mata. Berharap sege
arus
mbung