RAHASIA KELUARGA TERLARANG
gkap di dalam cerita ini. Btw, ini masih aman dibaca ol
*
rah, tiba-tiba saja tertawa diiringi tangisan. Dia tidak bisa menggambarkan bagaimana per
ada. Dia yakin, sebentar lagi Waluyo akan me
harus kuulang ribuan kali, kalau jerangkong yang
aknya itu. Namun, matanya kembali tertumbuk ke kepala tengkorak yang bolong ruang m
n tahun aku tidak melihat ibuku. Jadi, jangan permainkan aku dengan cara busuk seperti ini. Mungkin, kau berharap aku akan terkejut, mentalku hancur, tapi percayalah, Bang! Aku tidak percaya kalau ini adalah
rif yang kaku. Dia berhasil membangun kepercayaa
Ayahmu itu seorang maniak. Lima tahun aku menghilang kau kira aku diam saja merenungi nasib? Hahaha! Kau salah be
hat bagaimana ibumu disiksa sedemikian rupa, lalu mayatnya dibuang ke d
coba menoleh ke arah lirikan mata Arif. Di
mana? Duh, sakit sek
man setelah beberapa wa
ndesis. Suaranya b
an rahasia, menjadikan video kematian ibumu sebagai hiburan bersama saudaranya itu. Sayang sekali. Kau terlalu b
tanya menggali lebih dalam ap
keras. "Siapa di belakang
buran menyenangkan. Bahkan mungkin menjadi kenangan yang tidak akan pernah bisa kau lupakan." Arif mencium
layangkan tendangannya ke arah wajah Woden. Sepatu Arif h
kau lakukan, Keparat? Kau
melepaskan tali yang mengikat tangan Woden. Sementara kakinya yang ma
epaskan ikatan di kakiku! Kita du
utnya. Mata Woden mendelik menahan sakit. Kakinya mengejang. Untuk sesaat ia
!" Arif menarik tubuh Woden ke depan Waluyo. Membuatny
nya Martinah!" Arif menggeram sembari memiting tangan Woden. Woden ya
Woden menyalak keras. Nam
memotong kupingmu, Anjing?" Geraman Arif semakin terdengar meng
menatap Waluyo yan
tidak ingin bercanda. Dengan brutal ia menarik kuat tangan kiri Woden lalu memat
irikan bulu roma. Cacian dan m
ai sembari mencoba menggerakkan tangannya yang patah. Tangan kanannya memegangi tangan kiri yang
. Namun, Arif kali ini menendang bahu Woden, membuat pria itu kembal
yo apa yang terjadi sama Martinah! K
lananya sudah basah oleh air kencingny
a, ia mulai
Alasan dia membunuh Nyonya karena ...." Napas Woden terengah-engah. Injakan di kepalanya terasa semakin berat. "Aku .
k walau tubuhnya terasa sudah mau mati. Dia me
i hendak menendang, tapi Woden mengangkat tan
ceritakan kisah ini, Arif." Woden menyeringai.
t!" Waluyo pun mer
ahak. Hujan di luar sana sudah reda,
alau Tuan sangat mencintai istrinya itu. Namun, perempuan itu benar-benar tidak tahu diuntung. Jumadi, pria lugu dan penyayang itu ia jerat d
nya menjadi tidak enak. Dia menatap Woden dengan tatapan menun
njing! Tidak usa
h-olah beban berat yang selama ini me
l hubungan terlarang
undur karena terkejut. Mulut ternganga saking
mbung