Bukan Wanita Biasa
mu, karir, serta kebahagiaan yang tak berlangsung lama. Saat menoleh pada kedua malaikat kecil di sampingnya, ada sesak yang menerjangi dada. Perih bagai dilumuri te
angan kota Jakarta ia susuri dengan mata tanpa binar, meresapi beribu kenangan indah yang pernah tejadi di setiap tempat yang pe
dia kurang percaya pada kesetiaan Madina. Mungkin memang takdir harus menempatkan Madina pada p
un dengan keluarganya. Tak lagi berharap Adnan menjemputnya untuk merajut rumah tangga lagi, sekalipun itu hanya angan. Namun harus dunia tahu, cintanya ma
ng duduk menyender pada lengan Madina. S
mah Nenek sama
k menganyam lamunan yang di dalamnya banyak buih kenangan selama enam tahun pernikahan. Tak ada cita untuk mengulang lagi kenangan indah bers
*
dan ilmu di dalamnya. Tentang ibu yang mengajarkan bagaimana harus bersikap pada orang tua, suami, interaksi sosial, dan segala kewajiban sebag
naknya, tapi itu dulu dan tak berlaku untuk saat ini hingga seterusnya. Karen
ar untuk tidur di ujung kaki Ibu, Madina langsung membayar t
asih bany
-sama
h, sebagiannya mengelilingi kolam berbentuk bundar yang di tengahnya terdapat air mancur. Begitu pula sebuah gazebo yang dulu sering Madina mengh
alaikum,
pun dengan Anya dan Anisa yang
u? Ini
Tok.
orang tuanya selama bertahun-tahun masih terparkir cantik di sana. Hingga di salam yang entah ke berapa kal
ktif mengelola yayasan yang merangkap dengan pesantren. Tempat di mana dulu M
unting oleh Adnan lebih memilih tinggal di Jakarta. Ia hanya melihat yayasan sesekali. Toh sudah ada Fadli-abang satu-satunya yang dengan kh
pak dulu kalau mau ke sini," ucapnya
uluran tangan puterinya, menyapa, bertanya, atau menyuruh masu
ang rumah ini haram kamu injaki!" usir Beliau d
penuturannya yang menakutkan. Anak-
adina sama Bapak sampai me
rga Bapak atau Ibumu, tidak pernah ada yang selingkuh dari suaminya dan menjadi pelacur! Tidakk
ah siapa di antara Adnan, Bu Sukma, Mbak Felin, Mbak Salsa yang memberitahu kepad
caya sama Madina kalau semua ini fitnah,
afkan anak yang sudah mencoreng tanda hi
ak
ilu, datang bertubi-tubi tanpa kompromi. Hanya tersisa ai
ng percaya pada puteri Bapak sendiri? Buka, Pak. Madina sudah kehilangan kepercayaan Ma
ralaskan kesepian. Anak-anak pun ikut menangis melihat
Buka,
lekas berdiri dan segera menghapus
apak lagi, yang tersisa hanya Fad
Pa. Bapak
Bersama marah dan kecewa yang amat dalam kubangannya. Sungguh sangat memalukan saat tahu berit