icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

My Annoying Boss

Bab 7 Saya Makan Nasi, Pak!

Jumlah Kata:1351    |    Dirilis Pada: 11/07/2022

Abra menggerakkan kedua

secara polos menc

i," tambah Abra

ikuti perintah Abra tanpa bertanya apa maksud bosnya. Padahal hobi Sina adala

walau bulat Sina lebih dekat. Perempuan itu malah menatapnya tanpa cang

ira-kira apa yang terjadi?" tanya Abra, menaha

sentuhan?"

bih deket

anya bergerak ke atas, kemudian

tu?" panc

da akhirnya perempuan itu memundurkan kepalanya hingga terantuk kaca

sesekali menggosoknya pelan. Abra masih sanggup menjawab ekspresi wajah

itolong, dibantu, minimal tanya apa kepala Sina bocor atau tidak, mau dibawa ke ru

ranya memperlakukan seorang perempuan. Mau jadi apa rumah tangga mereka nantinya? Baru didekati saja, belum memulai hubungan resmi, Sina sudah makan hati. Bayangkan, hidup dan tinggal bersa

au saya gegar otak, Bapak mau tanggungjawab?!"

a itu salah satu bentuk tanggungjawab? Daripada saya bikin kamu benjol

alau ngomong jangan yang ambigu. Ota

a kamu," timpal Ab

ruh energi, suasana hati berubah hanya dalam hitungan detik karena terus menerus tarik urat

ndangan ke salah satu kaca mobil. Dari lua

erseragam polisi menyapa Abra dan Sina sebel

ain kuda-kudaan di dalam mobil." Sina memelankan suara, lalu so

*

cara jelas obrolan antara Abra dan polisi tadi, sih. Abra hanya menjelaskan secara singkat kepada Sina. Dan Sina

bagaimana? Apa tidak sesak napas, ya? Sina cuma membayangkan saja tidak betah. Akan lebih baik m

k tirinya hingga kemari memakan waktu lumayan lama. Belum lagi Abra mengerjainya

ra sambil memeluk kantong bajunya. Kepalanya bergerak ke

at kamu," jawab Ab

uat saya?" sahut Si

jas abu-abu miliknya, kemudian

Sina melihat Abra duduk sendirian di sofa, kemudian melemparkan celetukan, "Kalau buat saya, seharus

lipat lebih bagus dari ini, setelah kamu terima lama

g terlalu percaya diri. Melihat bosnya sendiri memaksa ingin melamar, secara naluri, Sina bisa merasa sombong, atau Sina sebar

n, Sina bisa mendengar para perempuan membicarakan tentang Abra. Dalam hati Sina mengutuk para perempuan itu. Secara fisik, Abra b

t sendiri, ya. Sina bahkan berpikir menjadi menantu dari keluarga konglomerat tidak menjamin hidup bahagia. Bisa jadi malah t

n menikah dari keluarga biasa yang bisa menerima Sina apa adanya. Rasanya akan

Sina. perempuan itu terlalu lama banyak melamun

Abra dengan

menatap dirinya. "Pak Abra jangan bikin kaget dong! Kalau saya tiba-tiba mati, gimana? Saya belu

amu ngomong. Kamu mikiri

ah, saya malas kalau berurusan sama orang kaya kayak Bapak! Sombo

Abra memiliki tingkah percaya diri yang tinggi, berpikir akan mustahil ada perempuan yang menolak lamarannya. Haha, Abra pikir semua perempuan begitu, y

a ini atasan kamu, lho. Ngga

alu menunjuk arloji yang melingkari pergelangan tangan Abra. "Ini di luar jam kerja. Di sini, saya bukan bawahan Pak Abra. Saya bicara

itik dan koma, Sina berbicara sangat lancar, tidak gagap, bahkan Abra me

ina berbicara seperti kereta api. "Saya lebih mengutamakan kesehatan ment

mbungkam bibir Sina menggunakan tangan kanannya.

" keluh Abra. "Saya nggak tahu kamu ini makannya apa. Kayakny

mendorong tangan Abra. "Saya makannya nasi tah

udah ngomong jadi mirip reog, soalnya

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog 2 Bab 2 Aura Mertua FTV Azab 3 Bab 3 Sumber Masalah Baru Sina 4 Bab 4 Sina dan Kesialannya 5 Bab 5 Sampai Undangan Disebar! 6 Bab 6 Mulut Ajaib Sina 7 Bab 7 Saya Makan Nasi, Pak! 8 Bab 8 Kertas Bungkus dan Sendok Nenek 9 Bab 9 Cantik Mana Sama Saya 10 Bab 10 Tolong Jangan Pergi 11 Bab 11 Cara Melawan Sina 12 Bab 12 Hilang Tanpa Kabar 13 Bab 13 Titik Terendah Sina 14 Bab 14 Saya Capek, Pak! 15 Bab 15 Permintaan Sina 16 Bab 16 Penawaran Abra 17 Bab 17 Meminta Restu 18 Bab 18 Sina dan Kaca Beling 19 Bab 19 Cara Menangani Sina 20 Bab 20 Ketegasan Abra 21 Bab 21 Cara Sina Merayu 22 Bab 22 Jangan Halu, Na! 23 Bab 23 Pembalasan Abraham Prama 24 Bab 24 Permintaan Sulit Sina 25 Bab 25 Penyebabnya Kamu! 26 Bab 26 Rasa Takut yang Mendera 27 Bab 27 Suara Bapak Seksi 28 Bab 28 Bunga Favorit Dia 29 Bab 29 Pembalasan Sang Mentari 30 Bab 30 Masuk Perangkap Mentari 31 Bab 31 Lestari dan Mentari 32 Bab 32 Jatah Mantan 33 Bab 33 Menyempurnakan Rencana 34 Bab 34 Ini Aku, Cucumu! 35 Bab 35 Ketika Uang Berbicara 36 Bab 36 Di Hari Pernikahan 37 Bab 37 Rencana Sukses! 38 Bab 38 Ide Siapa 39 Bab 39 Kecurigaan Kara 40 Bab 40 Memberatkan, Nggak 41 Bab 41 Percobaan Pembunuhan 42 Bab 42 Mulai Luluh 43 Bab 43 Ampuni Saya, Sina! 44 Bab 44 Kesaksian Palsu Kara 45 Bab 45 Pertengkaran di Rumah Prama 46 Bab 46 Posisi Sulit Mentari 47 Bab 47 Keributan di Kelab 48 Bab 48 Menggali Kuburan Sendiri 49 Bab 49 Masalah Baru Mentari 50 Bab 50 Kamu Bukan Sina 51 Bab 51 Ancaman Dari Lembayung 52 Bab 52 Terkuaknya Rahasia Keluarga Tedja 53 Bab 53 Kebringasan Cucu Tedja 54 Bab 54 Pertanyaan itu Fakta 55 Bab 55 Ide Cemerlang Kara 56 Bab 56 Karma Untuk Sila 57 Bab 57 Jangan Pernah Berubah 58 Bab 58 Terbongkarnya Kejahatan Nyonya Prama 59 Bab 59 Perasaan Hancur Abra 60 Bab 60 Penyelidikan Ringga 61 Bab 61 Kebimbangan Kara 62 Bab 62 Pertemuan Sila dan Abra 63 Bab 63 Rahasia yang Dibongkar Ringga 64 Bab 64 Berakhirnya Sandiwara Mentari 65 Bab 65 Melindungi Mentari 66 Bab 66 Gugatan Perceraian 67 Bab 67 Dampak Perceraian 68 Bab 68 Datang Berkunjung 69 Bab 69 Janji Gaga 70 Bab 70 Melawan Mentari 71 Bab 71 Waktu yang Singkat 72 Bab 72 Janji Mentari Kepada Kara 73 Bab 73 Sila yang Menentang 74 Bab 74 Klien Tidak Terduga 75 Bab 75 Kesedihan Kamya 76 Bab 76 Curahan Hati Mentari 77 Bab 77 Merasa Menjadi Pengkhianat 78 Bab 78 Usaha Pertama Abra 79 Bab 79 Maaf, Pak Gaga 80 Bab 80 Ketahuan Jenaka