My Annoying Boss
am di dinding. Bhiyan lupa kalau Sina tidak memiliki
edung kantor adik tirinya, ia melihat sosok Sina di dalam m
a keluar, pada akhirnya Bhiyan memutuskan untuk pulang. I
iyan menghubungi Ibu dan adik-adiknya yang lain. Siapa tahu Sina pulang ke rumah ayahnya
a tidak pulang juga, Bhiyan memutuskan kembali ke kantor
ang mengetuknya dari luar. Bhiyan segera membuk
baju kerja seperti tadi pagi. Bhiyan menggelengkan kepala, menyadarkan dirinya saat menatap Si
uga bingung karena nggak punya HP." Sina masih di ambang pint
aja, Na? Terus, ini..., baju ka
endiri. Ia mendengkus tanpa kentara, kemu
u udah boleh masuk, kan?" tanya Sina, Bhiyan dengan cep
rjadi sesuatu pada Sina. Tapi nampaknya Sina baik-baik saja. Sepertinya adik tiri B
m, Na?" tanya Bhiyan
ya ke dalam kantong bekas kemarin. Bhiyan kelihatan b
a? Kamu mau pulang ke rumah Ayah?" Bhiyan
"Aku nggak pulang ke rumah Ayah kok, Mas. Tapi
tkan dahinya.
dua saudara tiri, tapi hubungan keduanya sangat baik. Orang-orang bahkan tidak berniat bertanya siapa Sina, kenapa ada perempuan lain di rumah lelaki itu. Yang mereka tahu rumah tangga Bhiyan sed
i teman yang bisa diajai join tempat tinggal, gitu." Sina pura-pura terkek
elalu mandiri, Na
jarnya. "Makasih ya, Mas. Baru semalam tinggal di sini, Mas udah ngerawat aku kayak adek send
khawatir karena kamu belum pulang juga.
k. "Maaf banget ya, Mas. Maaf. Aku ng
nya Bhiyan melihat kantong kresek di
a. Sontak, isi kepala Sina dipenuhi dengan segala bayangan aneh. Bagaimana kalau Bhiyan menghajar Abra? Walau bagai
gi nunggu di depan gapura, kok
u ajak sekalian t
ku bawa mobil, Mas. Di sini gangnya agak sempit. Jad
hela napas lega setelah ia berh
*
r dalam diam, tidak berusaha mengajak Sina bicara, padahal Sina sudah mati ke
ai menjalar ke mana-mana. Ia melirik Abra. Lelaki itu masih fo
ik? Hei, yang lebih cantik dari Sina di kantor itu banyak! Oh! Atau karena Sina unik?
pala, lantas menyandarkannya ke jendela mobil. Sepasang m
enarik dirinya. Duduk dengan
bra, menatap
tanya," gu
apa harus Sina, gitu? Mana mungkin alasan yang mendasari Abra sekarang, itu karena ingin balas dendam ke Sina? Iya, karena insiden menarik
ong?" tegur Abra santai. "Sebentar lagi ki
bra justru membuat Sina malah menambah dosa. Sedikit-sedikit p
saya itu apa." Abra menangkap sinyal-sinyal aneh dari Sina. Sina itu nyel
pa, sih?" Abra mulai antisipasi. Sebelum kepalanya di
endengarnya. Padahal mereka cuma berdua saja. "Hm..., rasanya aneh aja kalau Pak Abra mau nikahin saya. Di kantor, saya bukan orang y
ala Sina sangat besar sekarang. Sudah ia kataka
tiba nunjuk perempuan yang mau dinikahin cuma buat dijadiin topeng aja. Kayak, semacam..., nikah kontrak? Oh!" Si
a otomatis membungkam bibirnya rapat. Seketika aura Abra ber
an nggak normal? Atau di mata kamu, saya k
h?" Sina gelagapan. Ia
hatan kayak penyuka sesama jenis? Atau, saya perlu
ih... kalau nggak ditunjukkin, gimana saya bisa
ka sabuk pengamannya. "Gimana? Sa