My Annoying Boss
telah ayahnya meninggal akibat kelelahan dalam bekerja. Ibu tiri yang minta ini dan itu, saudara-saudara S
ia berurusan dengan Abraham Prama. Karena selain aura Abra yang menyeramk
n di kedua bahu Sina. Tiba-tiba akan melamarnya, mengajak menikah, lalu hari ini ia dibawa ke rumah orang tua Abra tanpa memberi kabar ke Sina. Paling tidak,
lantai bawah hingga ke lantai sepuluh cuma sendirian. Wah, itu mengerikan sekali! Mengepel lantai rumahnya sendiri yang sepetak saja, Sina sudah sakit pinggang, kaki keram, tangan ngilu, dan berba
wa dia lag
ung di depan dirinya. Tatapannya sinis, tentu saja. Tapi, bukan salah ibunya Abra, sih. Kalau posisiny
ampai di jemput pakai kereta kencana pun, saya lebih baik tidur di rumah."
awa di ke sini sa
ina termasuk cukup tinggi. Tapi Abra saja yang serakah. Sina harus merasakan
Sepertinya ada yang mendasari kenapa Abra k
uar sana, ada banyak lelaki yang menyukai Sina. Tapi Sina enggan menerima salah satu dari mereka, dan berakhir dengan lela
menjadi manusia, ya? Sina mau ja
rumahnya kemalingan karena lupa mengunci pintu saat dipaksa ikut bersama Abra, alhasil s
dimarahin. Diusir pula. Salah mulu gue jadi manusia," gerutu Sina sam
a lalu menurunkan kedua bahu. Persis. Mirip. Benar kata orang, ucapan adalah doa. Akibat Sina terus mengatakan dirinya mirip gemb
Dan asal kalian tahu saja, lelaki itu bahkan menurunkan Sina jauh dari letak rumahnya.
au yang keluar itu berlian, atau mutiara. Mungkin Sina akan menampar dirinya keras-kera
a di dunia ini, daripada gue bunuh diri, mending gue bunuh Mama tiri, sih. Hidup gue amburadul juga karena dia. Ke
ya pertama adalah Ibu tiri. Lalu kini Tuhan mengirim sumber masalah lainnya. Abraham Prama. Orang yang patut Sina salahkan sekarang adalah a
in
tuan yang dikirim oleh Tuhan. Siapa tahu ada orang yang mengenali Sina, lalu memberin
garuh. Andai saja Sina tidak kuat imannya, mung
tu melepaskan helm, pantas menghampiri Sin
terdiam, hanya anggukkan kepala yang terlihat se
r." Kesadaran Sina seolah terenggut hanya karena lelaki itu menghujaninya
an," adu Sina dengan tatapan yang
ejenak, Bhiyan tersadar jika mereka ada di tempat umum. Berisik. "Ayo, Na, ikut pulang ke rumah Mas aja. Sini bawaan k
i dekat Bhiyan. Astaga, ayo sadar, Sina! Bhiyan itu Kakak tirinya, sudah b