My Annoying Boss
st
menoleh
e sebelah. "Gue mau tanya
alu pada layar komputer yang menyala. "Cer
an oleh temannya. "Jadi, gini...," Perempuan itu menggaruk kening,
ntang dirinya saja, melainkan atasan mereka di kantor. Walau Sina tidak akan menyebut nam
nikah. Tapi," gumam Sina memberi jeda selama tiga detik. "Kay
sa-basi. "Kalau nggak ada perasaan sih, lebih bai
itu sejak awal, Sina tidak berniat menjadi calon menantu dari keluarga kaya raya. Ditambah lagi aura ibunya A
. "Lo suka sama cowoknya apa nggak? Atau janga
ah tangan ke udara. "Gue... nggak suka da
itu, dia baik seterusnya. Kebanyakan cowok suka git
sanya memang begitu, sih. Sudah menjadi rahasia umum kalau lelaki aka
bisa juga untuk mereka berdua. Tapi kalau Sina pikir, keuntungan apa yang didapat Abra jika memanfaatkan Sina? Harta saja tidak punya, ru
baikan dia, itu cowok jadi merasa dikasih harapan." Teman Sina memberi nasihat. "Pesan gue, jangan terim
. Tapi masalahnya ada pada Sina. Ia tidak menerima Abra sebagai calon suami, namun, Sina masih saja tinggal di apartemen Abra,
ia menolehkan kepalanya ke samping dan bertanya kenapa pada te
snya berjalan beriringan bersama seorang perempuan. Sina
bar satu kantor," bi
a?" balas Sina
. Sina buru-buru berdiri karena ditarik oleh temannya.
a lelaki berhidung mancung itu membuang muka,
ijodohin gitu. Tapi nggak tahu benar atau nggak sih. Cuma, dilihat akhir-akhir ini mereka serin
sal. Apa lagi Abra melewatinya begitu saja, tidak b
adari sesuatu. "Tadi lo
anya tem
a mata Sina membulat. "Lo dengar rumor dari mana Pak
ACARA REUNI OLEH ABR
benar perempuan tadi juga ada di acara yang sama dengan Abra, tapi
ma Pak Abra gandengan sama perempuan lain." Sina tidak berani membalas walau mulu
orang-orang di kantor akan menghujani Sina dengan banyak pertanyaan. Salah satunya, mungkin Sina akan m
i sungguhan, maka Sina lah yang akan mendapat cibiran. Bisa-bisanya per
*
ah dari aparte
laki itu. Ia memikirkan nasihat temannya di kantor tadi siang. Kalau dipikir lagi, Sina tidak bisa men
mu punya uang
erhana sih, cuma
ina. "Daripada saya di sini malah ngerepotin Bapa
. "Apa bedanya kamu tinggal di sini sama di
r. Sina tidak terlalu memikirkannya, sih. Toh, memang tabiat Abra juga begitu. Mu
sampai miring. "Mas Bhiyan itu Kakak saya. Sedangkan Pak Abra bukan siapa-siapa saya. Ya, biarpun Mas Bh
n diperbolehkan tinggal di sana. Memangnya siapa Sina? Seperti kata Abra, Bhiyan adalah Kakak tirinya. Kalau Sina tinggal di san
pala. "Saya nggak akan biarin kamu tinggal
elarang saya? Ingat ya, Pak, hubungan kita cuma se
ak menghindari perdebatan antara dirinya dan Abra. Karena bagaimanapun, Sina tetap bawahan Abra
dan tukang ngatur, saya mau berterima kasih sama Pak Abra. Bapak udah baik banget mau nampung saya tinggal
a langkah kaki Sina bergerak, seseorang tengah mengunci badannya. Sina mema
cekat, lidahnya kelu, namun i
boleh minta apa pun dari saya, tapi say