My Annoying Boss
? Pi
sebelum bibirnya menyentuh pinggir gelas,
kapan, Mas?" tan
annya terarah ke foto pernikahannya be
ya memang terlihat sempurna bersama. Bhiyan adalah sosok lelaki baik, hangat, dan ramah. Begitu pula dengan Nilam,
n. Siapa yang tidak akan jatuh hati kepada lelaki seperti Bhiyan? Selain tampan dan baik, senyum Bhiyan pali
a mendapat saudara baru juga. Maklum saja, Sina itu anak tunggal kedua orang tuanya. Ia sering di rumah sendirian ketika ayahnya pergi bekerja. Setiap pagi ia harus bangun sendiri karena tidak ada seorang Ibu yang menbangunkannya untuk sekola
ya resmi menikah lagi, Sina diam-diam tidak diberi makan, diomeli, dipaksa mengerjakan pekerjaan rumah yang rasanya
tara itu Bhiyan sudah kuliah. Sosok Bhiyan yang tampan dan dewasa, rupanya membuat
i perempuan lain. Teman kuliah Bhiyan di kampus. Ya, kalau dipik
. Tapi karena ekspetasi Sina sendiri. Ia berharap perasaannya terbalaskan, padaha
annya bisa saja dianggap lancang. Itu kan masalah rumah tangga Bhiyan dan Nilam. Tapi bagaimana, sih, Sina
ab Bhiyan menghel
empat duduknya. "Maksud aku..., kalau memang masalah kal
sela B
kedua matanya.
Besok masih pergi kerja, kan?" tanya
an kepalanya. Ia mengambil kantong kresek berisikan
mahnya. "Untuk sementara kamu bisa tinggal di sini. Be
ngguk. "Makasih ya, Ma
*
ya saja yang diambil maling. Ternyata ponsel Sina diambil juga! Akh, Sina harus mand
kresek untuk menampung baju-baju Sina. Itu pun kebanyakan baju ru
harus memasak, mencuci baju, dan mencuci piring sebelum berangkat bekerja. Namun, di rumah Bhiyan, begitu Sina bangun pagi, lelaki itu
Sina berharap Bhiyan dan
yak orang. Karena jika orang lain tahu, mungkin Sina akan diviralkan di
ayal jelek aja!" gerutu Sina se
kamu maksu
a membalikan badannya, Sina berhadapan langsung dengan sumber masalah keduan
tapi sialnya, dia ganteng ban
saya?" Lelaki itu, Abraham Prama, me
ng mana, ya?" tanya
. "Oh ya, tadi saya lihat kamu diant
yumpahi Abra. Tuka
yumpahi Abra karena mengira Bhiyan tuk
agak susah diteb
sekarang deh, Pak! Saya hampir telat, nih! Bapak gimana,
di bahu. Sementara kedua kakinya sudah tidak betah lama-lama di
Abra mengejar
a, mempercepat langkahnya, padahal banyak orang yang wara-wiri di sekitar mereka.
ya di depan Sina. "Masuk
k." Sina mendor
mau ngasih nomor kamu ke saya?"
api, alasan terbesar saya nggak mau ngasih nomor saya ke Bapak, kare
sa?" sah
t mungkin! Abra tahu tidak, karena kemarin memaksa Sina pergi ke rumah orang tuanya, namun berakhir mendapat tatapan sini
ngat sinis. Abra juga menyadari Sina terus mengepalkan tangan
, karena saya nggak suka dibantah!" Setelah mengatak
ang. Abraham Prama sepertinya memiliki keahlian dalam membuat orang kesal. Sina tidak