icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

My Annoying Boss

Bab 5 Sampai Undangan Disebar!

Jumlah Kata:1570    |    Dirilis Pada: 11/07/2022

umpat Sina

asalahnya. Setelah Sina diseret ke rumah orang tua lelaki itu tanpa m

an di sekolah karena tidak tahan berhadapan dengan orang

nnya. Entah sekolah atau kuliah, Sina tidak peduli, ia terus makan

emannya dengan panggilan Om dan Tante. Baiklah. Jarak usia Abra dan Sina memang lumayan ba

ada menatap Abra, walau wajahnya tampan, dan hidungnya keterlaluan mancung, Sina lebih suka menatap dekor ke sekitar, atau sepiring steak yang ia perkiraan harganya mahal. Enak sekali... bukank

erdekatan, Abra membisikkan sesuatu ke telinga perempua

n adanya ketakutan dari gelagatnya. Bahkan ia masih memotong d

pain, nggak? Tiba-tiba aja saya dibawa ke butik, ke salon! Disuruh coba banyak baju sampai ka

Lantas, membungkam bibir perempuan itu. "Kamu bisa

tangannya sendiri. Sina melirik ke teman-teman Abra yang sibuk m

u saya suka bikin malu. Masih aja dibawa

stri, nyatanya Abra tidak menjawab saat teman-temannya mulai saling berebutan menanyak

a juga heran. Apa reuni yang terdiri dari orang-orang kaya—semembosankan ini?

cara sembari mengunyah ma

las memberi isyarat. Abra sepertinya khawatir Sina

tan itu. Namun setelah mengamati Sina dengan seksama, mereka memaklumi cara Sina memanggi

bra beberapa detik. "Pak Abra wakt

nyal agar Sina menutup mulutnya saja. Abra hanya membutuhkan Sina duduk

erempuan Abra, mengenakan gaun magenta. "Ya, dia memang terkenal ganteng, pinte

dagu. "Ah..." Sina bergumam. Lantas, ia menambahkan. "K

bilang gitu, lah. Abra dari dulu orangnya nggak neko-neko. Oh ya, kalau boleh

akan mengundang keanehan dari orang-orang? Tentu mereka semua akan sibuk bertanya kenapa seorang Abraham Prama membawa bawahannya ke sebuah acara reuni sekolah. Namu

an tahu siapa Sina." Abra dengan ten

ng lain. "Tunangan, pernikahan, ulang ta

eletuk Sina, lalu tatapan orang

mengurangi jatah beras di rumah. Sina tinggal

rempuan yang nggak punya hubungan apa-apa ke acara reuni? Kalian se

lain. Teman-teman Abra belum tahu saja siapa Sina. Kenapa ia ada

bra? Sudah Sina bilang, lebih baik ia me

mau balas dendam, kan?" celetuk teman lelaki Abra, berbadan

telinganya sengaja ia pasang lebar

unanya lagi, kan?" balas Abra, suar

ng duduk di kursi paling ujung tidak mele

Sina tidak selera menel

*

sedang menunggu Abra berbicara dengan salah satu teman sekolahnya. Ta

Pasalnya sejak awal mereka datang dan duduk sebelahan, perempuan itu tidak berusaha mengajaknya bicara seperti teman Abra yang lain. Bahkan, ket

telepon atau kapan, gitu." Sina seperti anak kecil yang mengin

al Sina ada di dalam sendirian. Mungkin, selain ingin

ajang. Kenapa Abra tidak memilih salah satu saja, ya? Apa teman-te

ng dari keluarga kaya, dan kepintarannya saja, Abra akan sangat mudah menemukan pendamp

g dibuka. Abra duduk di kursi kemudi, lalu menutupnya tan

menatap sosok di sampingnya. Wajah Abra terlihat kaku, seperti m

sengaja mengantisipasi sebelum terjadi lagi kejadian seperti kemarin. "Lagi

noleh, raut wajahnya m

ya buat pergi ke rumah orang tua Ba

lau Sina tidak tinggal di sana. Memang yang kemalingan isi rumah, atau rumahnya?

Abra. "Nggak mungkin kamu tinggal di hotel, sedangkan kamu tad

rang baik. Saya di kasih tempat tinggal, makan gratis, dimasakin pula. Oh ya, orang yang Bapak lihat

mengeluarkan bunyi decitan. Tubuh depan Sina sam

lagi nggak punya uang, saya nggak berniat mau ma

" tanya Abra, intonasi su

r Daddy, kok! Saya bukan pecinta bapak-bapak biarpun uangnya banyak!" cerocos Sina panjang lebar. "Orang baik yang namp

ilang k

tatapannya ke jendela mobil. "Pak, yang bener aja dong! Ini m

Suaranya yang berat, dan kuat, otomatis mengejutka

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog 2 Bab 2 Aura Mertua FTV Azab 3 Bab 3 Sumber Masalah Baru Sina 4 Bab 4 Sina dan Kesialannya 5 Bab 5 Sampai Undangan Disebar! 6 Bab 6 Mulut Ajaib Sina 7 Bab 7 Saya Makan Nasi, Pak! 8 Bab 8 Kertas Bungkus dan Sendok Nenek 9 Bab 9 Cantik Mana Sama Saya 10 Bab 10 Tolong Jangan Pergi 11 Bab 11 Cara Melawan Sina 12 Bab 12 Hilang Tanpa Kabar 13 Bab 13 Titik Terendah Sina 14 Bab 14 Saya Capek, Pak! 15 Bab 15 Permintaan Sina 16 Bab 16 Penawaran Abra 17 Bab 17 Meminta Restu 18 Bab 18 Sina dan Kaca Beling 19 Bab 19 Cara Menangani Sina 20 Bab 20 Ketegasan Abra 21 Bab 21 Cara Sina Merayu 22 Bab 22 Jangan Halu, Na! 23 Bab 23 Pembalasan Abraham Prama 24 Bab 24 Permintaan Sulit Sina 25 Bab 25 Penyebabnya Kamu! 26 Bab 26 Rasa Takut yang Mendera 27 Bab 27 Suara Bapak Seksi 28 Bab 28 Bunga Favorit Dia 29 Bab 29 Pembalasan Sang Mentari 30 Bab 30 Masuk Perangkap Mentari 31 Bab 31 Lestari dan Mentari 32 Bab 32 Jatah Mantan 33 Bab 33 Menyempurnakan Rencana 34 Bab 34 Ini Aku, Cucumu! 35 Bab 35 Ketika Uang Berbicara 36 Bab 36 Di Hari Pernikahan 37 Bab 37 Rencana Sukses! 38 Bab 38 Ide Siapa 39 Bab 39 Kecurigaan Kara 40 Bab 40 Memberatkan, Nggak 41 Bab 41 Percobaan Pembunuhan 42 Bab 42 Mulai Luluh 43 Bab 43 Ampuni Saya, Sina! 44 Bab 44 Kesaksian Palsu Kara 45 Bab 45 Pertengkaran di Rumah Prama 46 Bab 46 Posisi Sulit Mentari 47 Bab 47 Keributan di Kelab 48 Bab 48 Menggali Kuburan Sendiri 49 Bab 49 Masalah Baru Mentari 50 Bab 50 Kamu Bukan Sina 51 Bab 51 Ancaman Dari Lembayung 52 Bab 52 Terkuaknya Rahasia Keluarga Tedja 53 Bab 53 Kebringasan Cucu Tedja 54 Bab 54 Pertanyaan itu Fakta 55 Bab 55 Ide Cemerlang Kara 56 Bab 56 Karma Untuk Sila 57 Bab 57 Jangan Pernah Berubah 58 Bab 58 Terbongkarnya Kejahatan Nyonya Prama 59 Bab 59 Perasaan Hancur Abra 60 Bab 60 Penyelidikan Ringga 61 Bab 61 Kebimbangan Kara 62 Bab 62 Pertemuan Sila dan Abra 63 Bab 63 Rahasia yang Dibongkar Ringga 64 Bab 64 Berakhirnya Sandiwara Mentari 65 Bab 65 Melindungi Mentari 66 Bab 66 Gugatan Perceraian 67 Bab 67 Dampak Perceraian 68 Bab 68 Datang Berkunjung 69 Bab 69 Janji Gaga 70 Bab 70 Melawan Mentari 71 Bab 71 Waktu yang Singkat 72 Bab 72 Janji Mentari Kepada Kara 73 Bab 73 Sila yang Menentang 74 Bab 74 Klien Tidak Terduga 75 Bab 75 Kesedihan Kamya 76 Bab 76 Curahan Hati Mentari 77 Bab 77 Merasa Menjadi Pengkhianat 78 Bab 78 Usaha Pertama Abra 79 Bab 79 Maaf, Pak Gaga 80 Bab 80 Ketahuan Jenaka