I'm Sorry, Rachel
ekan, makian, dan perilaku teman-teman sekolahnya yang kejam. T
dia mendengar hal yang tidak mengenakkan
perintah Lisa
awanya ke gudang belakang sekolah. Mereka mel
ulai berbicara, "kalau cincin
ngannya di belakang tubuh. Dia tidak pernah berniat menjual ata
menunjukkan telapak tangannya
menggeleng sambil me
nurut rupanya,"
emaksa dengan tangan yang m
ngan ..." m
un tangan. Dia berjalan mendekat dengan tiga pemuda lainn
ya. Rachel terpaksa mengepalkan tangannya kuat-kua
n Rachel ke lantai. Kemudian memberi isyarat pada te
mengepal. Rachel merasakan jari-jari tangannya berderak saking kerasnya hantaman
eras. Dari sekian banyaknya siksaan yang mereka lakukan, baru kal
ak tangan dan punggung Rache
t kembali ke kelas
ulah sikap seorang guru di sekolah ini. Bukannya memarahi anak-anak pembully itu, tapi malah menyuruh me
t semua terutama di tangan kirinya. Bahkan tangan kirinya tidak bisa be
ah tidak mau belajar lagi. Rachel mau bolos dulu saja hari ini. Lagipula
ck lagi. Fahlan tampak berlarian di rua
m Rachel dengan segera m
g mengejar-ngejar ibunya. "Ugh ... Ugh ..." Fa
elihat jari manis Fahlan. Dan benar saja! Ibunya berhasil mengambil cincin Fahlan. Ya Tuhan! K
ngambilnya kembali," bisik Rache
ahlan masih
na cincinmu? Berikan
Bu," tol
erutkan kening dan melemparkan
cincin Fahlan,
a. "Kalau kalian mau tinggal
win kami." Rachel masih
mu!" Lina mendekati Rach
takkan tangan yang ditarik ibunya dan mengambil cincin Fahla
di di sana. Tapi genggaman Rachel sama kuatnya seperti ketika
Y
unya meraih ember berisi air bekas pel yang d
karang!" Lina meraih rambut Rac
u! Sakit!" t
arik
. Itu mi
ala
L
i telinganya berdengung pelan. Rachel menunduk melihat tangan Fahlan yang perlahan mengepal. Segera Rachel m
i tatapan Fahlan seolah terkejut dengan apa yang
Y
ersih. Rachel tidak tahu apakah ibunya sudah memerintahkan pen
kuambil cincinmu bahkan milik suami idiotmu!
lega. Perlahan dia ber
ik Fahlan untuk berdiri dan kembali ke kam
ahkan lebih mirip sebuah bisikan. "Jangan sampai kehilangan la
bil menggenggam tangan Fahlan yang sudah memakai kembali cincinnya. Bahunya bergetar
ngan lagi barang-barangmu. Aku gak mau lihat kamu seperti ini. Cukup aku
berontak sama sekali. Bahkan tangan yang biasanya dibuat mainan pun kin
ntuk tangan merah bekas tamparan ibunya. Kedua sudut bibirnya berdarah. Tapi walaupun begitu
Lain kali, jangan biarkan ibu memba
muda itu tidak menjawab, Rachel tetap tersenyum s
ayang sekali keadaanmu s
an dirimu. Air pel itu
Be