I'm Sorry, Rachel
ik bertubuh kurus itu kalau sudah berhubungan dengan 'kasih sayang'. Kalau kalian ber
tan, Jakarta Pusat tengah bergelung di bawah selimutnya di kamar kecil berukuran 3 kali 3 meter dengan kamar mandi
el Ananda Gunawan itu harus terbangun karena gebrakan keras yang bertub
MALAS! PERGI SIAPKA
eka berubah menjadi amukan. Ringisan pelan terdengar sepanjang jalannya menuju dapur rumah besar itu. Diam-diam
k membayar sekolah. Rachel harus banting tulang untuk membiayai diri sendiri. Pulang sekolah Rachel akan pergi bekerja paruh waktu di café. Dia merasa beruntung, café tempa
n lugas dia memotong dan memasak makanan. Sampai keluarganya turun satu
aha ..." Rachel mendengar saudara tirinya berkata sambil tertawa mengejek. Mira
annya. Lina, seorang wanita yang berasal dari perkampungan dan menikah dengan Rendy Gunawan. Rach
dia hadir karena kesalahan. Dan Rachel harus bersyukur sudah dilahirkan. Rachel sela
akian yang keluar dari mulut ayah, ibu, dan saudarinya. Dia sudah terbiasa, begi
ari hadapanku!" usir pria paruh
Pergi dulu!" Mira segera men
an itu. Benar saja! Sudah jam 6:40 pagi, Rachel bakalan terlambat kalau berlari
nya berhenti jauh di depan gerbang. Kalau dia masuk lewat sana, bisa-bisa mereka mencegatn
ekolah. Tapi ternyata ada beberapa orang yang sudah menunggu kedatang
wanita berambut panjang y
t kemudian. Sekarang mereka sudah lengkap. Lima orang wanita yang mengelilingi Rachel. Bebera
Lo kabur dari Gue, Samp
sa di telapak tangannya karena menahan beban tubuh. Ta
sebelum membongkar satu
skan aku untuk hari in
lepaskan," ucap wanita l
Lisa. Tangan wanita itu merogoh kotak makan Rachel
atap sedih
L
sa di pipi kiri Rachel. U
tawa. Lalu dia membuang kotak makan kosong itu ke tong sampa
a. Lalu Lisa menunduk dan berbicara, "Dan seorang
jatuh telungkup. Hantaman itu tidak pernah berhenti sampai suara
as Lo kalau kabur lagi!"
mpai dia mengira ini memang jadwal hariannya. Rachel bahkan sudah tidak pernah menangis lagi merasakan rasa sakit di tubuhnya-ohh, sesekali mungkin
ap menggerakkan otot dan sendinya. Rasanya seperti semuanya
hkan tatapan iba pun tidak ada. Ketika Rachel masuk, tawa dan ejek
patkan ijazah untuk melamar pekerjaan nanti.
ng bertanya, 'Kenapa
tama dan terakhir kali, Rachel mengadukannya pada wali kelasnya. Dia bah
an anak-anak, jang
ak yang membullynya adalah anak-anak orang kaya. Mereka bisa saja membayar keadilan dengan uang. Apalagi, Rachel t
i itu memihak mereka? Dia cukup bersyukur bisa sekolah di sekolah elite ini. Walaupun dengan Beasiswa. Rachel hanya
Be