Jejak Masa Lalu
jah yang tadinya tergambar raut lelah, seketika ber
da bagian bawah sebelah kiri gaun tersebut, sehingga Dika dapat melihat bagian kaki hingga pertengahan paha Nindi. Rambut s
tanya takjub. Tatapannya tak lepas dari wa
wab wanita itu denga
a menaik-turunkan ali
Sayang. Mandi dulu, ya." Nindi men
dan celana kain yang serasi dengan gaun perempuan itu. Ia
heran ketika Nindi menyodorkan bot
. Nanti juga tahu g
enuruti mau Nindi meski ben
dijawab anggukan oleh Dika.
. Namun, dugaannya segera patah ketika wanita itu mengg
mampu berkata-kata melihat
tamu. Makanan yang tadi sempat Nindi kirim fotonya tertata rapi di sana dan yang paling mena
lagi, kita tidak mungkin menolak permintaan mama, 'kan? Maka dari itu, karena tidak ingin terlalu larut dalam kekecewaan, aku menyiapkan
ki itu mendekap istrinya dengan perasaan bahagia dan terharu yang men
malu karena selama ini selalu saja membuatmu kecewa. Aku bahkan belum bisa memberikan kebahagiaan untukmu," ujar Dika t
ika dan tersenyum manis
ka. "Habiskan makanan yang aku buat, baru aku akan
ggandeng Nindi ke tempat ya
anya Dika dengan binar bahagia
idak membuat kue, aku takut rasanya
idak tahu Nindi bisa membuat kue seenak ini, karena memang ia t
hingga tanpa sadar terus mencomot kue-kue
dari suaminya. "Kalau memang enak, bagaimana jik
mat terakhir Nindi. Kue yang ada di tanganny
a sudah memuji kue buatanmu." D
awanya ketika melihat wajah sua
ka melotot, tatapan tajamny
gin membuka usaha, Sayang. Lagi pula aku juga s
h bungkam dan berusaha
ya?" tawar Nindi seraya mengusap-usap leng
selera," jawa
lau tidak mau makan. Sepertinya masaka
m ini kalian harus masuk lemari dulu. Berdoa saja semoga besok suamiku sudah tidak marah
n, karena tengah diliputi amarah, kini ia hanya memalingkan wajah. Bahkan hingg
ka usaha. Untuk apa memangnya? Sebagian besar penghasilannya sudah
yaman baginya. Lagi pula, bagi wanita bukan hal mudah membagi waktu untuk urusan karier dan rumah t
ng sendiri? Dika justru takut ketika nantinya Nindi menjadi wanita
lat dengan pikirannya seketika mengalihkan pandangan. Dahinya mengerny
n?" Dika bertanya ketika
nya romantis kalau kita tiduran di alam terbuka seperti ini denga
ke atas, merasa ucapan Nind
indi maju, mendesa
i yang mulai menata dua buah
di sisinya. Setelah dirasa Dika mendapat posisi nyaman, selimut yang tadi ia bawa dibentangka
ti ini kan enak,"
nya, menopang kepala d
edah isi kepala kamu
kok jahat, Sayang? Me
an ada tingkah aneh kamu yang melunturkan amarahku. Kadang aku berpikir kalau k
a mendengar
lebih baik kita menikmati udara malam yang segar ini. Aku mau mengobrol lebih ban
ringan. Tubuhnya menghadap Dika dengan kedua telapak tangan yang ia
yelipkan poni panjang wanita itu ke telinga. "Seperti biasa, restoran Kak Bi
tidak bisa memijit," uja
karena kamu memanjakanku seperti in
rasa bersalahnya. Namun, ia juga tak ingi
n malamnya tadi lancar?" tanya Ni
terlalu berselera makan mal
sudah berhadapan dengan masakan mama, mana bisa kamu me
k membuatku nyaman. Maaf, ya, Sayang, seharusnya tadi kamu juga ada di sana, menikmati makan malam layaknya keluarga besar yang bahag
n menerimaku," ucapnya, kemudian mengubah posisinya menjadi telentang. "Malam ini c
ng indah?
melayangkan protes. Namun, ketika Nindi menoleh, dia justru tertegun. Dika tengah
wajah Nindi begitu tahu wanita
a ada kamu yang lebih indah dari segalanya?" bisik Dika parau
yang ingin dilakukannya, Nindi memejamkan mata.
in yang berpendar, dengan dipayungi langit bertabur bintang, Dika dan Nin
ambu