icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Jejak Masa Lalu

Bab 6 Manjanya Dika

Jumlah Kata:2290    |    Dirilis Pada: 25/06/2022

haya matahari berpendar di seluruh sudut kota

ur di halaman belakang rumah ketika se

ka yang memeluknya dari belakang. "Sud

ah kamu perhatikan. Sementara aku? Bukannya dibantu memakai baju, kamu justr

r-benar sabar menghadapi sifat manja Dika

agi memangnya?" Nindi mengusap-usap lengan Dika, membuat

rapi tanpa bantuan kamu,

i tanah, kemudian mengurai pelukan me

rapi? Biar aku l

nya wajahnya. Namun, meskipun begitu, Nindi tetap meraba kerah kemeja Dika d

. Aku jadi tergoda untuk mencium pipi kamu,

anjaan suaminya. Padahal usia laki-laki itu sudah tiga puluh tahu

a. Kalau sudah begini, satu-satunya cara agar suamin

Dika yang mulai tertarik dengan ucapannya. "Kamu tahu danau yang ada di ujung kompleks kan, Sayang? Aku sering melihat banyak orang yang piknik di situ setiap akhir pe

Dahi Dika

kan tempat itu tidak begitu ramai. Jadi aku pikir co

juga kencan gaya baru," ucap Dik

a. Ia mengecup pipi suaminya, kemudian me

marah, 'kan, Sayang?" t

alau kamu mau menyuapiku makan, aku a

aminya. "Ya sudah, ayo masuk. Biar aku suapi sampai perut

lahraga setiap tiga hari seminggu kalau perut kotak-

i ejekan karena mendengar Dika yan

ja, Sayang. Nanti aku isi perut kamu denga

asa tidak nyaman setiap kali Dika membahas tentang anak padanya. Ia tak

ti ini. Aku jadi khawatir perutku benar-benar jadi buncit." Dika berujar senang

kamu jadi buncit." Nindi menyendokkan nasi k

pnya juga,

makanan ke mulut Dika dan disamb

ang?" Nind

acung ke arah Nindi, membuat wan

di kata-kata yang paling ia sukai. Karena pujian Dika juga, ia se

uga, Sayang,"

n menyuapkan makana

an, kamu makan berlepotan biar aku seka bi

kan bertanya pada Dika, bibir laki-laki itu justru sudah menempel di bibirnya ter

tertawa terbahak-bahak saat meli

da Dika. Diraihnya potongan telur pada piring, ke

batuk karena laki-laki itu tersedak telur

bali menyuapkan makan ke mulutnya sendiri, tanpa peduli d

*

sudut ruang tengah, kemudian melenguh pelan. Padahal pekerjaan rumahnya tidak terlalu banyak. Pun, rumah yang

nya sebagai istri, Nindi tidak pernah keberatan sama sekali. Ia senan

laman belakang rumahnya. Melihat tanamannya tumbuh subur, ia jadi teringat dengan mendiang ibunya. Wanita heb

iar kita tidak perlu beli sayur. Jadi upah

berada di posisi sesulit itu. Ketika ayah dan kakaknya pergi dari rumah, menyusul

il menghidupi dan membahagiakan Nindi. Sayangnya, wanita tangguh itu h

Deringnya yang keras memutus la

aih ponsel yang masih ter

Gany' yang tert

i begitu mengangkat pang

napa belum menelepon Abang?" Gany langsung membrondong adinya dengan

i Jakarta, laki-laki itu menjadi sering cemas. Setiap hari ia mengharuskan Nindi

Gany menelepon sampai ratusan kali, bahkan saking kalapnya ia segera memesan tiket penerbangan dari Kalimanta

l ke mana pun ia pergi. Dia bahkan mengancam akan menyeret adiknya pulang ke Kalimantan apabi

es rumah, Bang. Ini juga ba

, Dek. Jangan semua pekerjaan rumah kamu yang menyelesaikan. Abang tidak mau kamu k

kan orang risi memiliki keluarga yang terlalu protektif, Nindi j

ikerjakan pembantu, aku mau melakukan apa? Makan dan tidur saja? Bahaya kalau

, belanja, yang penting jangan me

indi. "Aku dan Dika mau kencan di danau dekat rumah, Bang, tapi aku masih bingung mau

'kan, suamimu. Kenapa malah tany

punya ide. Aku kan

ar kalian memancing ikan berdua di danau itu. Lebih romantis, 'kan

an pada Abang." Nindi menggerutu, mem

knik di sana. Makanya punya ponsel bagus jangan untuk menelepon si Dika

bangnya itu memang senang se

gle dulu. Kalau sudah dapat yang

kasihn

k saran bawa pancingnya?" tan

Kenapa malah itu

ang. Kan saran itu kamu tolak,"

untuk tanya

," jaw

an Abang benar-benar membantu,"

terima kasihnya diterima. Kamu baik-baik di s

udah aku matikan

ya

enar mengikuti saran Abangnya. Ia membuka Google dan m

di sana. Dari makanan berat hingga ca

bar-gambar makanan yang terpampang di layar ponselnya. Sore-sore

memilih bakso sebag

ringan sejenis kue dan sebangsanya. Namun, foto-foto kue yang terpampang di layar ponsel begitu menggodanya.

an semua kue-kue ini," gumam Nindi. Ia tak sabar me

segera beranjak ke dapur. Wanita itu segera mengeluarkan

memotong sayur, memutar mixer, dan terus melompat dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain. Wanita itu begitu serius melakuk

apur, semua makanan yang akan dibawa

ngga, dan kue nastar tertata rapi di meja ma

Ia meraih ponsel, kemudian mengambil

kencan. Cepat pulang, Sayang.] Nindi tersenyum

WIB, berarti sebentar lagi Dika akan pulang. Ia harus s

*

nggu-tunggu akhirnya tiba. Selesai i

masak tersenyum geli mendengar m

semua karyawan restoran suda

ilang. Beda dengan yang sudah berkeluarga, bisa kumpul-kumpul dengan a

nya istri, merasa berhak menghinaku sesuka hati?!" Ran

ang sombong? Makanya cepat cari suami, Ran. Biar kel

, jadi sudah biasa jika ia melontarkan

k diam, kamu yang akan aku

"Amit-amit," katanya jijik. "Aku sudah punya Nin

ertarik dengan badan datar tanpa otot begitu." Rani mengejek dengan pandangan m

denganmu," balas Dika

galkan pertarungan mulutnya dengan Dika dengan kiba

ika terkekeh geli m

ing dengan chef lain yang usianya jauh di atasnya. Bisa juga karena Rani perempuan yang supel, yang juga tak pernah mengambil hati setiap candaan yang dilontar

di dapur. Mereka yang sering bertingkah konyol seolah menjadi penghapus l

ik

u menyapa gendang telinganya. Ia menatap heran pa

nda tanya besar. Untuk apa

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka