Jejak Masa Lalu
ik
u menyapa gendang telinganya. Ia menatap heran pa
nda tanya besar. Untuk apa
e dapur?" tanya Dika setelah
untuk datang ke r
mangnya? Ad
n perempuan yang punya sifat ramah, meski dengan keluarganya sekalipun. "Mama mau mengundangmu makan
bisa, Kak. Ada janji d
ian 'kan bertemu setiap hari," sahut Gita tak suka. "Kamu tidak kasihan dengan mama, Dik? Kamu tahu kan akhir-akhir ini kese
l. Menolak permintaan mamanya juga bukan pilihan bagus. Seperti kata Gita, akhir-akhir ini kesehatan mamanya memang menurun. Wa
kalau harus melihat wajah kecewa mama," ujar Gita. Tanpa menunggu t
ng ganti, mengganti baju chef-nya dengan baju yang
aryawan, bersandar pada loker yang berjajar rapi di dinding seraya memijit keningnya. Ruang istirahat dan ruang ganti mem
dan mengambil keputusan, Dika
yapa Dika, membuat Dika menelan saliva. Jahat sekali
mengundang Dika makan mala
? Mama juga mengundang calon besan dan calon menant
sangat tidak setuju dengan ide tersebut. "Aku kira ini makan mal
ka akan menjadi keluarga kita. Jadi kita harus sering-sering berkumpul agar lebih akrab. Kalau kamu mau mengajak
pertinya tidak bisa, Ma. Dika sudah ja
ah tidak ada harganya lagi di mata kamu? Apa lagi yang kurang, Dika? Mama bahkan sudah men
u hanya mampu Dika jeritkan dalam hati. Ia tak
tidak mau memaksa," ujar Dewi ketus, lantas lang
i ini? Kenapa mantan kekasihnya harus datang lagi dan mengaca
n. Sakit sekali rasanya mende
a 'Ratuku', membuat panggilan yang pastinya akan m
ai ombak yang menyapu bersih amarah Dika. Laki-laki itu tersenyu
na amarahnya tadi. "Sayang, aku minta maaf, sep
antungnya teremas mendengar nada
datang ke rumah,"
it lagi, Sayang?" N
baik, ia begitu perhatian pada mama dan kakaknya. Entah
ilang rindu, jadi mau bertemu denganku,
kamu mau ke rumah Mama aku tidak masalah, soal k
Ia memejamkan mata, merasa begitu terharu karena Nindi sel
t-repot menyiapkan semuanya. Aku benar-ben
aafkan?" k
eski tahu Nindi t
?" tanya Nindi
ng, mau,"
" ujar Nindi te
a berjanji akan memenuhi syarat yang Nind
Kasihan masakanku tidak punya perut untuk me
aib. Kata-kata yang keluar dari mulutnya kadang begitu tak terduga. Padahal Di
eberapa menit lalu ia tak pernah merasakan gundah. "Ya sudah aku ma
lepon kalau rindu?"
indi. "Kamu boleh menelepon
at, kasihan mama kalau
e you," ujar Dika te
you
er ponsel yang menampilkan potret Nindi dengan senyum manisnya, ia tatap lekat. Jarinya mengusap-usap
dan tetap bertahan di sisiku meski nanti aku mel
empatnya, sebuah pesan ia
ang ke rumah,
a datang tak l
Mama yang penurut. Jangan lupa jemp
i keberatan, Dika tak san
untuk makan malam di r
ir ini sering ia hubungi dan menghubunginya. Setelahnya, ia seg
ambu