Sang Istri Pengganti: Menikahi CEO Miliarder
Penulis:Roana Javier
GenreRomantis
Sang Istri Pengganti: Menikahi CEO Miliarder
"Sebaiknya kamu mandi dulu. Aku bisa menunggu." Julita tanpa sadar melangkah mundur seolah dia sedang menjaga dirinya dari musuh.
Dia tampak seperti seekor burung yang terperangkap, berjuang keras untuk menyembunyikan kepanikan yang dia rasakan.
Dia tidak tahu bagaimana menghadapi orang yang sekarang disebut sebagai suaminya.
Pria itu berdiri di depan meja dan menatap Julita yang sangat ketakutan.
Erwin pun tertawa. "Jangan panik begitu. Aku tidak akan memakanmu. Aku perlu membicarakan sesuatu denganmu."
Julita menyilangkan tangan di depan dada dan dengan sedikit ragu berjalan ke arahnya. Dia tidak ingin memiliki hubungan apa pun dengan pria ini. Semuanya terjadi dengan begitu cepat. Dia menikah dengan seorang pria yang baru saja dia temui di hari pernikahannya.
"Membicarakan apa?"
Erwin mengambil kursi kayu dengan satu tangan dan meletakkan kursinya di depannya. "Silakan duduk dulu."
Kemudian, dia menyeret kursinya agar bisa duduk lebih dekat ke Julita dan duduk di sana. "Aku bukan orang yang suka bertele-tele. Aku tahu kamu tidak mau menikah denganku."
'Apakah itu terlihat jelas?' pikir Julita.
"Sebuah hubungan tidak dapat dibangun dalam kurun waktu satu malam. Perlu waktu untuk melakukannya -- kita harus saling mengenal satu sama lain terlebih dahulu," jelas Julita, berusaha menyembunyikan rasa malunya.
Namun, setelah mengatakan itu, dia merasa penjelasan yang barusan dia berikan sepertinya tidak diperlukan. Erwin menyadari posisinya dan apa yang orang pikirkan tentang dirinya. Dia tahu Jeslyn tidak akan mau menikah dengan anak haram seperti dirinya.
Erwin mengerutkan alisnya dan melihat Julita dari atas ke bawah. Wanita itu sudah gugup sejak awal. Dia telah menggigit bibir bawahnya, tatapannya dengan gugup berkeliaran di mana-mana.
"Tidak perlu khawatir. Aku juga tidak setuju dengan pernikahan ini. Kita bisa menjadi sepasang suami istri di dunia luar, tapi mari kita tetap tidak ikut campur atas urusan pribadi masing-masing. Dengan begitu, kita bisa terhindar dari masalah dan hidup dengan akur. Aku biasanya menghabiskan sebagian besar waktu di luar dan jarang pulang ke rumah. Aku ingin memiliki kebebasan untuk melakukan apa pun yang aku inginkan. Hal yang sama berlaku untukmu. Aku tidak akan mengendalikan atau mencampuri urusan pribadimu."
Kemudian, dia berdiri dan mengambil jas yang dia sampirkan di kursi. Kemudian, seolah mengingat sesuatu, Erwin membungkuk dan memegang sandaran tangan kursi, membuat Julita terjebak di antara lengannya.
"Menyaksikan seorang pria mengganti pakaiannya itu bukan hal yang baik. Jika kamu mau aku membantumu untuk memenuhi nafsumu, aku akan dengan senang hati memuaskanmu sebagai seorang suami."
Bau dari sabun deterjen yang bercampur dengan aroma tubuh pria itu tercium di udara, membuat kulit kepala Julita merinding.
"Tidak perlu," desisnya melalui giginya, berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahan apa pun padanya.
Wajah Erwin berubah menjadi gelap. Dia melirik perut Julita untuk sepersekian detik dan memperingatkan, "Meskipun kita sepasang suami istri dalam formalitas saja, ada satu hal yang aku ingin kamu ingat." Dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku tidak ingin mendengar bahwa istriku mengandung anak dari laki-laki lain suatu hari nanti."
Kesetiaan adalah sesuatu yang paling penting bagi Erwin. Dia telah mendengar bahwa Jeslyn berganti pria seperti berganti pakaian.
"Aku akan menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri selama kita menikah," jawab Julita tegas. "Aku harap kamu akan menepati janjimu dan tidak mengganggu hidupku."
Senyum nakal pria itu sedikit memudar.
Dia menegakkan tubuh dan melangkah mundur dari Julita. "Kamu bukan Jeslyn Lisna, 'kan?" tanyanya sambil mengernyitkan kedua alisnya.