icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 6
Hanya Ada Satu Tempat Tidur
Jumlah Kata:755    |    Dirilis Pada: 13/05/2022

Julita terkejut. "Jika aku bukan Jeslyn Lisna, lalu kamu pikir aku siapa? Itu adalah pertanyaan yang sangat bodoh," ucapnya dengan nada bercanda.

Julita menikahi Erwin sebagai Jeslyn Lisna. Jika dia mengacaukan rencana pernikahannya ini, Fiona tidak akan memberinya uang. Hanni masih di rumah sakit, menunggu uang untuk pengobatannya.

Erwin mengerutkan kening -- sesuatu tampak mencurigakan. Seseorang yang sebelumnya telah membantunya untuk menyelidiki putri keluarga Lisna mengatakan kepadanya bahwa Jeslyn adalah seorang wanita yang sombong, keras kepala, boros, bodoh yang suka merayu pria kaya untuk keuntungan pribadinya.

Karena itu, dia berpura-pura menjadi seorang pecundang yang tidak punya uang di depan Julita, mengira dia adalah Jeslyn. Agar dia akan mengambil inisiatif untuk meminta cerai karena wanita itu membenci orang yang miskin.

Namun, wanita di hadapannya, secara mengejutkan nampaknya menerima posisi keuangannya, serta tempat tinggalnya yang begitu sederhana.

Selain itu, kegugupannya tampak jelas meskipun dia berusaha mencoba yang terbaik untuk tetap terlihat tenang.

Erwin merasa wanita yang ada di depannya baik dan manis. Dia tampak menarik baginya.

Tapi tidak masalah apakah dia Jeslyn yang yang asli atau bukan. Dia menikahi Jeslyn hanya karena ini adalah permintaan terakhir ibunya di ranjang kematiannya.

Yang harus dia lakukan hanyalah menikahinya.

"Itu hanya sebuah pertanyaan biasa. Lupakan." Erwin mengambil jas miliknya dan melangkah mundur. "Aku sudah selesai mengatakan apa yang ingin aku katakan padamu. Apakah kamu punya hal lain untuk dikatakan?"

Julita merasa lega. "Tidak."

Dia menggelengkan kepalanya dan melihat sekeliling. Hanya ada satu kamar tidur dan sebuah sofa kecil di ruang tamu. 'Apakah aku harus tidur di ranjang yang sama dengan Erwin?' pikirnya.

Erwin berbalik dan hendak pergi ke kamar mandi ketika dia bisa melihat kekhawatiran di matanya. Kemudian dia ingat bahwa hanya ada satu tempat tidur di rumah. Rumah itu sudah lama tidak berpenghuni; dia hanya meminta pelayan miliknya untuk datang membersihkannya setiap bulan.

"Hanya ada satu tempat tidur di rumah ini. Untuk malam ini, aku akan tidur di sofa. Kamu bisa tidur di kamar," ucap Erwin, dengan santai membuka kancing lengan kemejanya.

Julita menatapnya heran. 'Apakah dia tahu bagaimana cara membaca pikiran orang? Bagaimana dia bisa tahu apa yang sedang aku pikirkan?' pikirnya.

Meskipun Julita ingin dia tidur di ruang tamu dan sangat senang bahwa Erwin sudah menawarkan sebelum dia bertanya, dia berpura-pura bahwa dia merasa malu. "Apakah itu tidak apa-apa? Ini adalah malam pernikahan kita berdua. Tidakkah menurutmu tidak pantas jika kamu tidur di sofa? Selain itu, tubuhmu besar dan tinggi. Bagaimana kamu bisa tidur dengan nyaman di sebuah sofa yang berukuran kecil?"

"Memang tidak akan terasa nyaman. Tapi hanya ada satu tempat tidur yang tersedia. Jika aku ingin tidur dengan nyaman, maka aku mungkin harus tidur di sini di ranjang yang sama denganmu." Erwin menunduk dan mencondongkan tubuh untuk bisa berada lebih dekat padanya. Matanya berubah menjadi gelap saat tatapan mereka berdua bertemu. "Aku akan bergabung denganmu setelah aku selesai mandi," bisiknya di telinganya.

"Kamu... Kamu telah salah paham dengan ucapanku. Aku sama sekali tidak bermaksud begitu." Mata Julita melebar. Dia menguatkan dirinya saat rona merah mulai membakar pipinya. Dia menurunkan matanya, mencoba melarikan diri. Tapi tidak ada tempat untuk bersembunyi dalam situasi seperti ini. Dia terpaksa mundur sampai ke meja kayu.

Melihat bahwa dia akan terkena sudut meja, Erwin mengulurkan tangan dan memeluk tubuhnya erat-erat.

"Lalu, apa maksud dari ucapanmu tadi?" Erwin bertanya, memiringkan kepalanya ke samping dengan kilatan nakal di matanya.

Julita mengedipkan matanya, tampak seperti hewan yang sedang terperangkap.

Jantung miliknya berdebar kencang di dadanya. Dia bisa merasakan napas hangat Erwin menerpa ke lehernya. Panas dari tubuh pria itu menyelubunginya. Dia ingin melarikan diri.

"Aku hanya ingin tidur sendirian. Dan kamu baru saja bilang kita hanya suami istri dilihat dari formalitas saja."

"Yah, aku masih bisa berubah pikiran. Menjadi pasangan sungguhan sepertinya merupakan pilihan yang baik. Lagi pula, sepertinya kamu ingin melakukan malam pertama pernikahan." Erwin menarik tangannya dari pinggangnya dan menyelipkan sehelai rambut longgar ke belakang telinganya.

"Tidak, aku tidak mau!" Julita mendesis melalui giginya. Wajahnya memerah, tampak seperti seekor kucing yang marah.

"Yah, aku melihatnya seperti itu. Kamu mengundang seorang pria untuk tidur di ranjang yang sama denganmu," ucap Erwin cuek.

Julita mendorongnya menjauh, bergegas pergi ke kamar tidur, menutup pintu di belakangnya, dan menguncinya.

Melihat reaksinya di luar, Erwin terkekeh.

Bersandar di pintu, Julita terengah-engah. Jantungnya berdetak lebih cepat. Wajahnya terbakar seolah-olah dia sedang demam.

Saat jantungnya yang berpacu perlahan melambat, dia memutuskan untuk memukul Erwin dengan lampu di meja samping tempat tidur jika pria itu mencoba mendekatinya malam ini.

Julita kemudian dengan hati-hati duduk di tempat tidur, tatapannya tertuju pada pintu yang tertutup. Dia tidak bisa tidur sampai larut malam.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dia Hanya Seorang Pria2 Bab 2 Hari Pernikahan3 Bab 3 Jam Tangan Bernilai Miliaran4 Bab 4 Apa Kamu Mau Mandi Dulu 5 Bab 5 Kamu Bukan Jeslyn6 Bab 6 Hanya Ada Satu Tempat Tidur7 Bab 7 Sarapan Pagi8 Bab 8 Meminta Uang9 Bab 9 Penyesalan10 Bab 10 Jauh Lebih Baik11 Bab 11 Wawancara Kerja12 Bab 12 Wawancara yang Gagal13 Bab 13 Dia Tidak Terlalu Buruk14 Bab 14 Rumah15 Bab 15 Sebuah Keributan16 Bab 16 Kamu Dipecat17 Bab 17 Apakah Kamu Akan Membenciku 18 Bab 18 Kristianto Gunawan19 Bab 19 Seseorang Akan Tidak Senang20 Bab 20 Naik Bus Umum21 Bab 21 Lamborghini22 Bab 22 Mencari Rumah23 Bab 23 Apartemen Angker 24 Bab 24 Bagaimana Dia Bisa Begitu Manis 25 Bab 25 Uji Klinis26 Bab 26 Kekhawatiran yang Tak Terduga27 Bab 27 Seorang Klien yang Murah Hati28 Bab 28 Makan Besar29 Bab 29 Konflik Di Restoran Mewah30 Bab 30 Bos Restoran Ada Di Sini31 Bab 31 Ciuman Mabuk32 Bab 32 Kontrol Diri33 Bab 33 Mengambil Inisiatif Pertama34 Bab 34 Gosip35 Bab 35 Klarifikasi dari Gosip36 Bab 36 Pergi Keluar Untuk Makan Malam37 Bab 37 Bahaya38 Bab 38 Aku Adalah Suaminya39 Bab 39 Menyelinap ke Kamarnya40 Bab 40 Seharusnya Kamu Tidak Berpakaian Seperti Ini41 Bab 41 Bukti Video Kejadian42 Bab 42 Sebuah Ciuman 43 Bab 43 Terlalu Berbahaya44 Bab 44 Penolakan45 Bab 45 Penghinaan46 Bab 46 Ini Suamiku47 Bab 47 Makan Malam yang Canggung48 Bab 48 Menjarah Semua yang Ada49 Bab 49 Apa yang Sebenarnya Terjadi 50 Bab 50 Cincin Kawin51 Bab 51 Apakah Kamu Menjual Cincin yang Aku Berikan Padamu 52 Bab 52 Barang Imitasi53 Bab 53 Tidak Ada Bukti54 Bab 54 Permintaan Maaf Sepenuh Hati55 Bab 55 Bagaimana Cara Membujuknya 56 Bab 56 Dia Menolak Uangku57 Bab 57 Mengapa Kamu Adalah Orang Yang Begitu Boros 58 Bab 58 Buku Petunjuk Mengenai Cinta59 Bab 59 Mencakar Wajahnya60 Bab 60 Dicakar oleh Kucing di Rumah61 Bab 61 Permintaan Maaf62 Bab 62 Babak 62 Cincin Berlian Biru63 Bab 63 Desain yang Ditolak64 Bab 64 Kutukan65 Bab 65 Penghinaan Secara Publik66 Bab 66 Ketua Dewan Mengetahuinya67 Bab 67 Diusir68 Bab 68 Apakah Anda Naksir pada Saya 69 Bab 69 Kesalahpahaman70 Bab 70 Permintaan Dadakan Dari Bagas71 Bab 71 Memberinya Kenaikan Gaji72 Bab 72 Merasa Cemburu Pada Dirinya Sendiri73 Bab 73 Sentuh Otot Perutku74 Bab 74 Bertemu Erna Lagi75 Bab 75 Menjadi Pencuri 76 Bab 76 Panggil Polisi77 Bab 77 Untuk Membuktikan bahwa Dia Tidak Bersalah78 Bab 78 Ditangkap Polisi79 Bab 79 Acara Pesta Makan Malam80 Bab 80 Teman Kencan Pria81 Bab 81 Bertemu Jeslyn Lagi82 Bab 82 Undangan83 Bab 83 Akhirnya Masuk ke Dalam84 Bab 84 Anggur Merah85 Bab 85 Mempermalukan86 Bab 86 Gaun87 Bab 87 Wanita Tercantik yang Ada Di Pesta88 Bab 88 Mengusirnya89 Bab 89 Ambil Semuanya90 Bab 90 Apa yang Bagas Inginkan Darinya 91 Bab 91 Kekecewaan92 Bab 92 Dia Peduli Terhadapmu93 Bab 93 Sinyal Cinta94 Bab 94 Sebuah Pekerjaan Paruh Waktu95 Bab 95 Suami yang Peduli96 Bab 96 Mencari Kesalahan97 Bab 97 Juga Urusanku98 Bab 98 Rahasia yang Terungkap99 Bab 99 Bersungguh-sungguh100 Bab 100 Godaan Iblis