Sang Istri Pengganti: Menikahi CEO Miliarder
Penulis:Roana Javier
GenreRomantis
Sang Istri Pengganti: Menikahi CEO Miliarder
Sangat jarang Julita memimpikan sesuatu yang menyenangkan dalam tidurnya akhir-akhir ini. Dalam mimpi yang kali ini, Hanni berhasil ditangani tepat waktu dan bisa kembali sembuh. Mereka berdua kembali pulang bersama dan hidup mereka tampak cerah dan penuh harapan.
Namun, dering nada dari ponselnya mengganggu mimpi indahnya tersebut. Julita duduk dari tempat tidur dan melihat lingkungan yang tampak asing baginya dengan tatapan linglung.
Butuh beberapa saat baginya untuk akhirnya mengingat bahwa dia sekarang sudah menikah. Dia masih belum bisa beradaptasi dengan perubahan mendadak yang datang ke dalam kehidupannya ini.
Begitu dia membuka pintu kamar, tatapannya jatuh pada Erwin yang meringkuk di sofa, memeluk bantal. Sofa itu ukurannya terlalu kecil untuk tubuhnya yang besar. Kakinya yang panjang menjuntai, dan selimut abu-abu melilit tubuhnya. Sinar matahari memancarkan cahaya lembut pada wajahnya yang sempurna, membuatnya tampak seperti Dewa Yunani.
Julita senang mengetahui bahwa tadi malam Erwin tidak berusaha untuk menyentuhnya, jadi dia mengendurkan kewaspadaannya di sekitar pria ini.
Julita tersenyum pada dirinya sendiri dan berjalan menuju ke dapur. Ada telur, daging sapi, dan roti di lemari es. Sepertinya rempah-rempah yang ada di sana tidak pernah digunakan sebelumnya.
Julita memakai celemek dan mulai membuat sarapan.
Suara daging yang dia goreng mendesis, dan aroma mentega yang lezat tercium di udara.
Erwin terbangun dari tidurnya. Dia menggosok matanya dan menatap wanita yang kini sedang sibuk memasak di dapur.
Dia terus menatapnya dengan bingung. Adegan itu membawa kenangan masa lalu, dan rasa nostalgia yang kuat menyelimutinya.
Untuk sesaat, dia pikir itu sebuah mimpi. Ibunya selalu membuat sarapan sebelum dia bangun ketika dia masih kecil, dan seluruh rumah akan berbau mentega.
Erwin menyisir rambutnya dengan tangan. Pandangan mengantuknya menjadi jelas, dan dia menyadari itu adalah istrinya, yang baru dia nikahi kemarin.
Melihat Erwin sedang duduk di sofa dengan tatapan kosong, Julita bertanya, "Apakah kamu ingin sarapan? Roti panggangnya hampir siap. Bersihkan dirimu dulu."
Dia telah membuat sarapan sederhana untuk mereka berdua berupa sandwich dan sup dengan apa pun bahan yang mereka miliki di dalam kulkas.
Julita dikenal sebagai orang yang pandai memasak. Hanni bahkan pernah menyarankan agar dia membuka restoran kecil.
Tak lama, Erwin segera keluar dari kamar mandi, menarik sebuah kursi kayu, dan duduk di sana. Mulutnya berair ketika dia melihat sarapan mengepul di atas meja. Dia mengambil sandwich dan menggigitnya.
Hatinya tergagap saat mengingat momen di mana dia dan ibunya makan malam di meja ini bertahun-tahun yang lalu ketika dia masih kecil. Erwin sudah pernah memakan semua jenis makanan dari restoran mahal, tapi sepertinya tidak ada makanan enak yang sebanding dengan apa yang dimasak oleh ibunya. Sekarang, makanan yang dimasak oleh Julita sepertinya membawanya kembali ke masa lalu yang indah.
Wajah Erwin melunak. Dia tersenyum pada Julita, matanya berbinar karena emosi yang dia rasakan. "Sangat enak. Rasanya mirip seperti yang biasa dimasak ibuku untukku ketika aku masih kecil."
Mulut Julita terbuka. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia telah membuatkannya sarapan sederhana dengan bahan-bahan yang ada di lemari es, namun rasa terima kasih dan emosi yang ditunjukkan di wajahnya mengejutkannya. Dia melambaikan tangan dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tersanjung. Tolong cuci piringnya setelah kamu selesai makan. Aku punya sesuatu yang mendesak untuk ditangani hari ini."
Erwin mengangguk dan memakan sarapannya, menikmati setiap gigitan.
Setelah sarapan, Julita meraih tasnya dan pergi. Dia benar-benar memiliki sesuatu yang penting untuk ditangani hari ini.
Tidak lama setelah dia pergi, ada mobil Bugatti hitam murni berhenti di luar halaman.
Seorang pria dalam setelan bergaris-garis melesat masuk ke dalam dengan sebuah tas.
Mendengar ketukan di pintu dan mengira itu Julita, Erwin membuka pintu dan bertanya, "Apakah kamu melupakan sesuatu?"
Mata Sapta Jumali melebar kaget. Nada suara Erwin terdengar sangat lembut. 'Apakah bos benar-benar senang dengan pernikahannya ini?' pikirnya.
"Kenapa kamu menganga, Sapta?" Erwin mengerutkan alisnya dan melirik ke luar sebelum memanggilnya ke dalam rumah. "Masuklah."
"Bos, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu dari sebuah restoran Michelin."
Erwin suka memilih-milih makanan. Dia hanya makan makanan dari restoran tertentu dan makanan yang disiapkan oleh juru masak tertentu. Sapta adalah asisten Erwin dan bertanggung jawab atas makanannya.
"Aku sudah selesai sarapan." Erwin mengangkat bahu cuek. "Kamu bisa memakan sarapan yang sudah kamu beli jika mau. Lalu, cuci piring di wastafel setelah kamu selesai makan."
Lagi-lagi, Sapta terkejut. Dia tidak percaya pria di hadapannya ini benar-benar bosnya. 'Bisakah sebuah pernikahan mengubah seseorang begitu cepat?' tanyanya dengan heran dalam benaknya.