Sang Istri Pengganti: Menikahi CEO Miliarder
Taksi berhenti di luar vila milik keluarga Lisna. Julita bergegas keluar dan membunyikan bel pintu.
Sekarang dia telah menikahi Erwin seperti yang dijanjikan, dia memutuskan untuk meminta uang yang sudah dijanjikan kepada orang tua angkatnya. Bagaimanapun juga, dia melakukan semua ini hanya untuk membayar biaya pengobatan yang dibutuhkan oleh Hanni.
Fiona sedang duduk di sofa, menyeruput secangkir kopi di tangan. Dia menatap Julita dan tersenyum tipis. "Bagaimana hubunganmu dengan Erwin? Kamu baru saja menikah kemarin. Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah seharusnya kamu ada di rumahmu sendiri? Apakah ada sesuatu hal yang terjadi? Ceritakan padaku sekarang."
Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun tentang uang apa pun seolah-olah mereka tidak pernah membuat kesepakatan sebelumnya.
Julita memberinya sebuah tatapan tajam. "Aku di sini untuk mendapatkan uang yang dijanjikan. Ibu sudah berjanji kepadaku bahwa Ibu akan memberiku uang segera setelah aku menikahi Erwin."
Fiona meletakkan cangkir kopi di atas meja dan tersenyum lembut padanya. Sejak awal, dia tidak berencana memberikan uang kepada Julita. Itu hanya taktik untuk membujuk Julita agar mau menikahi Erwin saja. Itu hanya kesepakatan lisan antara mereka saja. Dan sekarang, Julita dan Erwin sudah menikah. Julita tidak akan bisa melakukan apa-apa bahkan jika mereka tidak memenuhi perjanjian yang mereka buat sebelumnya.
"Jangan khawatir, Julita. Aku akan memberimu uangnya. Aku yakin kamu paham benar bagaimana situasi keluarga kita. Ayahmu baru-baru ini berinvestasi dalam sebuah bisnis. Tapi ternyata itu adalah perusahaan palsu. Pemilik perusahaan melarikan diri dengan uang bersama selingkuhannya, meninggalkan semua masalah dan beban di pundak ayahmu. Berbisnis memang bukan suatu urusan yang mudah. Lihat, rambut ayahmu sudah banyak yang beruban. Keluarga kita sedang berusaha untuk melalui waktu yang sulit. Kita mengalami masalah dengan arus kas dan tidak mampu mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk saat ini. Julita, tolong coba mengerti keadaan kami." Fiona memegang tangan Julita, berusaha untuk terlihat menyedihkan.
Tubuh Julita gemetar karena marah.
Fiona sungguh jahat. Bahkan sepotong kecil perhiasan yang dimilikinya bernilai lebih dari biaya pengobatan yang dibutuhkan oleh Hanni. Dia hanya berbohong tentang tidak mampu membayar uang yang dijanjikan.
Benjamin mengerutkan kening. Menurutnya, Fiona sudah bertindak keterlaluan kali ini, dan dia merasa kasihan pada Julita. "Sebenarnya, itu bukan sebuah masalah yang besar. Kita sekarang masih mampu…"
"Apa yang kamu katakan, Benjamin? Bukankah kita harus memenuhi kebutuhan kita sendiri sekarang? Jeslyn akan segera belajar di luar negeri. Bukankah kita butuh uang untuk melakukannya? Uang yang kita miliki sekarang adalah tabungan milikku selama bertahun-tahun setelah mengurangi pengeluaranku. Apakah kamu sudah lupa atas apa yang telah aku lakukan untuk keluarga kita? Tapi kamu sama sekali tidak peduli dengan kami, kan?" Menyeka air mata palsu di matanya, Fiona memelototi suaminya.
Benjamin dibuat terdiam. Dia tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.
"Kalian sudah berjanji padaku bahwa kalian akan memberikanku uang sesegera mungkin." Julita tidak senang, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa dalam situasi seperti ini. Bagaimanapun, apa yang mereka miliki hanya sebatas kesepakatan lisan. Dia tidak bisa meminta uang jika mereka benar-benar menolak untuk memberikannya.
Menyeka matanya lagi, Fiona tersenyum. "Baik. Baik. Ayah dan Ibu akan memberimu uang segera setelah kami mendapatkannya. Aku masih punya sepuluh juta. Aku akan memberikan itu padamu dulu."
Dia mencoba untuk memperlama Julita. Lagi pula, begitu pelayan tua itu meninggal, Julita tidak akan punya alasan lagi untuk meminta uang kepada mereka.
'Bagaimana mungkin sepuluh juta bisa cukup?'
Menggigit bibir bawahnya, Julita hendak mengatakan sesuatu. Namun, Jeslyn menyela ucapannya. Dia menuruni tangga dan menatap Julita dengan pandangan jijik.
"Kenapa kamu kembali ke sini? Dan mengapa suamimu tidak datang bersamamu? Apakah dia membencimu?" Bibir Jeslyn melengkung membentuk seringai saat dia berjalan menuju Julita.
"Aku menikah dengannya untuk menggantikanmu. Kamu memiliki reputasi yang buruk. Jika dia membenci istrinya, itu berarti dia membencimu," bentak Julita dingin.
Jeslyn selalu menganggap dirinya luar biasa. Mendengar penghinaan itu, dia menjadi marah. Jeslyn mengambil segelas air dan menuangkannya ke Julita, yang sedang duduk dengan tenang di sofa.
Julita dengan terampil menghindari serangan murahan itu. Dia sudah menyangka Jeslyn melakukan hal seperti itu. Ketika mereka masih anak-anak, Jeslyn suka memukuli orang ketika dia marah pada mereka.
"Keluar dari sini! Ini adalah rumahku!" Jeslyn menyalak, menunjuk ke pintu. Ketenangan yang ditunjukkan oleh Julita membuatnya marah.
"Aku tidak akan datang ke sini jika kamu tidak berutang uang padaku," cibir Julita.
Melihat putrinya sendiri ditindas seperti ini, Fiona kehilangan ketenangannya. "Bagaimana kamu bisa berbicara dengan keluargamu sendiri seperti ini? Aku tidak punya seorang putri sepertimu. Keluar dari sini!"
Hati Julita rasanya tenggelam karena kekecewaan. Berdebat dengan mereka adalah suatu hal yang tidak ada gunanya, jadi dia dengan sedih berdiri untuk pergi.
Saat dia membuka pintu, dia melihat Erwin berdiri di luar menggunakan jaket. Di belakangnya berdiri seorang pria, dengan napas yang terengah-engah, memegang beberapa tas di tangannya.