"Ada sebuah urusan. Makanya aku telat datang ke sini." Erwin berdiri di luar pintu, memancarkan aura yang kuat, membuat Julita merasa kesulitan untuk melangkah maju.

"Kenapa kamu ada di sini? Aku ingin pulang. Minggir dari jalanku." Suara Julita pecah karena dia merasa marah dan sedih.

Melihat mata merahnya yang berkaca-kaca, Erwin menatap semua orang yang ada di ruang tamu. Kemudian, dia dengan lembut menggenggam pergelangan tangannya. "Tidak perlu terburu-buru pergi."

Dia membawa Julita kembali ke ruang tamu keluarga Lisna.