Dikejar Mantan Suami
berjualan dan akan membuka warung makannya. Dia telaten sudah mencuci beras. Memotong ayam,
tu sholat subuh sebentar, kemudian membantu Faiz memasak
na mengurusi Fathan juga Ara lagi. Bu Narti menyuruh Fathan agar cepat mandi karena
amat berterima kasih pada Tuhan, karena terus memberikan kesehatan pada ibunya. Faiz
ta meja tempat pengunjung akan menyantap makanan, juga mengerjakan segala pekerjaan lain. Kadang Ningsih bantu-bantu sebentar di dapur. Dan har
duk-aduk, jangan sampai pecah santan. Karen
ma
yong-konyong Fathan muncul ke
pamit sekol
sih, dan anak kecil itu menc
i sekolah ya
titip adi
atkan perlakuan yang tidak baik dari Fathan. Fathan selalu menghormatinya, sebagai pekerja ayahnya. Terkadang sore hari Fathan minta bantuan Ningsih j
an motor ayahnya. Dan Ningsih masih tersenyum melihat hal i
*
sepi pengunjung. Selalu membludak. Terlebih
ika pengunjung sudah mulai berkurang, dan saat itu
isi ke kamar m
a,
g masih datang satu dua. Dan terlihat B
Begitu menutup pintunya, dia
u
u
using. Kepalanya berputar-putar. Padahal
Faiz dari luar p
o
o
mu nggak ken
ucap Ningsih dari
wastafel yang berada dalam kamar
u kamar mandi, dan Faiz s
. Aku mendengar k
ngsih, tidak ingin meliha
gak sarapan. Kan tadi aku belikan
idak ia makan tadi-yang biasa dibelikan Faiz sudah ia berikan pada peng
iz lagi. "Kan sudah dibilang kayak biasanya. Sarapan dulu Ning. Kadang warung mak
an air putih hangat, lalu menyodorkannya pada Ningsih yang kini d
tanya Bu Narti yang tiba-tiba
badan Bu. Aku dengar tadi di
ngsih?" tanya ibu ka
lalu men
ja ya. Biar kea
tolak angin hangat buat Ningsih. Sekaligus nanti siapin makan s
kamu agak enakan. Ke
un dia menurut. Lalu d
u
a, dan perempuan tua itu lantas menepuk-nepuk punggung
Bu Narti, Ningsih
*
ingsih pulang lebih awal. "Lebih baik pulang sa
saja. Faiz antarkan dia
ya pulang, tapi bi
aja Ning." kata
n mas Faiz. Lagipula warung makan diting
tu. Iz, pesankan ken
siapkan bungkusan makan
a pulang untuk santapan makan malam. Sesudahnya Faiz mengetik sesuatu di HP-n
-tiba mendarat ke kening Ningsih, hingga ha
at yang diselipkan ibu di bungkusan yang kamu bawa itu
. Dia lalu berjalan ke
il Ningsih. "
melihat Ningsih yang berada di
nya yang begitu perhatian pada Ningsih, hin
*
g lalu, dan Faiz juga sudah mandi. Dia te
engamati Fathan y
kan ya halaman 125
epat dikerjakan ya, karena hari sudah m
a n
on lantai dua ini. Disana Faiz sedang me
a itu, lalu dia duduk di bangku, persis tak j
mu, nak." ucap Bu Narti le
kata
ra padamu Fai
Y
nlah kesendirian kamu ini. Dalam arti
z itu menatap anak la
z tidak mau gagal lagi. Faiz hanya ber
ibumu ini baik-baik saja. Kalau tid
menur
Pertama kali mengenal Ningsih, ibu sudah jatuh hati. Dia baik, rajin, tidak banyak berulah, da
i sama halnya denganku. Pernah gag
membuka diri untuk dia. L
karena dulu aku juga pernah punya pe
a sibuk dengan pekerjaannya. Dia bahkan seolah melupakan
engusap punggung Ara yang kini s
i. Paling nggak ada seorang perempuan yang harus mengurus mereka. Dan perempuan yang bagi ibu sangat tepat unt
harapkan itu. Namun rasanya bila dipikirkan sec
hidupan rumah tangga, rasanya sulit untuk memulai sesuatu
Faiz pik
icara sama Ningsih. Kalau kamu berke
ilang apa-apa. Bagaimana
bertindak. Lakukan saja. Hal yang ibu takutkan. Dia diam
Faiz t
*