icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pupus

Bab 2 Dua

Jumlah Kata:1458    |    Dirilis Pada: 01/04/2022

kiri, sebentar ke kanan--sekali-dua ia masih melihat perempuan berkebaya encim warna cokelat muda. Kali ketiga rupanya ia kehilangan sosok yang sejak tadi diintainya. Debu jalan meng

linting harum, setelah dibayarnya harga sejumput besar, seharga

masuk ke

tal manis!" ujarnya

ndak Tuan pesan?" tanya pela

atku pada juadah kau itu, barulah aku

pembeli adalah raja. Sila membayar

ya. Lalu ia melempar senyum. Si pelaya

erniaga, Tuan. Bayar lebih dulu, pesanan ba

ar kopi kau

i pelayan kedai kopi melihat selem

simpanlah sebagi pemberian dari

a, Tuan. Bolehlah saya perturutk

at muda, yang sudah lebih dari sejam, berdiri di seberang k

kepala, mengikut jari yang ditun

ang Tuan sebutkan tadi?" Si Pelay

ali tangannya. Air muka

tidak ada, yang aku bil

yum seperti kuda--ia m

i, kenapa baru Tua

embakau yang tadi dibelinya di toko Babah Liong. Lelaki

tu berdiri di sana, kenapa bisa kau

sempat perhatikan orang?" Si

rupa balon bentuknya. Asap pun mengepul-ngepul dari mulut lelaki itu. Sebentar saja ia menikmati kepulan asap tembakau, terli

nikannya diri

ke belakang. Bukan main seri wajahnya. Setanding dengan kejo

r mukanya menunjukkan kalau ia amatlah terkejut d

l tadi tak sengaja ia lakukan. Hanya dorongan hatinya sa

uatu, tapi pada sangka saya pastilah oran

an sangat cermat. Sejak dari kepala hingga ujung kaki. Boleh juga potongannya, seperti p

ah dan Ibu, mereka ada k

ya? Kenapa Nona t

ari mobil, sekalian ada barang y

stilah ia anak orang kaya, ujar lelaki itu dala

um apa tinggal meminta, lagi pula banyak juadah⁵ yang me

udah tak ada waktu lagi, permisi,"

kopi menjulurkan kepala dari amb

nya yang Tuan

il terus memperhatikan perempuan berkeba

depan kedai dobi, sepert

gerak ke sana-sini. Mengapa ta

n terseng

uan. Itu kopinya

acam juadah kau itu," seru Si Lela

perut Tuan menjadi lapar?" goda Si Pe

rkan kau kepada majikanmu, mau

kali Tuan naik darah. Saya

ncim cokelat muda yang semakin menjauh. Entahlah kenapa hatinya seperti hendak melompat keluar, mengejar perempuan itu yang seri wajahnya setanding kejor

h sen!" Si Pelayan meletakkan juadah, bercampur an

elangkah masuk ke kedai kopi. Diambilnya uang satu rupia

isanya u

Matanya berseri-seri,

i kedai, alamat besok lusa, aku pula yang

gi," ujar Si Lelaki sambil menyerup

a akan coba melihat-lihat kala

dang Si Pelayan yang masih

pentingnya

mintakan nama dan ala

aki. Terbit harapan di bola ma

juga usulmu

, Tuan. Panggil saja J

long pada engkau. Coba kau amat-amati, mana

t saya, pastilah perempu

a ma

i dari Med

ga Meda

an itu, tapi kita ini

l di pusat kota, tak sampa

yan melempar pandangannya keluar kedai. Ta

u?" ujar Si Lelaki seolah t

sejenak-berpikir-sambil m

il Tuan tak punya sepeda. Lagak ga

orang sedang susah, kecuali bekas pegawai Belan

ya tahu, Tuan b

al

eram. Jali tekejut dan menoleh ke belakang. Majika

s Pekan! Apa kata kau kalau kita kehabisan air pa

ari tempatnya. Ia masih berkeinginan berbincang dengan l

kami, tapi sampai sekarang, saya tak tahu apa pekerjaan Tuan yang sebenarnya," sambil bic

bekerja di mana, Buyung?" ujar Si

tu tersengih lagi. Mirip

tempat untuk bekerja di kantor, bole

ngar lagi sua

an!" Si Pelay

ajikanmu, tak segera kau tunaikan. Apakah lagi bekerja di kantor yang amatlah sibuknya

t mendengar ejekan

ongan!" Si Pelayan melangkah pergi setelah puas melam

g! Masak air sedandang, cepa

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka