Pupus
kiri, sebentar ke kanan--sekali-dua ia masih melihat perempuan berkebaya encim warna cokelat muda. Kali ketiga rupanya ia kehilangan sosok yang sejak tadi diintainya. Debu jalan meng
linting harum, setelah dibayarnya harga sejumput besar, seharga
masuk ke
tal manis!" ujarnya
ndak Tuan pesan?" tanya pela
atku pada juadah kau itu, barulah aku
pembeli adalah raja. Sila membayar
ya. Lalu ia melempar senyum. Si pelaya
erniaga, Tuan. Bayar lebih dulu, pesanan ba
ar kopi kau
i pelayan kedai kopi melihat selem
simpanlah sebagi pemberian dari
a, Tuan. Bolehlah saya perturutk
at muda, yang sudah lebih dari sejam, berdiri di seberang k
kepala, mengikut jari yang ditun
ang Tuan sebutkan tadi?" Si Pelay
ali tangannya. Air muka
tidak ada, yang aku bil
yum seperti kuda--ia m
i, kenapa baru Tua
embakau yang tadi dibelinya di toko Babah Liong. Lelaki
tu berdiri di sana, kenapa bisa kau
sempat perhatikan orang?" Si
rupa balon bentuknya. Asap pun mengepul-ngepul dari mulut lelaki itu. Sebentar saja ia menikmati kepulan asap tembakau, terli
nikannya diri
ke belakang. Bukan main seri wajahnya. Setanding dengan kejo
r mukanya menunjukkan kalau ia amatlah terkejut d
l tadi tak sengaja ia lakukan. Hanya dorongan hatinya sa
uatu, tapi pada sangka saya pastilah oran
an sangat cermat. Sejak dari kepala hingga ujung kaki. Boleh juga potongannya, seperti p
ah dan Ibu, mereka ada k
ya? Kenapa Nona t
ari mobil, sekalian ada barang y
stilah ia anak orang kaya, ujar lelaki itu dala
um apa tinggal meminta, lagi pula banyak juadah⁵ yang me
udah tak ada waktu lagi, permisi,"
kopi menjulurkan kepala dari amb
nya yang Tuan
il terus memperhatikan perempuan berkeba
depan kedai dobi, sepert
gerak ke sana-sini. Mengapa ta
n terseng
uan. Itu kopinya
acam juadah kau itu," seru Si Lela
perut Tuan menjadi lapar?" goda Si Pe
rkan kau kepada majikanmu, mau
kali Tuan naik darah. Saya
ncim cokelat muda yang semakin menjauh. Entahlah kenapa hatinya seperti hendak melompat keluar, mengejar perempuan itu yang seri wajahnya setanding kejor
h sen!" Si Pelayan meletakkan juadah, bercampur an
elangkah masuk ke kedai kopi. Diambilnya uang satu rupia
isanya u
Matanya berseri-seri,
i kedai, alamat besok lusa, aku pula yang
gi," ujar Si Lelaki sambil menyerup
a akan coba melihat-lihat kala
dang Si Pelayan yang masih
pentingnya
mintakan nama dan ala
aki. Terbit harapan di bola ma
juga usulmu
, Tuan. Panggil saja J
long pada engkau. Coba kau amat-amati, mana
t saya, pastilah perempu
a ma
i dari Med
ga Meda
an itu, tapi kita ini
l di pusat kota, tak sampa
yan melempar pandangannya keluar kedai. Ta
u?" ujar Si Lelaki seolah t
sejenak-berpikir-sambil m
il Tuan tak punya sepeda. Lagak ga
orang sedang susah, kecuali bekas pegawai Belan
ya tahu, Tuan b
al
eram. Jali tekejut dan menoleh ke belakang. Majika
s Pekan! Apa kata kau kalau kita kehabisan air pa
ari tempatnya. Ia masih berkeinginan berbincang dengan l
kami, tapi sampai sekarang, saya tak tahu apa pekerjaan Tuan yang sebenarnya," sambil bic
bekerja di mana, Buyung?" ujar Si
tu tersengih lagi. Mirip
tempat untuk bekerja di kantor, bole
ngar lagi sua
an!" Si Pelay
ajikanmu, tak segera kau tunaikan. Apakah lagi bekerja di kantor yang amatlah sibuknya
t mendengar ejekan
ongan!" Si Pelayan melangkah pergi setelah puas melam
g! Masak air sedandang, cepa