Pupus
. Tak sabar ia sampai ke pekan, rasanya sepeda yang dikayuh Pak Badrun berjalan seperti siput. Alangkah lambatnya, Hafiz mengutuk dalam hati. Apalagi kel
ngayuh sepedanya, Pak," u
un sampai juga kita di
i peluit Kereta Api. Panjang me
ngar napas Pak Badrun,"
drun t
nyakitku asma, tapi masih kuat lagi
n!" geram Hafiz mendengar bualan lelaki p
semakin merasa tersiksa. Sementara itu Pak Badrun asyik bicara sambil mengayuh sepeda. Entah apa yang dibicarkannya, Hafiz sudah tak ingin mendengarkannya lagi. Pak Badrun mengeluh soal harga-harga barang: gula
adrun, harga ke
tak silap, naik lima ringgit segandeng," sahut Pak Badrun terbata-bata-sambil menoleh
tak mau berlama-lama menuntut kekurangan uang penjualan kelapa kepada Pak Ba
h sepeda, tak bisa aku menyeluk kantong celan
lagi," ujar Hafiz menyebut berapa kekuranga
Hafiz, tapi mau tak mau ia harus membaya
hulah aku ber
. Win-win oplossing!"¹⁰ ujar Hafiz dalam bahasa Belanda
cari kerja di Kantor Dagang Bela
yang kerja di Kantor Dagang Be
ntuk apalagi bekerja jadi kuli Belan
lapa dengan Pak Badrun?"
a sambil mengayuh sepedanya dengan kuat-sampai pantatnya
peda-sambil menjatuhkan buah-buah kelapa dari pangkuannya-hingga Pak Badrun ham
ringgit tadi, Pak Badrun?" H
Hafiz ...." Pak Badru
kental dan manis!" Hafiz b
ersihkan meja menoleh
duit enam ringgit dari tangan Pak Badrun, kemudian ia mele
pedanya ke pinggir kedai
dulu kelapa-kela
memilih mengikuti perintah siapa-antara membuatkan kopi untuk Hafiz atau membawa buah
! Macam orang bingung kau k
Hafiz dan menyiapkan juadahnya
yang berserak di luar itu," Pak Badrun masuk ke dala
r kedai mengambil buah kelapa yang berserak di tanah. Setelah ia mem
uadahku, Jali?"
a Jali dari ba
uan! Air bel
epala sendiri. Paras
r sampai mendidih. Lain kali kalau menjerang air, banyaklah sikit jadi tak c
uara Jali dari b
idih, sakit per
dah terasa asam mulutnya sejak tadi belum merokok. Pak Badrun keluar dari
abut kelapa," si
ng memanjat kelapa, harus berjuang dulu macam beruk," Ha
n dengan Hafiz. Sedangkan Hafiz pula memanjangkan lehernya, melongok ke
mana ko
endidihlah air yang dijerang Si Jali,," Pak
lah orang yang berlangganan di sini. Aku sedang berpikir-pikir
t!" teriak Pak Badrun ke
gar suara gaduh-cangkir dan sendok berjatuh
nya, ia pun dengan serta-merta membelokkan sepeda menuju Si Anak yang memanggil hendak membeli. Apa yang terjadi sesudahnya? Sepeda terbalik, es potong itu tumpah dan berserakan
era
ng mengu
au c
Pers