icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pupus

Bab 6 Enam

Jumlah Kata:1102    |    Dirilis Pada: 01/04/2022

rnya biarlah dulu menanak nasi, setelah itu barulah menggulai ikan, tapi nasi sudah tanak, kelapa untuk menggulai ikan pun belum turun juga. Hafiz yang disuruh m

, Pangeran!" sindir pere

gang di ambang pintu. Bukan main geram hati Hafiz, sudah naik setinggi ini pun masih juga dibilang lambat? Sambi

iz bukan beruk si

au kalah sama be

engar suara berdebum di tanah-sebutir, dua butir, hinga enam butir bahkan kurang merasa cukup, Hafiz menjatuhkan sebutir kelapa lagi. Mendengar suara berdebum-debum dari belakang rumah berupa tanah luas yang merupakan kebun, ibu Hafiz melongok dari jende

rlambat Ibu menggulai ikan, Pulang pula Ayahmu.

santannya bikin gulai ikan kakap nanti jadi nikmat tak terkira," Haf

u nanti yang memarut," t

" ujarnya sambil berjalan menuju kelapa yang tadi ia lempa

nya Hafiz ingin bersegera pergi meninggalkannya, tapi perempuan berbaju kurung itu terlanjur mengajaknya berbincang. Membicarakan kelakuan Hafiz yang sudah berusia 25 ta

ah kemukakan. Kawinlah, cari ker

mendelik mata Nurima mend

kuk, itu barulah tua na

kerja dan kawin? Terlambat sudah, Hafiz. Itu hal yang m

z te

h sampai bungkuk mau mencari jodoh. Maksud Ha

Cepatlah kau tentuk

maksu

ang cucu," Nurima menyudahi memeras santan kelapa. Ia m

da di sana, melintas sebentar saja. Amboooi! Cantiknya dia, Ibu

Hafiz?" Nurima me

g perempuan berkebaya encim cokelat mud

indir Nurima-ibunya Hafiz-de

ang Hafiz lihat itu memanglah manusi

dadari?" sindir ibunya de

tapi tak mengapa. Semua itu tiada menghilangkan rasa riang gembir

dia, maulah

tapi nanti dulu. Siapa pula perempuan yang dimaksudkannya itu? Baguslah kalau hati Si Hafiz sudah terketuk untuk menikah, alamat bergiatlah anaknya itu mencari pekerjaan kemudian

rempuan i

un tak t

an yang katanya bagai bidadari itu pun, ia tak tahu? Apakah Hafiz hanya bermimpi saja? Atau hanya mengarang cerita

ana rumahnya, anak siapa, lalu apa mau dibuat? Kaw

pasti bertemu lagi

pasti, Fiz. Apa kau tahu

nakut-nakuti Hafi

ut-takuti, kau buk

pergi ke Pekan," Ha

untuk pembeli temba

udah diparut untuk mengambil santannya. Dari dapur ia mendengar suara langkah Hafiz di halaman belakang. Sebenarnya ingin ia mengintip tingkah-polah anaknya ketika memanggu

knya sambil terus meremas-remas dagi

ahutan dari

pergi dulu. As

ah rumah tak akan sesunyi ini. Bolehlah ia mendapatkan kawan-menantu serta cucu-bila Pak Bachtiar dan Hafiz tak ada di rumah. Sayang seribu kali sayang, semua itu hanya angan-angannya saja. Belum tahu kapan semua itu akan menjelma menjadi kenyataan. Hafiz belum lagi ada kemauan untuk menikah. Sekalinya ia berceri

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka