icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pupus

Pupus

icon

Bab 1 Satu

Jumlah Kata:1393    |    Dirilis Pada: 01/04/2022

an,

*

ggir jalan atau di halaman rumah. Meskipun ada satu-dua toko kelontong, kedai kopi dan kedai pangkas berada di jalan utama memasuki kampung, tapi tidak seramai kalau sedang hari pekan. Orang-orang

rinya saja yang asyik berbincang, seperti burung murai sedang berkicau. Sedangkan anak mereka, Aina hanya diam memperhatikan suasana di luar. Sejak semula ia memang enggan untuk mengikut kedua orang tuanya itu-berkunjung ke rumah kawan lama Tuan Hanafi-karena sejak awal, Aina telah menangk

ar Tuan Hanafi sambil me

ra menjawab pertanyaan ayahnya-ia pura-pura tak mendenga

idak?" Puan Yusra-ibunya A

ulutnya terbuka sedikit. Kemudian daripada itu, ia melempar panda

u itu, Aina," uja

awab, Ibu?" Aina men

erti kura-kura

. Sekarang mobil berjalan agak perlahan karena memasuki Pekan¹ yang se

ak Bachtiar. Apa kata kau, Aina?" terang Puan Yusra. Ia berhar

Tuan Hanafi kepada istrinya sambil memiringkan sedikit kepal

ganya. Lazimnya buah jatuh tak jauh dari pohon, begitu jugalah pasti Pak Bachtiar dan anaknya it

berhampiran. Aku dan dia itu seperti lepat dengan daun, macam saudara sudah. Kalau ditanya paras-rupanya? Amboii ... gagah benar

bagaimana?" su

h jalan, ketika seorang pedagang kambing menyeret kambing-kambingnya menyeberang jalan kecil di tengah Pekan. Kesempatan itu dipergunakan Tua

Aina melepas geramnya melihat Tuan Hanafi yang tadi

mereka, dan seingat Ayah, kali terakhir melihat anakny

Gelak-gelak.

tahun tak bersua, masih in

elakang. Memandang putri

ng lalu, Ayah be

bersua dengan kawannya itu, di Kantor Jawatan Per

tengah pertemuan kedua kawan lama itu Tuan Hanafi dan Pak Bachtiar bersepakat untuk menjodohkan anak-anak mereka. Kemudian diaturlah pe

ayahnya, bukan main

ereka, macam sumur mencari timba!" uj

ang menganjurkan Ayah untuk datang berkunju

h mau?!" Ai

t sampai ke anak cucu. Lagi pula sejak dulu pun kami sudah seperti saudara, t

ku dengan orang yang belum dikenal perang

gimana perangai

sinis memandang

Bagaimana pula d

k jauh dari pohonnya, Aina," Puan Yusra pu

-pautkan dengan urusan perjodohan ini. Baiklah aku turun d

Pak Amat sopir mereka hanya melirik dari kaca spion mobil. Sejak tadi ia sudah banyak mendengar

sini saja, Pak Am

tabiat putrinya itu. Tak bisa dikerasi sedikit pun, kalau sampai hal

rjual-beli. Mungkin ada satu-dua barang yang kuperlukan, tak payah lagi bes

gan keinginan hatinya. Maklum saja, Aina itu anak satu-satunya. Selalu dimanja dan diperturutkan apa pun kehendaknya. Sekarang mati kutu-lah Tuan Han

aja, Pak Amat!" uja

nya-mobil masih saja berjalan pelan, sebentar lagi mereka akan melewati Pekan yan

ak Amaaat!" Aina menyerg

nafi-seolah meminta persetujuan untuk mengikuti perintah Aina. Bukannya Tuan Hanaf

empuan berjalan seorang diri, Ain

i pula ini kan masih sia

yum sambil menepu

alam mobil saja. Tak usah masuk ke rumah kawan Aya

am mobil? Sudahlah tak perlu kita berpanjang kata lagi. Pak Amat, a

obil mereka sudah keluar sedikit dari hiruk-pikuk orang berjual-beli, di sekitar Pekan tadi. Lalu dengan c

e rumah kawan lama Ayah itu, jemputlah aku di Pekan ini," Aina terdiam se

n kedai dobi³ atau di

anya untuk menolak. Kemudian Tuan Hanafi menggerakkan kepalanya sebagai isyarat kepada Pak Amat untuk menjalank

eran

Pa

usat

Lau

ng peca

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka