icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pupus

Bab 4 Empat

Jumlah Kata:1609    |    Dirilis Pada: 01/04/2022

yang punya mobil serupa itu. Siapakah gerangan? Dibawakan bimbang hatinya, lelaki itu mengambil langkah menuju samping rumah, tak mau ia masuk lewat serambi. Dari halaman samping ia bisa la

ngar suara aya

a menyahut atau pura-pura

Ada tamu agung," suara

uka nanti. Sudah hapal betul ia bila bertemu dengan saudara dari sebelah ibu atau ayahnya. Apa yang jadi pokok pangkal pertanyaan tak lain itu ke itu saja. Kapan kau kawin, sudahkah kau bekerja? Umur sudah 25 tahun masih juga melajang? Heran ia pada us

ra ayahnya t

" sahutnya

bentar," pang

ah-ibunya. Tak kenal ia siapa. Saudara bukan, kerabat juga tidak. Hatinya kembali bertanya-tanya, siapakah gerangan mereka

saudagar kaya, berniaga hasil bumi: biji kopi, getah karet, getah damar dan minyak nilam. Sedangkan Bachtiar memilih bekerja jadi pegawai di Jawatan Perkebunan. Dulu mereka masih suka sa

ia si Hafiz?" t

pat kau gendong-gendong dulu," sa

arang. Tidak sama seperti masa kecilnya dulu,"

rang, Nak Hafiz?" tanya Pua

li-dua kami menyuruhnya mencari ker

. Padahal ijasah HBS sudah di tangan,"

u sekolah Hafiz yang sampai HBS--Hogere Burger School, itulah yang

dulu, Pakc

a. Kalau dia bertahan lebih lama di situ, pasti soal kawin ikut juga jadi pertanyaan. Ta

yang dikerjakan

kerjanya. Pernah juga kudengar s

a maksud kau

Hanafi. Apalagi tersebut nama Chairil. Bukan main girang rasa hatinya. Memang aku ken

i penyair itulah, Cha

emang orang hebat. Kudengar kabar sudah m

yang dinginkan si Hafiz. Menj

pa anak bininya nanti?" s

. Sudah tak ada minatnya lagi mendengarkan perbincangan ayahnya dan Tuan Hanafi. Apalagi ucapan Puan Yusra barusan tadi. Penyair dan

*

ting tembakau. Bukan main geram hati Pak Bachtiar melihat Hafiz. Karena sebab tak ada anak yang lain, hanya ia satu-satunya anak di dalam keluarga. Kalau tidak, tak sebegini risau hatiny

sama kau, Fiz," be

engar," sahutnya sambil ter

tempat duduk berhamp

, Fiz. Dengarkan dulu Ayah

ang akan dibicarakan. Sudah lama ia merasa perkataan itu tak dijejalkan ke dalam kupingnya. Sudah lama. Ia mengira-ngira pasti ayah dan ibunya sudah lupa atau malas mengusul pembahasan

atang siang tadi?" ujar Pak B

mengangguk.

agai adik dengan abang, biar pun usia ka

cantik jelita parasnya. Siapa namanya

ak Bachtiar sambil meng

fi teringin merumahkan kau de

, kawin mak

ekerjakan engkau pada usaha da

Bang?" ujar ibu Hafiz me

ngangguk. Kemud

t jahat. Katanya salah hitunglah, barang menyusutlah, hingga tak kira-kira. Tuan

mendengarkan pen

u timbang-timbang sekali lagi,

ak lain cucu dari keturunanm

rharap memperistrikan Aina. Jangan tinggikan hati, su

k napas. Seperti menolak

lagi kami hidup di dunia ini,

sudahnya, Hafiz geram juga. Diambilnya tembakau dari a

tentulah jinak. Bila aku berkehendak kukataka

i pula ia berpantun, menyindir-nyindir orangtua send

gan Tuhan," Hafiz bersuara, sambil jari-

aha menahan geram. Dipandanginya w

tapi kalau kau tak berusaha, apa dapat? Temba

ngkir kopinya sekali lagi

pan hasil bumi kepunyaan Tuan Hanafi. Siapa tahu tertarik hati kau menerima p

umah Tuan Hanafi. Bisalah kau dan Ayahmu nanti diajak singgah. Siapa tahu terserempak pula

tak jamannya lagi sekarang," Hafiz memantik

g bersilat lagak gayanya. Di serang ke kiri, ia lari ke kanan, di pukul ke atas merunduk ia ke bawah. Orangtua mana yang tak kesal hati? Geram m

andanginya sekali lagi anak

harus Ibu dan Ayahmu katakan lagi? Baiklah kita tu

dan Ayah tak akan memaks

rkan lagi umur kau itu, Fi

u, Ibu. Cepat atau lambat, rumah ini

?" ibu Haf

Hafiz belum

nak perempuan sebaya Hafiz sekarang, tapi belum kawin-kawin juga? Ah, untunglah Si Hafiz itu anak lelaki. Lagi-lagi untung yang tersebut-mereka selalu menerima de

era

jajan

ngkat Menengah dengan

tama, menggunakan penga

mutar piri

ilin

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka