Pupus
yang punya mobil serupa itu. Siapakah gerangan? Dibawakan bimbang hatinya, lelaki itu mengambil langkah menuju samping rumah, tak mau ia masuk lewat serambi. Dari halaman samping ia bisa la
ngar suara aya
a menyahut atau pura-pura
Ada tamu agung," suara
uka nanti. Sudah hapal betul ia bila bertemu dengan saudara dari sebelah ibu atau ayahnya. Apa yang jadi pokok pangkal pertanyaan tak lain itu ke itu saja. Kapan kau kawin, sudahkah kau bekerja? Umur sudah 25 tahun masih juga melajang? Heran ia pada us
ra ayahnya t
" sahutnya
bentar," pang
ah-ibunya. Tak kenal ia siapa. Saudara bukan, kerabat juga tidak. Hatinya kembali bertanya-tanya, siapakah gerangan mereka
saudagar kaya, berniaga hasil bumi: biji kopi, getah karet, getah damar dan minyak nilam. Sedangkan Bachtiar memilih bekerja jadi pegawai di Jawatan Perkebunan. Dulu mereka masih suka sa
ia si Hafiz?" t
pat kau gendong-gendong dulu," sa
arang. Tidak sama seperti masa kecilnya dulu,"
rang, Nak Hafiz?" tanya Pua
li-dua kami menyuruhnya mencari ker
. Padahal ijasah HBS sudah di tangan,"
u sekolah Hafiz yang sampai HBS--Hogere Burger School, itulah yang
dulu, Pakc
a. Kalau dia bertahan lebih lama di situ, pasti soal kawin ikut juga jadi pertanyaan. Ta
yang dikerjakan
kerjanya. Pernah juga kudengar s
a maksud kau
Hanafi. Apalagi tersebut nama Chairil. Bukan main girang rasa hatinya. Memang aku ken
i penyair itulah, Cha
emang orang hebat. Kudengar kabar sudah m
yang dinginkan si Hafiz. Menj
pa anak bininya nanti?" s
. Sudah tak ada minatnya lagi mendengarkan perbincangan ayahnya dan Tuan Hanafi. Apalagi ucapan Puan Yusra barusan tadi. Penyair dan
*
ting tembakau. Bukan main geram hati Pak Bachtiar melihat Hafiz. Karena sebab tak ada anak yang lain, hanya ia satu-satunya anak di dalam keluarga. Kalau tidak, tak sebegini risau hatiny
sama kau, Fiz," be
engar," sahutnya sambil ter
tempat duduk berhamp
, Fiz. Dengarkan dulu Ayah
ang akan dibicarakan. Sudah lama ia merasa perkataan itu tak dijejalkan ke dalam kupingnya. Sudah lama. Ia mengira-ngira pasti ayah dan ibunya sudah lupa atau malas mengusul pembahasan
atang siang tadi?" ujar Pak B
mengangguk.
agai adik dengan abang, biar pun usia ka
cantik jelita parasnya. Siapa namanya
ak Bachtiar sambil meng
fi teringin merumahkan kau de
, kawin mak
ekerjakan engkau pada usaha da
Bang?" ujar ibu Hafiz me
ngangguk. Kemud
t jahat. Katanya salah hitunglah, barang menyusutlah, hingga tak kira-kira. Tuan
mendengarkan pen
u timbang-timbang sekali lagi,
ak lain cucu dari keturunanm
rharap memperistrikan Aina. Jangan tinggikan hati, su
k napas. Seperti menolak
lagi kami hidup di dunia ini,
sudahnya, Hafiz geram juga. Diambilnya tembakau dari a
tentulah jinak. Bila aku berkehendak kukataka
i pula ia berpantun, menyindir-nyindir orangtua send
gan Tuhan," Hafiz bersuara, sambil jari-
aha menahan geram. Dipandanginya w
tapi kalau kau tak berusaha, apa dapat? Temba
ngkir kopinya sekali lagi
pan hasil bumi kepunyaan Tuan Hanafi. Siapa tahu tertarik hati kau menerima p
umah Tuan Hanafi. Bisalah kau dan Ayahmu nanti diajak singgah. Siapa tahu terserempak pula
tak jamannya lagi sekarang," Hafiz memantik
g bersilat lagak gayanya. Di serang ke kiri, ia lari ke kanan, di pukul ke atas merunduk ia ke bawah. Orangtua mana yang tak kesal hati? Geram m
andanginya sekali lagi anak
harus Ibu dan Ayahmu katakan lagi? Baiklah kita tu
dan Ayah tak akan memaks
rkan lagi umur kau itu, Fi
u, Ibu. Cepat atau lambat, rumah ini
?" ibu Haf
Hafiz belum
nak perempuan sebaya Hafiz sekarang, tapi belum kawin-kawin juga? Ah, untunglah Si Hafiz itu anak lelaki. Lagi-lagi untung yang tersebut-mereka selalu menerima de
era
jajan
ngkat Menengah dengan
tama, menggunakan penga
mutar piri
ilin