icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pupus

Bab 3 Tiga

Jumlah Kata:1109    |    Dirilis Pada: 01/04/2022

datang semula, tapi sampai di dekat kedai-penjual tembakau-Babah Liong, ia berhenti. Agaknya ada sesuatu yang ingin dicarinya. Sosok lel

an di hatinya. Lain sekali dengan lelaki yang tadi menyapanya dari kedai kopi. Lagak dan gayanya sangatlah sopan dan tak ada sedikit pun terkesan hendak menggoda. Aina terpesona juga dengan lelaki itu, tapi apa ia punya nama? Aih! Bersemu merah wajahnya, malu hati pada diri sendiri. Mengangankan lelaki yang belum ia kenal, tak tahu pula asal-muasalnya. Aina masih berdiri di dep

mpat ini jadi ramai. Bagus juga untuk mencuci mata, itulah sebab ia singgah di kedai kopi Pak Badrun. Memang rumahnya tak berapa jauh dari Pekan. Ia cukup berjalan kaki saja, tak sampai tiga puluh menit. Lagi pula untuk apa pulang cepat, di rumah pun pening kepala. Ayah dan ibunya selalu menegur, menasihati, bahkan menunjuk-nunjuk mukanya, supaya hidup l

u. Satu-dua pedati melintas di jalan yang masih berupa tanah, warna kuning kecokelatan. Ada juga bebera

lelaki itu berkata seraya du

las es doger dengan tapai berwarna putih yang rasanya enak. Baginya hidup itu diselenggarakan dengan cara sederhana saja. Tak perlu risau pada kedudukan dan harta. Jiwa dapat bebas berkelana sesuka hati. Tidak pernah takut akan hilang-kehilangan dan punya tak b

rsedia menjadi kacung, pesuruh di jawatan negara. Apalagi perusahaan milik perseorangan. Baginya kalau kita sudah bekerja pada satu jawatan negara atau perusahaan perseorangan, itu namanya sudah teken mati. Tak ada kebebasan lagi. Dari pagi sampai petang habis tersita waktu untuk bekerja. Waktu kita sudah dibeli! Ia lebih suka menulis syair-syair-membacakan sajak-sajaknya pada acara-acara kesenian. Saban hari kerjanya hanya berjalan sesuka hati, sekali waktu ia numpang tidur di rumah kawan, lain waktu tertidur pulas di e

emikirkan perempuan. Memang aku tak boleh luput dari makhluk yang bernama perempuan, tapi bila harus menaklukkan diri pada pekerjaan, karena itulah syarat untuk bisa menghidupi anak-bini, sangatlah risau

" ujar Si Lelaki mengalihkan ris

aya lim

gan seorang bini, hanya berjualan es doge

g mengatur, Tuan. Asa

doger itu membangkitkan rasa malu di hati. Ia tersen

Rejeki sudah ada yang mengatur," ujar

ah pohon ketapang. Sambil melayani kedua anak kecil itu, penjual e

eorang pegawai. Beke

dalam cangkirnya, lalu meletakkan ua

potongan jadi pegawai?"

jut. Ia memandangi Si

nya

u menoleh

," jawabnya

ar?" seru penjual es

belum lagi seperti beliau

tapi Tuan adalah p

m pernah masuk surat kabar," lelaki itu menyeringai sedikit

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka