Gadis Yang Terjamah
berada saat ini. Dia harus sampai ke sana sebelum bayinya lahir. Dengan terpaksa dia berjalan merangkak, pelan, sesekali berhenti meringkuk di jalan
nya. Tapi tak ada satupun orang yang lewat. Dengan segenap kekuatan yang ada dia m
kan 'Bidan Delima". Semangatnya datang lagi, la
n rasa sakit lalu dia ambruk lagi. Marlina meras
mengatur nafas di tengah-tengah kontraksi perut ini. Dia kembali mengumpulkan te
lasan dari dalam, lalu dia mengguncangkan pintu pagar lebih kenc
emas pintu pagar lalu menunduk dan menangis
gar. Ah, kenapa aku tak melihatnya dari tadi, batin Marlin
Marlina, orang yang berada di dalam membuka pintu klinik dan mende
arlina memperlihatkan dasternya yan
k!" wanita itu memb
mengeluarkan uang dari dalam tas lalu memberikan pada wanita itu, "saya hanya punya ini, tak ada yang lain. T
k lama lagi bayi utun itu akan keluar, tenangkan diri Ibu ya!" ucap bu bidan de
angannya dengan handuk basah, lalu memberikan segelas teh manis hangat. Saat teh hangat itu menyentuh tenggorokan Marlina, dia
au sakit ditahan aja dulu. Atur nafa
ina dengan sebutan Ibu. Setiap yang akan melahirkan dip
gan dua kali tarikan nafas, akhirnya bayi itu lahir. Marli
kencang, mencipt
ak Ibu perempua
aian yang layak dan membungkusnya. Bayi yang sudah rapi itu dile
na, lalu membersihkan darah dan
i bagian kepala sehingga Marlina dalam posisi seteng
ayi yang mengeluarkan air mata darah. Ma
sekarang istirahat dulu ya
dari wajahnya, bidan itu telah melet
m ya. Saya bantu turun
di atas kasur beralaskan sprei putih. "Mau minum lagi?" tanya b
embawa sisa teh manis yang
mudah keluar, saya juga tidak sulit membantu menguru
ahat dulu ya, hari sudah hampir subuh. Saya mau s
rdengar. Matanya memindai setiap sudut ruangan ini. Marlina baru tersadar
ngat lagi wajah bayi yang menangis darah dalam mimpinya. Marlina me
. Dia berjalan terseok melewati ruang persalinan semalam. Di box bay
au sarapan dulu?" t
ng, "Aku mau ke
. Kamar mandi ada di situ." Bu bidan menunjuk ke sebuah pintu
pa dia nekat malam-malam ke sini sendiri. Bu Bidan menangis mendengar cerita Marlina, "jika kamu belum siap punya anak gapapa
anya? Saya gak
n Marlina. Tak lama kemudian, dia k
esar. Tapi setidaknya, gendonglah! Peluk
tak berani menciumnya. Marlina takut bayi itu bang
r. Sekarang waktunya dia minum susu
guk ragu, "baga
k, ternyata dia bisa menyusui bayi ini. Ada rasa
a masih menyimpan rasa trauma ketika melihat wajah bayi. Marlina diperbole
n, Bu Bidan bertanya lagi, "Marlina, apaka
membawa bayi ini pulang, apa kata tetangga, tapi alang
u tidak banyak, konsekuensinya adalah membelikan susu formula sebagai pengganti asi secara rutin sesuai kebutuhan bayi." Hancur hati Marlina men
uatu apapun. Saya akan merawatnya seperti merawat anak kandung sendiri." Bu
hra namanya," ucap Mar
h Ibu!" Bu Bidan mengarahkan
ah gerbang, sebelum menutup gerbang dia melambaikan tangan lagi lalu menutup wajah dengan tangan dan membalikkan badan ke arah jalan pulang. 'Selamat tinggal Zahra, bayiku sayang, semoga k
i suatu saat nanti jika telah berhasil jadi orang kaya dia akan menjemput Zahra dan mendidiknya menjadi orang ya
orang laki-laki yang sedang duduk lalu be