Rahasia Pernikahan Kedua
rumah megah yang dipenuhi keluarga besar dan sanak saudara. Kecemasa
. Dibantingnya pintu setelah mendapati tiada siapa pun di dalamnya. Berlari ke arah balkon pun ta
itu, Bu. Ya Tuhan,
akkan, persiapan untuk ac
inya yang selama ini penurut tiba-tiba menjadi pemberontak dan senekat itu.
h kita, Bu? Kamu engga
ak di dada. Hanya bisa pasrah mener
k terkendali. Dia bangkit membanting barang-barang di kamar itu. Hingga dadanya terasa nyeri seiring n
si. "Tolong pahami keadaan kami, semuanya." Dia mengatupkan
lebih kurang ajar ketimbang anak kami yang bebas dan terk
a sekarang, kan?" tim
iki. Wes mulih kabbeh!" teriak seorang bap
nyangk
t-amit cah wed
n atau terlalu
jut banyak komentar dan hu
uruh kalimat tajam yang dilontarkan. Dia hanya bisa pasrah menerimanya,
h mema
atapan tajam ke arah para tamu yang berangsur pulang. Demi Tuhan, dia sangat
suaminya. "Kendaliin dirimu sekarang, Mas. Jangan sam
kali ini." Pria itu berjalan ke kamar Viskha
lit ditenangkan, juga ibunya ya
ri, lantas membawa ke dekat istrinya. K
a!" pintanya kepada sang isri, la
Sandrina memegangi bahu ibu mertuan
liin amarah Ayah. Semua
alu akibatnya. Mau dikemanain wajah kita, Syam? Dia udah mencoreng nama baik ke
Kepalang basah nyebuh sekalian. Kita harus bikin Viskha menyadari kesalahan dan menyesalinya." Pria beru
dia menampakkan batang hidungnya di
terjadi. Namun, memang amarah bisa membutakan segalanya. Dia sebagai kakaknya saja sudah sangat kecew
idikan rumah ini yang dia pake. Dianggapnya apa kita in
ar dan memikirkan tempat yang
nti? Gimana perasaan dan tindakan mereka?
sembarangan. Takutnya gara-gara ini bakal bawa masalah yang berbuntut panjang. Makanya kita harus nyari dulu Viskha, nanya alasan di bal
dhan melangkah panjang-panj
a kunci dan jaket, lantas kembali ke dekat ayahnya yang juga baru kembali dari kamar. Kedua p
bungi nomor anak bungsu
iskha!" Pria itu terus meng
temen-temen d
ada no
lantas merogoh saku celanan
nggilan Mardhan kepada adiknya. Kecuali saat dia
kan Hisyam setelah a
utranya. Muncullah beberapa kontak dengan user se
ng, hingga nomor-nomor selanjutnya pun hampir mengatakan jawaban serupa. Mardhan menepuk jidat sendiri
ayah, Hisyam sudah bi
i pelarian adiknya. Hingga dia mengingat suatu waktu, s
sana!" pekiknya s
-heran melihat t
u tahu s
entah mengapa dia begit
hu ke mana
Semoga duga
meminta ponsel miliknya dari tangan sang ayah, kemudian mengetikkan nama dusun tersebut di internet. Dia salah eja sedikit, tetap
mobil Hisyam di suatu kampung yang masih terlihat asri dan menghijau. Namun, dia tidak tahu di mana tepatnya rumah orang yang kemungkin
ainya menginterupsi. Ditatapnya layar
di telinga. Kabar dari Sandrina membuatnya membulatka
¤