icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Rahasia Pernikahan Kedua

Bab 8 Rindu yang Tertahan

Jumlah Kata:1055    |    Dirilis Pada: 13/03/2022

lih satu dan menuliskan sesuatu. Menyerahkan k

eraya menatap seorang pria yang kemungkina

telahnya baru jadi, Mas," timpal si pria

g dius

n yang lebih dulu juga udah banyak." Pria itu

ulu sample-nya." Zumar menyodork

ra si pemilik tempat itu berbina

ekas menyimpan uang ke sakunya, lantas segera

panjang yang terletak depan toko. Betapa

kan pesanannya. Zumar pun menerimanya sambil lalu. Segera menaiki motor besar

¤

ang berlalu-lalang, termasuk Viskha di antaranya. Dia baru turun dari taksi dan berjalan menuju su

dilanda suka cita. Membayangkan masa-masa indah ketika Zumar menyatakan cintanya di tempat ini. Sering sengaja mengulang datang ke sana setiap bertemu tanggal dan bulan serupa di tahun-tahun berikutnya. Hingga mereka terpi

ng sudah berbeda keadaan. Zumar yang dulu penuh ambisi dan mimpi telah kembali. Di tahun keenam pengelanaannya mencari jati diri dan materi, ti

niatnya yang tidak akan memperpanjang kontrak kerja, pun tentang suatu janji untuk Viskha yang diikra

ngat hal itu, hingga tak sadar dengan

ang terdengar lirih dan b

pat mereka memulai hubungan asmara, pria itu berdiri dengan setelah cassual yang memanjakan mata. Tubuh sedangnya tampak lebih berisi sekarang. Dia menghambur memeluk pria itu tanpa berkata apa-apa. Menyalurkan buncah bahagia ya

menghirup udara, tetapi tetap

encari kata-kata yang pas untuk diucapkan. "Maksudku sangat bersyukur dan senang dengan pertemuan kita. Aku sangat ...." Rindu,

a pun terhempas bebas kembali. Dia teringat tentang niatnya menemui kekasihnya itu, janjiny

si nyaman yang telah lama tidak dirasakan. Betapa dia sangat menginginkan l

ngat bahagia. Kamu, di sini, di depan

lai mata kecil nan teduhnya, hidung mancung, dan bibir tipis berbentuk indahnya. Ada yang berbeda dari pria itu,

kan suka cita dan harapan. Wajah indah yang senantiasa betah dipandangnya kini menjelma raut yang sangat ingin dihindari matanya. Betapa dia malu untuk beratap muka dengan kekasihnya itu. Sa

duduk di bangku taman. Berceloteh berbagai hal dengan riang saking girang. Hingga ti

penantianku tentang

tapi aku-" Suara yang membikin

tertawa ringa

diungkapkan. Dia baru hendak meralatnya, tetapi lagi-lagi Viskha sudah menariknya berdiri. Tak memb

iskha bahkan lebih aktif dari biasanya. Mungkin efek

a menoleh

Viskha terangkat. "Kamu inget angkot itu?" tanyan

lagi dengan ekspr

itu dari menaiki angkot itu menuj

a. Ya, setidaknya dia menuruti dulu kemauan Viskha untuk sementara. Niatnya hanya ditunda

ot putih-toska yang kemudian m

¤

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka