Rahasia Pernikahan Kedua
lih satu dan menuliskan sesuatu. Menyerahkan k
eraya menatap seorang pria yang kemungkina
telahnya baru jadi, Mas," timpal si pria
g dius
n yang lebih dulu juga udah banyak." Pria itu
ulu sample-nya." Zumar menyodork
ra si pemilik tempat itu berbina
ekas menyimpan uang ke sakunya, lantas segera
panjang yang terletak depan toko. Betapa
kan pesanannya. Zumar pun menerimanya sambil lalu. Segera menaiki motor besar
¤
ang berlalu-lalang, termasuk Viskha di antaranya. Dia baru turun dari taksi dan berjalan menuju su
dilanda suka cita. Membayangkan masa-masa indah ketika Zumar menyatakan cintanya di tempat ini. Sering sengaja mengulang datang ke sana setiap bertemu tanggal dan bulan serupa di tahun-tahun berikutnya. Hingga mereka terpi
ng sudah berbeda keadaan. Zumar yang dulu penuh ambisi dan mimpi telah kembali. Di tahun keenam pengelanaannya mencari jati diri dan materi, ti
niatnya yang tidak akan memperpanjang kontrak kerja, pun tentang suatu janji untuk Viskha yang diikra
ngat hal itu, hingga tak sadar dengan
ang terdengar lirih dan b
pat mereka memulai hubungan asmara, pria itu berdiri dengan setelah cassual yang memanjakan mata. Tubuh sedangnya tampak lebih berisi sekarang. Dia menghambur memeluk pria itu tanpa berkata apa-apa. Menyalurkan buncah bahagia ya
menghirup udara, tetapi tetap
encari kata-kata yang pas untuk diucapkan. "Maksudku sangat bersyukur dan senang dengan pertemuan kita. Aku sangat ...." Rindu,
a pun terhempas bebas kembali. Dia teringat tentang niatnya menemui kekasihnya itu, janjiny
si nyaman yang telah lama tidak dirasakan. Betapa dia sangat menginginkan l
ngat bahagia. Kamu, di sini, di depan
lai mata kecil nan teduhnya, hidung mancung, dan bibir tipis berbentuk indahnya. Ada yang berbeda dari pria itu,
kan suka cita dan harapan. Wajah indah yang senantiasa betah dipandangnya kini menjelma raut yang sangat ingin dihindari matanya. Betapa dia malu untuk beratap muka dengan kekasihnya itu. Sa
duduk di bangku taman. Berceloteh berbagai hal dengan riang saking girang. Hingga ti
penantianku tentang
tapi aku-" Suara yang membikin
tertawa ringa
diungkapkan. Dia baru hendak meralatnya, tetapi lagi-lagi Viskha sudah menariknya berdiri. Tak memb
iskha bahkan lebih aktif dari biasanya. Mungkin efek
a menoleh
Viskha terangkat. "Kamu inget angkot itu?" tanyan
lagi dengan ekspr
itu dari menaiki angkot itu menuj
a. Ya, setidaknya dia menuruti dulu kemauan Viskha untuk sementara. Niatnya hanya ditunda
ot putih-toska yang kemudian m
¤