Rahasia Pernikahan Kedua
asa sakit. Dia menunduk kuyu, t
nya keras telunjuk tepat di dada pria itu. "Kamu anggap aku ini apa? Barang? Mainan? Dan hubungan kita? Apa arti hubun
NCI KAMU ZUMAR. BEN
pandangan kekasihnya. Tidak, sekarang tel
ergemeretuk dengan bibir terkat
engguncang lengan pria di
Dia mengangkat tangan, hampir meraih bahu gadis di hadapannya. N
g kurang dari hubungan kita?" Viskha mena
, maupun hubungan kita
iba-tiba? Kamu menghancurkan semua harapanku, merusak kepercayaanku, mencabik-cabik hatiku. Kenapa kamu tega, Zu
nkan hal demikian. Namun, karena suatu alasan dia terpaksa melakukannya. Dia pun turut
Dan karena itulah aku mes
k bisa aku toleransi sementara
u enggak bi
, yang bikin kamu berpaling dariku? K
a Viskha menarik tanganny
bertahan dal
g menatap lamat-lamat wajah pria itu sembari mengendurkan pegangannya. Me
, kamu mau kasih tahu
i kubilang enggak
yang kembali tumpah. Dia mundur selangkah dem
ian bahagia. Selamat telah sukses menjadi pen
mendera dada. Dia terus berlari-berlari dan berlari hingga nyeri menjalari kaki. Tubuhnya lemas seiring tenaga
kuasa lagi menahan segalanya. Teriakkan dan isak yang teredam pun pecah seketika. Makin keras, tambah keras, dan tak terbendung lagi hingga sekian menit bertahan di sana.
t berdiri, lantas mulai berjalan menyusuri jembatan penyebrangan. Setelah tiba di seberang ja
¤
kamar yang disewanya. Serupa hatinya yang kini terasa sempit dan kelam. Memeluk lutut
n video yang seakan diputar ulang khusus untuk menekan batin penontonnya. Meski enggan memikirkan,
?" Lirih suaranya hampir tak terdengar. Dia meras
Ayah, Ibu,
sangat menyesali perbuatannya. Olok-olok dan penghakiman orang-orang yang dikenalnya seolah hadir di hadapannya. Suara-suara merendahkan disertai tawa b
ukul kepalanya sendiri. Mengusir bayangan juga sua
orbankan nama baiknya sendiri. Itu dilakukan demi pria yang ternyata telah menghianatinya. Semua upaya yang dikerahkan demi memper
um
kebencian tak terperikan. Kepercayaan yang dalam, kini menjelma kecewa tak terelakkan. Segala janji yang
ima dirinya kembal seperti dulu, sebelum perbuatannya yang membuat malu? Tidak, bahkan sekadar bertatap muka saja dia tak kuasa. Jengah dan rasa bersalah bersarang
yang sejak beberapa menit lalu terdengar pun tidak disadari. Sampai makin kerap dan keras. Berulang kali hingga suara t
uru menyeka air mata sambil bangkit. Dia berjalan keluar. Alisnya bertaut
nya menyapukan t
¤