Rahasia Pernikahan Kedua
dan terhempas secara ti
gguncang pelan bahu sahabatnya. Namun,
kanan. Digesernya perlahan bagian atas tubuh sahabatnya susah payah. Kepalanya dipindahkan ke at
r gusar setelahnya. Harap-harap cemas menanti petugas berjas putih itu. Hingga belasan menit berlalu
mendapati sang dokter berdiri
n masuk mendahului. Disusul Talita yang buru-b
toskop untuk memeriksa pasiennya. Setelah itu
mengonsumsi makanan yang kaya dengan zat besi. Susu, bayam, ikan mas, atau daun singkong. Didampingi suplemen penambah darah da
a, hindari makanan yang mudah menurunkan darah juga." Dokte
enggak ada pemi
t. Pasien juga mesti istirahat yang cukup dan jangan dibiarkan berlarut dengan sesuatu yang membuatnya stres. Tidak baik untuk kesehatann
kan terima kasih at
emesankan bubur melalui aplikasi online. M
ni. Aku juga nyesel udah nambahin pikiranmu dengan ngutarain semua itu. Sesuatu yang harusnya tak perlu disuarakan." Dia menund
, mengeluarkan minyak angin. Dilumurinya telapak tangan dan kaki Viskha, kemudian beralih ke
siuman. Aku enggak tenang ban
r setelah belasan men
a memegangi kepala y
r kamu Cuma kecapean dan mungkin lagi tertekan." Talita
n bantal sebagai penopang. Setelahnya, dia melesat memeriksa gawai. Melihat titik lokasi sang driv
kenapa
raya mengambil air mineral. "Minum dulu, oke." Membantu sang sahabat menegu
ngan cup dalam keresek putih. Diterima T
dan menunggu kurir makan itu p
Talita mengambil sebuah cup. Membukanya dan me
gunyahnya perlahan. Hingga
ah,
u dikit,
enggelen
bungkusan obat satu persatu, lantas memberikan ke
menuju kamar, dengan Talita
lu, oke! Jangan mi
dan membaringkan
s perut, kemudian kembali ke ruang
¤
di sebuah pusat perbelanjaan yang ramai. Banyak sekali orang-orang menikmati weeke
ets yang serasi. Menanti kedatangan seseorang yan
etika insan yang dinantikan tiba. Dia menyu
marah turut berkilat di wa
elakangi lawan bicaranya. "Itu k
jadi kenapa kamu enggak mengakui s
pi
Egois. Ini kesalahan kita. Risikonya juga h
embuat orang sekitar
Kalo pun emang tetep bakal lari! Aku pastiin kamu bakal kembali dan menyesalinya!" Ora
jamnya seakan menghunjam lantai. Pikirannya kalut seiring perasaan yang berkecamuk. Memikirkan waktu seming
saat-saat yang dulu sangat dinantikan, kini setelah akan tiba pada masanya malah berbalik paling
sia ketika hampir menggapainya. Dia mengempaskan tubuh
jadi? Kenapa!" Dia menatap
bodoh diriku in
ng sangat dicintainya menghantui pikirannya. Segala renc
etukkan gigi. Meremas rambut dan me
¤