Finding A True Love
nangan y
alu, hanya kegelisahan yang menguasai hatinya. Tidak terhitung sudah berapa banyak mimpi buruk yang dia alami.
ih tenang. Setelah cukup tenang, Kanaya menatap sekeliling kamar yang hanya diterangi dengan cahaya lampu tidur
ka memenuhi dirinya. Kanaya kemudian mengambil ikat rambut di atas meja rias dan mengikat rambutnya tinggi-tinggi. Dia meli
g, dia harus fokus dengan kehidupannya saja dan jangan memikirkan hal lain yang hanya akan membuat dirinya merasa tidak tenang. Itu adalah pilihan tepat, dia sendiri yang meminta Gavin untuk melupakan hubungan satu
a-tiba dan mengganggunya dengan omong kosong yang selalu lelaki itu katakan, dan sepertinya
, dan saat ini dia sudah duduk dengan nyaman di dalam t
ang ditumpangi oleh Kanaya berhenti di depan sebuah gedung tinggi yang merup
ang berpapasan dengannya selalu memberikan sapaan singkat sebagai
i kursi dan mulai membaca isi dari kertas-kertas tersebut. Rata-rata adalah laporan tentang fashion show yang akan dilakukan kuran
iang, tapi terlihat tidak peduli. Dia sudah duduk berjam-ja
rsilahkan siapa pun yang sedang mengetuk pintu untuk masuk. Pintu terbuka
yang tampak kesal. Namun, Kanaya memilih untuk tidak be
i. Tapi kenapa kamu masih duduk di situ dan
sisa tiga laporan lagi yang perlu kub
punya maag kronis." Usai berkata seperti itu, Clara lalu melangkah mendekati Kanaya dan dengan paksa merebut kertas la
enuruti perkataan Clara. "Baiklah, ayo kita pergi makan," ajak Kanaya pada Clara. Tapi, sedetik kemudian Kanaya terdiam seola
ragu. "Tidak, kita haru
ktu makan siang sudah hampir habis. Akan lebih baik jika mereka delivery saja agar bisa menghemat
erbalik dan berjalan menuju
*
uk diam dengan mata yang terpejam rapat. Apa Kanaya tertidur? Tanya Clara dalam hati. Pertanyaannya it
familier, dengan cepat Kanaya menoleh ke arah Clara dan berdecih pelan merasa sedikit
ghabiskan waktu terlalu lama di perjalanan." Senyuman tipis menghiasi bibir Clara. Dia tampak t
pilihan selain mengikuti Clara, seharusnya tadi dia bertanya dulu
. Clara memandang Kanaya dan menghembuskan napas panjang. "Aku sudah pernah bilang, kan? Jangan bertengkar dengan Vano,
ada alasan khusus kenapa dia melakukan hal itu, Kanaya hanya merasa kesal saja setiap kali melihat wajah arogan Vano. Mun
ke sini, tidak mungkin dia tidak akan bertemu Vano. Jadi lebih b