Finding A True Love
Mereka berdua hanya saling melempar pandang tanpa ad
n yang sedang balas menatapnya dengan tatapan berkabut, penuh hasrat. Tunggu! penuh hasrat? Kanaya mengamati wajah Gavin, mencoba memahami arti dari tatapan mata lelaki di dep
nama Kanaya. "Aku akan memberimu satu kesempatan terakhir." Gavin menatap lurus
kamar ini dan meninggalkan Gavin. Tapi, Kanaya tidak mampu menggerakkan kakinya untuk melangkah keluar. Tubuhny
n, ak
bibir lelaki itu. Kanaya memejamkan mata, dia mengalungkan lengannya ke leher Gavin. Tindak
anaya terbaring di atas ranjang dengan kepala bersandar di bantal sementara Gavin naik ke atasnya
. Gavin memberikan kecupan-kecupan kecil di sisi bibir Kanaya. "Aku memintam
n terus-menerus memberikan kecupan kecil seringan bulu di sisi bibir Kanaya seolah sedang menggoda Kanaya untuk memb
kemudian memberikan jarak di antara dirinya dan Kanaya. Keduanya sama-sama terengah n
ngan bola mata cokelat gelap serupa serbuk kopi membuat Gavin menghembuskan napas berat. Dia merasa tidak berdaya setiap kali men
kembali menunduk dan mengecup dahi Kanaya untuk menyampaikan perasaannya yang
n, namun di sisi lain dia juga merasa bahagia. Sayangnya untuk saat ini, rasa bahagi
i berpindah untuk mengecup kedua pipi wanita itu. Lalu sema
alam ini, mereka akan dihadapkan dengan berbagai persoalan yang menguji hati. Siapa yang mau bersabar dan teguh pada p
*
keemasannya bersinar menyilaukan, seakan magis tak ter
limut yang entah di mana untuk menutupi wajahnya. Karena tidak kunjung menemukan selimut yang dia cari, Kanaya perlahan mulai membuka matanya, n
lagi, pandangannya masih remang-remang namun s
dia minum semalam? pikir Kanaya dalam hati, dia menghembuskan napas berat. "Seharusnya aku
an warna merah gelap. Tunggu! merah gelap? bukannya langit-langi
sal tepat di sampingnya. Dengan perlahan Kanaya menoleh ke sumber suara. Kanaya me
engkurap tanpa sehelai kain yang menempel di tubuhnya. Dengan panik Kanaya
erusaha mengatur napasnya yang mulai tidak beraturan. "Jang
ba memahami situasi. Ini bukan kamarku, simpul Kanaya dalam hati. Dia kembali menatap Gavin
tih yang menggumpal di kaki Gavin dan menggunakan
ap bersikap tenang. Kanaya berniat untuk turun dari ranjang, namun tubuhnya membeku
a dirinya dan Gavin. Dengan napas yang semakin sesak, Kanaya turun dari ranjang dan m
carakan semua ini atau dia langsung pergi saja, seakan-akan tidak ada yang terjadi