Anakku Menjadi Saksi Mata Perselingkuhan Suamiku
TEH
A
ar bergegas pulang setelah u
kali lipat dari rumah yang ku tempati, mobil alphard yang mereka bangga-banggakan, serta biaya hidup keseharian juga aku yang menanggung, namun tentu saja
napas lega, setelah s
tidur, meregangkan sedikit otot-o
kl
, rupanya Mas Frengky dengan
berkali-kali menghe
lnya sambil memij
ehem sambil me
t kakiku, hingg
jutek sembari meny
apku barusan. Karena selama menjadi i
anya haram disentuh olehnya. Meskipun aku masih sah sebagai istrinya, aku t
Bun?" tanyanya ser
as, lalu kembali sib
lihat lesu, ia
," serunya sambi
l, namun dalamnya hati
tanyaku ter
keuangan," jawabny
ahutku
aget, ia menyentuh ta
k kuat kalau harus dicuekin gini," uj
enarik tanga
omer satu, istri nomer sekian. Memang darah 'kan lebih
lah tenang. Jauh di dalam hati, rasa
ngerepotin kamu, aku nggak mau keluargaku
at aku?" ketusku dengan kesal, "terus soal uang yang kamu pinjam puluhan juta padaku dengan
n keluargaku menjadikanmu sapi perah. Maka dari itu biarlah aku yang menanggungnya. Toh
ng itu kembali paling lambat bulan dep
dengan kasar, ia menelan sa
ku usahakan, Bun,"
pan, maka kamu wajib melunasinya 2x lipat pada bu
lebihan, Bun?" tany
ih aja, kamu
bihan
rihal aku pinjam uang aja kamu p
selalu perhitungan padaku? Mentang-mentang aku punya penghasilan, kamu bisa menafkahiku seenak sifatmu. Apa kamu tak tahu, Mas
ia tak menyangka aku bisa menjelma bak rent
mbet ke mana-mana. Bulan
nya. Silakan kamu tanda tangan, untuk menghin
amu nggak percaya sam
i perihal uang pun berlaku demikian, bisa fatal kalau udah masalah uang, Mas
y mengangg
memikirkan lari ke mana uang yang dipinjam Ma
a kembali, ters
keluar dari kamar, e
kulanjutkan aktivitasku menont
*
tok
anya. Aku sedang asyik menikmati semangkuk sereal saat ti
sapanya sembari
ga Bu RT," balas
ti malam ada perkumpulan ibu-ibu untuk sekedar silatu
a, ya, Bu?
Bu Aya ada di dalam, jadilah saya sampaikan langsung aja. Suatu kehormatan besar b
emua sama, hehe. InsyaAllah saya hadir, k
u-ibu komplek, saya juga undang beberapa teman saya, sesama ibu bhayangkari.
u sambil meng
ng polisi, bisa jadi peluang baru ini untuk mengembangkan bisnisku jika a
e butik sebentar untuk menandatangani beberapa berkas, lalu pulang
ahaya masih tidur, maklum hari ini hari Sabtu, sekolahnya libur. Mas Frengky sudah
g Mas Frengky, semala
sanya tidurku pulas sekali, aku sampai tak sada
n tak berubah posisinya dari kemar
as Frengky tak tidur b
di man
in di kam
rusnya pikiranmu kau jejali berbagai perta
nci mobil dan melajukan k
i tiga. Di mana ruangan khusus diriku berada. Kuli
isi dari berkas tersebut, a
hampir sa
tentang kesepakatan hutang Mas Frengky,
komputerku. Tanganku dengan lih
kurasa pas, aku bergegas mencetak
gky, ia cukup membubuhkan tanda tangan sa
e dalam map plastik. Dan kuletakkan di dekat tas k
elekat di pergelan
12:2
asti membuat lelahku lenyap. Mumpung sekarang weekend, ak
aku, mematikan komputer dan men
ift yang akan membaw
. Bunda d
di rumah,
masuk karena kunci cadangan yang kubawa, tak ada m
amar Cahaya, t
tas kasur. Aku segera mengambil selimut dan memakai
kat, kamu tidur. Sekarang Bund
ahaya dengan lembut,
kan kamar Cahaya, kututup p
u ingin mengguyur tubuhku
ke dalam kamar, la
ti suara desahan da
at ruang keluarga. Jaraknya hany
gegas melangkahkan kaki, men
da di dalam?" teriakku sa
di hening, tak ada sahu
uk pintunya, teta
i luar, namun sayang, pi
ahutan. Tak ada suara juga, padahal baru beberapa menit yang lalu, a
aranku mula
rasanya
*