Anakku Menjadi Saksi Mata Perselingkuhan Suamiku
TEH
B
bergegas membangunkan Mas Frengky
epuluh, ia tetap
Kalau dia masih mau bergelut dengan mimpin
yur tubuhku dengan air dan bergegas mengambil
Frengky masih saja bergeming. Rupa
jadah, meletakkannya di l
6 inci milik Mas Frengky yang berada di atas laci
n suara masuk dari salah satu
bungi suamiku di
gegas mengambil ponselnya da
. Aku sengaja tak mengangkatnya, me
sel kembali menampilkan layar terkunci d
di antara mereka, aku harap aku bisa menemu
dengan kata sandi yang sud
i pun merubah sandi dar
ngka berkaitan deng
bergegas membuka aplikasi hi
bersama ibu ada di
esannya, selalu saja berhubun
m, satu kalimat chat dari ibu
ing sekarang, seperti ja
kemarin malam seki
i Mas Frengky membua
dah malam, aku sedang p
ah harus transfer! Ibu nggak mau rumah
I
lihat tak sabaran hingga berkal
mu transfer uangnya?
eng
ggilan suara yang tak te
ya uang sebanyak itu, sehingga terus mengu
tak usah menunggu lama dan ba
ncah memeriksa isi ponsel Mas Frengky. Tak ada yang
ank milik negara berwarna oren. Bahkan aku pun tak pernah tahu jika Mas Frengky memiliki rekening tersebut. Jum
larinya uang
membuatku lengah dan kec
king. Ada tiga akun m-banking den
ank saja, itu pun rekening pribadinya yang digunakan untuk menyimpan uang nafkah belanja. Ya ... kalian ben
nggunakan kode akses ya
a biru terlebih dahulu. Dengan membaca bismillah, aku
sil t
donya, hanya ada nominal
uang tersebut ke nomor rekening milikku ya
ber
tu rekeningnya ki
tungan ke akun m-banking milik bank swasta yang
ara metode pertama, dan y
uta rupiah. Dengan cepat aku menuliskan nomor rekeningku ke
agi ...
menangkring dengan aman ber
ini dari bank berwarna oren
ga saja kali in
Mengingat tadi saat aku membaca bukti transferan dari Gilan
aku membuka m-banking dan memanda masu
an mencob
i
pake
encoba menggabungkan nama Ca
saja
hanya tinggal
gan tanggal lahirku, terdengar s
tak ingin ketahuan, kukembali
an kaget karena saldomu sebesar dua belas juta suda
hati, lumayan hasil d
uar kamar, menuju
untuk memperbanyak waktu mendampingi Cahaya. Bukan apa-apa, aku menyadari jika harta paling berharga yang kupun
upa dengan semangkuk sereal. Rosa belum tampak, mungkin dia masih tidur.
epertinya aku ingin mengeta
nya serta semua yang berkaita
ebaiknya aku ber
sepertinya sesuatu
dengan Gilang, aku ingin mengorek inf
masuk, harus melewati Gilang terlebih d
ahu riwayat hidup Rosa yang dit
mah ini. Kenapa bukan Riska yang sudah bekerja di Resto bertahun-tahun dan memiliki pre
langan anak mampu membuatku tampak bodoh. Benar ragaku hidup,
ajak gadis kecilku sarapan bersama
uar dari kamar, apa
pintu kamar Rosa hingg
ing melakukannya di
menjadi saksi bisu kepuasan h
gus darah dagingku ini tengah menjad
, Ya Tuh
mengalami semua
a beberapa bulan belakangan
rasanya
idak ada satu pun yan
h salah. Tak ada satu hal pun yang membenarkan sa
et
ngky keluar dari kamar dengan
eralih menatap Cahaya sembari
jak-ajak Ayah," katanya
h menggunakan pakaian santai, kaos oblo
lum siap? Nggak k
ketemuan sama klien yang juga teman seko
Nginep?" tany
ngkel milik temanku dimajukan. Jadi kerja sama ini har
annya, sih, bengkel sama R
kel temanku, akan mendapatkan voucher potongan harga untuk makan di Restoku. Lumayan 'ka
unching di mana? Di kota temenmu? Apa nggak kejauhan orang kota sebelah dikasih v
baru. Di kota ini juga kok, malah jaraknya hanya beberapa meter dari Resto. Jadi enak 'kan, semba
nunggu temanmu balik ke sini aja, 'kan enak deket. Bisa terjun ke lokasi
u dan Mas Frengky hanya tertundu
. Masak ketemu klien di sekitar s
an, di sana 'kan ada wisata baru buka, Mas. Khusus untuk keluarga,
elagapan, ia bingung
lek
et
r itu membuatku dan Mas Frengk
am kamar sembari membawa ta
an sepatu putih. Dengan penampilan kasual seperti itu membuatnya semakin manis. Out fit yan
. apa itu yan
annya tampak berkilau, bukan sekedar perhiasan biasa. Jika kuhitu
gguh fantas
pakaian branded
a, mungkin juga sekitar satu juta. Sedangkan dia hanya mendapatkan gaji dariku sebesar
gaji selama beberapa bulan ia bekerja di sini mung
fresh, wajahny
bari memperhatikannya dari atas ke bawah. Seng
i, ijin mau pulang ke desa, Bapak s
ok men
agi. Boleh, ya, Mbak, Rosa ijin dua
u nggak punya saudara lain?" tanyaku sembar
endiri di kota ini. Orang tua dan
nis sama rekannya. Jadi, Mbak sama Cahaya biar antar kamu pulang. Sekalian Mbak pen
Mbak!" cegahn
napa?" t
apek, jahitan Mbak Nayla bisa kambuh. Aku juga nggak peng
ian, itung-itung buat liburanku dan Cahaya, nggak papa 'kan? Yuk, be
saling berpandangan, menampilkan eks
emang
*
ulu, ya. Biar aku ma