icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Anakku Menjadi Saksi Mata Perselingkuhan Suamiku

Bab 5 Perasaan Ibu

Jumlah Kata:1417    |    Dirilis Pada: 23/12/2021

TEH

A

r yang bisa sedikit saja men

nya cocok dengan Cahaya? Tolong, Bun. Pikirkan anak kita, anak satu-satunya yang kita miliki saat

ri sini. Aku nggak mau, Mas, Caha

mu juga cocok dengan Rosa, malah berulang kali aku dengar kamu memban

cuni pikiran Cahaya, aku udah nggak su

mi kenyamanan bersama, kalau memang kamu bersikera

ka basa-basi!" teg

u syarat, kamu harus berhenti mengurusi pekerjaanmu, bekerjalah dari rumah

tu urusan butik dan itu mengharuskanku untuk datang langsung, belum lagi jika ada jadwal tentang kontrak kerja sama dengan designer, model, dan beberapa klien lain. Bukankah dia juga tah

ini, kamu juga sudah tau 'kan alasannya?" ka

t, besok aku harus bekerja keras memutar otak untuk kemajuan Resto, selamat

ngistirahatkan tubuh dan pikiranku aga

encananya akan diadakan meeting dengan klien yang terlibat

ngan pejabat, abdi negara tentu saja untuk

idaknya lima orang rekan lainnya. Bisa dilihat dari situ bukan? Keuntungan yang akan aku dapatkan, itulah s

ng lumayan hasilnya. Asal kita percaya, produk

mempermasalahkan selama kualitas ter

ku hadir esok hari

ku bisa meyakinkan mereka untuk datang

emberikan kesan dan nilai plus untuk citra butikku j

ntukku dengan cepat menyerang. Sepertinya juga p

tuk menghadiri meeting hari ini di butik. Sedangkan Mas Fengky juga sud

s mentega, tumis kangkung, ikan gurame goreng dan sambal ba

k-kanak. Rambutnya dicepol lucu sekali, terlihat rap

kan dulu, Nak," sapaku pada Ca

a tersenyum manis sambil

ebagai kepala keluarga bak di sine

nyaku sambil mengambilkan setenga

," jawab Ca

ah Cahaya. Ia mondar mandir mengisi botol air minum

kan mengantar Cahaya ke sekolah, yang berad

kata Cahaya meraih ta

kepalanya, dan membelai rambut

pengen dibawain apa?" tanyaku menatap bola matanya

sah, deh, Bunda,

n sama Bunda, ya, Nak?" ajakku yang dibalas

osa dan Cahaya aku antar sekalian, 'kan searah," uj

reka pulangnya gima

bisa, lagian juga dekat,

e motor aja, jadi Cahaya nggak pe

asan. Meskipun tergolong dekat, namun tetap saja

mengedikkan bahu, t

si untuk mengambil matic yang me

asam, bahkan senyum yang d

anya berangkat, aku menyusul men

a saja launching besok berjalan dengan su

ukul 15:55 WIB. Sudah cukup larut aku berada di sini, sudah

an Cahaya. Hendak masuk ke dalam mobil, aku melihat seorang perempuan setengah baya yang kutaksir usianya tak jauh berbeda dengan ibuku, perempuan itu

ringat dengan ibu, kuha

pa ini?" tanyaku

ama mainan anak kecil, Nak

ak tega melihat penampilan ibu tersebut, bajunya

mastikan bahwa telinga

Nak?" tanyanya denga

ku sembari membantunya memasukkan

nyak udah mau melariskan dagangan ibu, Nak,"

mong ini anaknya, ya ,Bu

aya, Nak," ujarnya

, usia ber

ir enam bulan ini ia tak minum susu karena ibunya pergi saat Vano berusia

Bu? Maaf, ya, kalau saya l

ano ini sungguh menggemaskan

a perg

han jiwaku ... seperti itu ku

ku menghentikan per

mengerti, ia tak menggan

sampai kok, Nak. Tunggu, ya

uku untuk menagih janjinya ba

ak saya sudah menunggu di rumah," pamitku seraya menyerahkan

, Nak. Biar Allah swt yang akan balas semua," kata Ibu itu yang terdengar samar di telingaku

ya menungguku terl

ya, bersyukurnya aku masih diberi kesempatan w

dia mau menelefonku. Biasanya ia jarang

u Cahaya yang menghubungiku hanya

i dan dibutuhkan oleh buah hatinya sudah m

ar

*

a sampa

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Awal Mula2 Bab 2 Curiga3 Bab 3 Minta Uang4 Bab 4 Terisisih5 Bab 5 Perasaan Ibu6 Bab 6 Sokongan Dana7 Bab 7 Mulai Menyadari8 Bab 8 Suara Desahan 9 Bab 9 Lampu Merah10 Bab 10 Menggagalkan Rencana11 Bab 11 Pengakuan Gilang12 Bab 12 Pesan Rosa13 Bab 13 Gagal Minum14 Bab 14 Teh berbahaya15 Bab 15 Gagal ena-ena16 Bab 16 Rosa Pulang17 Bab 17 Sedikit Bermain18 Bab 18 Ngobrol Santai w Rosa19 Bab 19 Informasi Gilang 20 Bab 20 Pinjam Uang21 Bab 21 Kecemasan Rosa22 Bab 22 Cahaya Murka23 Bab 23 Kantong Belanja24 Bab 24 SkinCare Rosa25 Bab 25 Nayla Curiga26 Bab 26 Rindu Cahaya27 Bab 27 Kedatangan Bu Wak28 Bab 28 Tentang Ayah Vano29 Bab 29 Bersekongkol Dengan Gilang30 Bab 30 Mengerjai Mertua31 Bab 31 Penggerebekan32 Bab 32 Sanksi Sosial33 Bab 33 Kedatangan Carissa34 Bab 34 Tanda Lahir35 Bab 35 Kenyataan Begitu Pahit36 Bab 36 Terbongkar37 Bab 37 Pernikahan Rosa38 Bab 38 Bersama Cahaya39 Bab 39 Tes Psikologi Cahaya40 Bab 40 Kondisi Cahaya41 Bab 41 Operasi42 Bab 42 Tindakan43 Bab 43 Menyusun Strategi44 Bab 44 Operasi Cahaya45 Bab 45 Nayla Terpuruk46 Bab 46 Sidang Pengadilan47 Bab 47 Pembelaan Frengky48 Bab 48 Pengakuan Rosa49 Bab 49 Dendam Rosa50 Bab 50 Bukti51 Bab 51 Keputusan Dokter52 Bab 52 Mimpi Nayla53 Bab 53 Kemunculan Hendra54 Bab 54 Kepergian Cahaya55 Bab 55 Belajar Ikhlas56 Bab 56 Mencari Hendra57 Bab 57 Bertemu Hendra Dan Rosa58 Bab 58 Hendra Bertemu Vano59 Bab 59 Bu Wak Murka60 Bab 60 Frengky Tertabrak 61 Bab 61 Kondisi Rosa62 Bab 62 Mengerjai Frengky63 Bab 63 Kehadiran Gladys64 Bab 64 Rasa Lama65 Bab 65 Kekasih Reno66 Bab 66 Rencana Pertunangan67 Bab 67 Bukti Akurat68 Bab 68 Gladys Misterius69 Bab 69 Mencerna Bukti70 Bab 70 Misteri Ponsel71 Bab 71 Tentang Vano72 Bab 72 Dilamar Hendra73 Bab 73 Pesta Pertunangan74 Bab 74 Gladys Aneh75 Bab 75 Pengakuan Gladys76 Bab 76 Bu Wak Kenapa 77 Bab 77 Misteri Kematian78 Bab 78 Kisah Kelam79 Bab 79 Anak Perempuan80 Bab 80 Di Luar Ekspetasi81 Bab 81 Pertunangan Berujung Murka82 Bab 82 Pengakuan83 Bab 83 Akhirnya Mengaku84 Bab 84 Menemui Rosa85 Bab 85 Mengobrol Dengan Rosa86 Bab 86 Persepsi Nayla87 Bab 87 Pernikahan Gladys88 Bab 88 Melamar Nayla89 Bab 89 Keputusan Nayla90 Bab 90 Suara Wanita Mencurigakan91 Bab 91 Akhir Kisah92 Bab 92 Epilog