Anakku Menjadi Saksi Mata Perselingkuhan Suamiku
TEH
A
r yang bisa sedikit saja men
nya cocok dengan Cahaya? Tolong, Bun. Pikirkan anak kita, anak satu-satunya yang kita miliki saat
ri sini. Aku nggak mau, Mas, Caha
mu juga cocok dengan Rosa, malah berulang kali aku dengar kamu memban
cuni pikiran Cahaya, aku udah nggak su
mi kenyamanan bersama, kalau memang kamu bersikera
ka basa-basi!" teg
u syarat, kamu harus berhenti mengurusi pekerjaanmu, bekerjalah dari rumah
tu urusan butik dan itu mengharuskanku untuk datang langsung, belum lagi jika ada jadwal tentang kontrak kerja sama dengan designer, model, dan beberapa klien lain. Bukankah dia juga tah
ini, kamu juga sudah tau 'kan alasannya?" ka
t, besok aku harus bekerja keras memutar otak untuk kemajuan Resto, selamat
ngistirahatkan tubuh dan pikiranku aga
encananya akan diadakan meeting dengan klien yang terlibat
ngan pejabat, abdi negara tentu saja untuk
idaknya lima orang rekan lainnya. Bisa dilihat dari situ bukan? Keuntungan yang akan aku dapatkan, itulah s
ng lumayan hasilnya. Asal kita percaya, produk
mempermasalahkan selama kualitas ter
ku hadir esok hari
ku bisa meyakinkan mereka untuk datang
emberikan kesan dan nilai plus untuk citra butikku j
ntukku dengan cepat menyerang. Sepertinya juga p
tuk menghadiri meeting hari ini di butik. Sedangkan Mas Fengky juga sud
s mentega, tumis kangkung, ikan gurame goreng dan sambal ba
k-kanak. Rambutnya dicepol lucu sekali, terlihat rap
kan dulu, Nak," sapaku pada Ca
a tersenyum manis sambil
ebagai kepala keluarga bak di sine
nyaku sambil mengambilkan setenga
," jawab Ca
ah Cahaya. Ia mondar mandir mengisi botol air minum
kan mengantar Cahaya ke sekolah, yang berad
kata Cahaya meraih ta
kepalanya, dan membelai rambut
pengen dibawain apa?" tanyaku menatap bola matanya
sah, deh, Bunda,
n sama Bunda, ya, Nak?" ajakku yang dibalas
osa dan Cahaya aku antar sekalian, 'kan searah," uj
reka pulangnya gima
bisa, lagian juga dekat,
e motor aja, jadi Cahaya nggak pe
asan. Meskipun tergolong dekat, namun tetap saja
mengedikkan bahu, t
si untuk mengambil matic yang me
asam, bahkan senyum yang d
anya berangkat, aku menyusul men
a saja launching besok berjalan dengan su
ukul 15:55 WIB. Sudah cukup larut aku berada di sini, sudah
an Cahaya. Hendak masuk ke dalam mobil, aku melihat seorang perempuan setengah baya yang kutaksir usianya tak jauh berbeda dengan ibuku, perempuan itu
ringat dengan ibu, kuha
pa ini?" tanyaku
ama mainan anak kecil, Nak
ak tega melihat penampilan ibu tersebut, bajunya
mastikan bahwa telinga
Nak?" tanyanya denga
ku sembari membantunya memasukkan
nyak udah mau melariskan dagangan ibu, Nak,"
mong ini anaknya, ya ,Bu
aya, Nak," ujarnya
, usia ber
ir enam bulan ini ia tak minum susu karena ibunya pergi saat Vano berusia
Bu? Maaf, ya, kalau saya l
ano ini sungguh menggemaskan
a perg
han jiwaku ... seperti itu ku
ku menghentikan per
mengerti, ia tak menggan
sampai kok, Nak. Tunggu, ya
uku untuk menagih janjinya ba
ak saya sudah menunggu di rumah," pamitku seraya menyerahkan
, Nak. Biar Allah swt yang akan balas semua," kata Ibu itu yang terdengar samar di telingaku
ya menungguku terl
ya, bersyukurnya aku masih diberi kesempatan w
dia mau menelefonku. Biasanya ia jarang
u Cahaya yang menghubungiku hanya
i dan dibutuhkan oleh buah hatinya sudah m
ar
*
a sampa