Air Mata Bintang, Akhir Pengabdianku
stroward
ini, Daffa hanya menungguku pergi. Menunggu Leni kembali. Sepuluh tahun pengabdianku, sepuluh tahun cint
pahit di bibirku. "Selamat," katak
gi tanpa menoleh. Aku tidak
Daffa. Ada rasa tidak nyaman yang samar di
ganmu?" Leni menata
g. "Aku... aku harus pergi. Ada panggilan mendadak dari
diam di meja, menggambar dengan pensil warnanya. Rumah ini terasa b
sulit dibaca. Bintang mendongak, matanya berbinar.
lakukan di sini? Dia tida
takut dia akan menghilang. Daffa melihat Bintang, da
a, menyerahkan sebuah ko
agu-ragu.
anya lembut, tidak sepe
ada sebuah mobil-mobilan remote contro
mbira. "Apakah ini berarti... kita bi
is. "Tentu saja. Ta
menatap Daffa, matanya pen
," kata Daffa, suaranya kembali dingin. "Aku
n, dia menunduk, matanya mulai berkaca-kaca. Dia men
Sayang. Mainan ini lebih bagus dari yang kemarin
a mengalir deras. Dia menatap mobil
a?" tanyanya, suaranya lirih dan bergetar. D
"Jangan egois, Bintang. Ap
ng berteriak, air matanya membanjiri p
memeluknya erat. Mobil-mobilan itu jatuh dari tangannya, terg
marah. "Dia tidak akan ikut lomba itu. Dan kam
enangkannya, aku kembali ke ruang tamu. Daffa masi
. Aku mengambil mobil-mobilan itu, lalu menyerahka
atanya sedikit ter
rsungging di bibirku. "Kami ti
eletakkan mobil-mobilan itu di tangannya. "Jika kau tidak bisa memenuhi