Air Mata Bintang, Akhir Pengabdianku
stroward
u-Kupu Malam", sebuah lagu lama yang dulu sering kudengar dan Daffa selalu membencinya. Aku memaink
api langkah kakinya tampak tidak selaras. Ada kerutan di dahinya, seolah dia
Leni m
akinya. Dia segera membungkuk,
n sudah selesai. Ini akan menjadi pertunjuka
nyeri di hatiku. Aku berjalan cepat men
meja kue ulang tahun. Mata merahnya menatap kue raksasa yang dihias cantik.
kecil kue. Hanya seujung kuku. Dia ingin mencicipi. Mungkin, jika dia mencicipi
curi kue ulan
n marah. Dia menampar piring di tangan Bintan
a pucat. "Aku... aku tidak mencur
mendorong Bintang. "Kau selalu mencuri!
tang membalas, matanya dipenu
nya ayah! Dan mamamu itu jalang!" Tania ber
h. Lututnya membentur lantai
ndiri ikut terjatuh. Dia mulai menangis
kamar kecil. Jantungku berdebar k
t melihat putriku tergeletak
katnya. "Kau baik-
akitan, kini menoleh. Wajahnya pucat pasi saat
iak, menunjuk Tania yang masih terg
melihat Tania. Dia ragu sejenak, lalu...
amaku dan Bintang. Aku merasa tubuhku membeku. Din
nya luka memar dan lecet. Tapi dia harus menginap semalam un
Bintang, mengusap rambutnya. Aku
dak apa-apa kalau Papa tidak datang
g. Anakku yang kecil, sudah b
amu, Sayang," kataku, ai
lihat kosong. "Ayo kita pergi. Kita tinggal
. Dia tidak lagi punya kerin
lamanya terukir di benaknya. Jika dia tidak bisa mendapatkan kasih sa
enangis tanpa suara. K
h sakit. Kami langsung menuju bandara. Sebelum mematik
at tin
ga kali kesempatan. Tiga kali dia