Air Mata Bintang, Akhir Pengabdianku
stroward
untuk mengurus surat-surat pindah sekolah. Tida
dengan bingung. "Tapi Bintang adalah salah sa
entara waktu," kataku, berusaha terdengar setena
ffa berdiri di sana, menatapku dengan tatapan tajam
anya, suaranya dingin. "Syi
i suasana baru untuk Bintang." Aku berbohong, mengubah ceritaku
napas lega. "Baguslah. Pastikan dia tidak lagi membuat masalah." Dia kemudian menyerahkan beber
uan Daffa benar-benar ayah yang perha
intang. Dia tidak pernah sekalipun mengantar Bintang ke sekolah. Tapi untuk Tania, dia
tersungging di bibirku. "Daffa me
an di dahinya, seolah kata-kataku itu mengg
di tempat itu. Kakiku membawaku ke galeri seni tempat dulu aku sering memamerkan karyaku. Ak
Daffa dan Leni sedang berdiri di tengah ruangan, berpelukan. Leni tertawa m
ikah?" bisik seorang wanita di sampingku kepada temannya
nta lamanya," timpal temannya. "Akhirn
anpa bantahan. Dia tidak menyangkal. Itu artinya,
iapa pun selain Leni. Aku... aku hanyalah pengisi kekosongan, tempat pelarian saat Le
hidupku untuk bermimpi tentang pria yang tidak
i sebelumnya. Aku tidak peduli mereka b
noleh. Tapi Daffa menyadariku. Matanya menyipit
u kaku. "Aku hanya ingi
ingin, tanpa melepaskan
hari yang penting. Aku ingin mengatakan padanya b
?" Leni bertanya, menata
embali menatapku. "Bukan siapa-sia
siapa-siapa. Kenalan lama. Setelah sepuluh tahun,
kabar baik! Kita akan menikah bulan depan! Dan kau tahu, setelah bertahun-tahu
ohon penjelasan. Dia menghind
hanya menungguku pergi? Semua yang kami lalui... semu
sa berputar. Aku merasa se