Air Mata Bintang, Akhir Pengabdianku
stroward
nakku yang penurut itu tidak pernah sekalipun mengangkat suara apala
n yang menyambutku membuatku membeku di tempat. Bintang duduk di pojok ruangan, waja
ia. Tania adalah putri Leni dari pernikahan sebelumnya, dan Daffa selalu memperlakukannya
ri kecilnya yang gemuk. "Dia men
merah dan bengkak menatapku. "
bahkan tidak melirik Bintang, pandangannya tertuju pada Ta
ote control yang tergeletak rusak di lantai. "Ini ha
kepalanya. "Bukan! I
kan. "Tidakkah kau tahu, Bintang, ini mainan yang san
bil-mobilan yang lebih besar dari ini. Untu
. mainan yang sama yang pernah Daffa berikan padanya, yang dia hancurkan
mobilan itu..." Bintang tergagap, mena
gnya. Dan aku tidak pernah memberikan mai
galir deras. "Tapi..
ania sekarang! Dan kau, Syifa, didiklah anakmu den
. Aku melihatnya saat Daffa membanting mobil-mobilan itu. Aku melihat bagaimana Daffa me
pelan, suaraku bergetar. "Mobi
jam. "Jangan membela anak i
gga jatuh. "Dasar anak pencuri! Kau t
ah. Dia menatap Daffa, lalu beralih ke Leni dan T
intang lagi. Kali ini, Bintang jatuh dan lut
wajahnya. Dia mengulurkan tangan ke arah Daffa, mencari per
dingin. Dia tidak bergerak.
ng itu anakmu, bukan anak Daffa. Dan dia jelas harus
n rusak di lantai. Dia mengerti. Mainan itu, yang dulu per
ya, suaranya hampir tak terdengar.
a mainan murahan. Untuk apa aku memberikannya padamu?
perti pukulan tak terlihat. Dia gem
ajari anakmu berbohong! Kau tidak punya hak untuk mem
keputusasaan. Dia tahu apa yang
ke arah Tania dan Daffa. "Aku... aku minta maaf," ucapnya lirih, men
ena apa yang dia rasakan adalah kesalahannya. B
lewati kepala sekolah, dia meraih mobil-mobilan rus
, lalu menggelengkan kepalanya. "
akukan itu. Mata Bintang kini hanya menatapku, kosong. Dia te
ana, terdiam. Wajahnya pucat pasi, matanya
n. Tapi aku tahu, bagi Bintang, ini
memeluknya erat. "Tidak apa-a
keputusan. Daffa Prawirodirdj