Rapat Penting Itu Hanya Dusta
Zahr
ng membakar di dalam dadaku. Aku tiba di depan bar, aroma alkohol dan asap rokok menyengat hid
pertama aku mengajukan cerai. Roni mabuk berat malam itu, dan dia tidak tahu
gan Alea?" tanya salah satu temannya
"Cerai? Alea? Dia hanya sedang mencari perh
ajukan gugatan cerai
n ini. Ke mana lagi dia akan pergi? Dia hanya ingin aku lebih memperhatikannya." Roni meneguk minumannya. "
k pernah mengenalku. Dia tidak pernah tahu betapa kerasnya aku berjuang, bahkan saat aku sendirian.
ng itu sebentar lagi akan berakhir.
g menyergapku. Mata Roni terpaku padaku, ek
i?" tanyanya, suara
menunjukkan pesannya. "Ka
"Pak Roni, siapa dia? Kenapa dia mengganggumu?" Chika menatapku
terkejut, kini sedikit
asakan amarah yang membakar seperti dulu. Yang ada hanya rasa koson
erhatianku lagi. "Alea
an jas dan kunci mobilnya. "Kamu sudah m
enuju pintu keluar. Aku a
ni menarik
depanku. Jantungku berdegup kencang. Roni
brak!" Roni memarahiku. "Sudah kubilang, jan
ku masih miliknya yang rapuh. Cengkeramannya mengingatkanku pada masa lalu
ganku dari genggamannya, perlahan. Mataku menatap lurus ke depan, tidak