MENIKAHI CALON ISTRI SAHABAT
elaminan untuk pernikahan putri tunggalnya. Seolah tak berarti lagi bagi dirinya. Hanya satu, yang ia pikirkan. Bagaimana cara membujuk Aliffa agar mau menikah dengan Rayyen. Dan bagaim
a. Daripada nelangsa, memang sudah tidak ada lagi yang bisa di harapkan dari
. Juga ada beberapa kerabat dekat istrinya Alia yang berkumpul di sana. Mereka turut antusias, dalam menyiapkan masakan atau catering untuk pernikahan Aliffa. Semuanya memang terasa sangat meriah. Wajar saja, karena Aliffa putri tunggal seora
g mengelilinginya. Mereka tak hentinya, menggoda Aliffa tentang malam pertama. Menyaksikan semua itu, menambah kemelut kesedihan di hatinya semakin dalam. Ia tidak tega, lama - lama harus menatap putrinya yang memang saat itu tengah bergembira. Yang ia butuhkan k
kejauhan. Ia enggan mendekat
Pa?" sahut A
Ia sudah terbiasa berbicara khas manja dengan putri kesayangannya. Sayang
yang tengah Papa risauka
a sedang lalu lalang, dan tidak sengaja mendengar percakapan Aliffa dan papanya. "Tolong panggilkan
h, "baik Tuan, saya akan
erapa anak tangga. Sedangkan Aliffa semakin yakin, menyaksikan gelagat sang papa yang tak biasa. Ia tahu, ada sesuatu
Keduanya duduk berhadapan, di salah satu sudut kamar. Yang sudah di tata sedemikian rupa, untuk keperluan dua orang tua itu. Farel meraih tangan istrinya. Menggenggamnya lembut namun terasa erat. Keresahan Alia semakin bertambah,
erat. Namun mau tak mau masalah sebes
i tenggorokannya. Alia sedikit terperanjat mendengarnya. "Kenapa Pa? Aliffa dan Albar akan menikah esok hari
atanya. Ia menarik tangannya dari genggaman suaminya. Lalu menepisnya. "Apa maksud Papa? Sekarang
ta lain. Albar tidak bisa menikahi Aliffa, Ma! Albar ia_" sanggah Farel terputus. Ia kembali menun
r matanya pun luruh tak terbendung lagi. Dua orang tua itu akhirnya menangis bersamaan. Memikirkan nasib putri mereka. Keduanya saling berangkulan. Alia membenamkan wajahnya di dada sang suami sembari ter
i wajah wanita anggun itu. "Mengenai semua ini, om Matthew dan Albar telah merencanakan sesuatu. Dan itu juga kehendak A
pa Papa menyetujui nya? Putri kita Aliffa bukan mainan a
ng jelas dia bukan orang sembarangan Ma, terlepas dari itu Papa hanya melihat ketulusan hatinya. Pemuda itu dan Aliffa hanyalah korban. Korban dari ke egoisan Albar. Andai saja da
lelaki itu menjadi menantu kit
nginan sakral Albar. Tetapi ia mencoba mengenal Aliffa melalui Albar. Dan akhirnya ia mantap untuk menjadikan Aliffa calon istrinya
wa dan kebijakan sosok Ahmad. Namun kegundahan itu, tetap menguasai hatinya. Akhirnya ia me
l maka t
ketampanan fisik saja. Tetapi juga akhla